Langsung ke konten utama

Minat UKM Jatim Jualan di Mal Diklaim Tinggi

Uusaha kecil dan menengah (UKM)  (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia (APPBI) menyebut, tren Usaha Kecil dan Menengah (UKM) di Jatim yang menjual produknya di pusat perbelanjaan terus meningkat. Ketua APPBI Jatim Sutandi Purnomosidi mengatakan, meskipun untuk UKM masuk ke mal tersebut memerlukan biaya tetapi tingginya minat UKM masuk mal berdampak pada kemudahan memperluas pasar.

Sutandi menjelaskan, keuntungannya, ada banyak pusat perbelanjaan di Jatim yang menyediakan ruang untuk pelaku UKM. Seperti Royal Plaza, Pakuwon Trade Center (PTC), Jembatan Merah Plaza (JMP), Plaza Surabaya, ITC, Pasar Atom, dan Darmo Trade Center (DTC).

Mal juga menurutnya banyak keuntungan dengan menyediakan ruang bagi UKM. Dimana, kontribusi yang diberikan UKM terhadap pusat-pusat perbelanjaan tersebut juga dirasanya signifikan.

"Contohnya, tingkat okupansi Royal Plaza sekarang sudah mencapai 98 persen dan di PTC 94 persen. Dari angka itu, sekitar 70 persennya diisi oleh UKM yang mayoritas memiliki omset di bawah Rp 3 miliar dalam setahun. Itu mengapa meskipun ruang untuk UKM di mal berbayar, tapi peminatnya masih sangat tinggi," ujar Sutandi di Surabaya, Senin (24/2).

Sutandi mengungkapkan, berdasarkan data yang dimiliki, sebagian besar UKM yang masuk pusat perbelanjaan bergerak di bidang fashion, batik, busana muslim, dan kuliner. Sutandi menegaskan, UKM masuk ke pusat perbelanjaan saat sudah ramai. Sehingg menguntungkan karena akan lebih mudah mendapat konsumen.

"Kalau dari kacamata APPBI, UKM berminat masuk mal karena mereka butuh market untuk mencari pelanggan. Sebagai pemula, jualan di mal yang sudah ramai tentu akan lebih mudah dapat konsumen,” ujar Sutandi.

Sutandi mencontohkan, di Tunjungan Plaza, saat hari kerja, ada sekitar 7.500 mobil yang datang. Sementara ketika akhir pekan, ada sekitar 12 ribu mobil masuk. Sehingga, bisa dikatakan jualan di mal pasarnya sudah jelas, peluangnya pun cukup besar untuk mengangkat brand UKM.

Sutandi mengaku, APPBI selalu memberi kesempatan yang luas kepada UKM untuk berpartisipasi mengisi tenan di pusat perbelanjaan. Contohnya, melalui berbagai pameran yang diselenggarakan oleh Dekranasda ataupun event organizer lainnya di pusat perbelanjaan tersebut.

Terkait syarat-syarat UKM yang ingin masuk ke pusat perbelanjaan, lanjut Sutandi, sebenarnya tidak begitu sulit. Syarat utama, kata dia, produknya harus sesuai dengan keinginan market, dan dari sisi standard, kualitasnya juga harus bisa bersaing dengan produk lain.

”Harus pintar baca peluang, mana market yang sekiranya cocok untuk produk skala kecil. Sebagai gambaran, di TP ada TP 1-6. UKM cocoknya ya masuk di TP 1 dan TP 2, tidak mungkin TP 5,” kata dia.
sumber: https://republika.co.id/berita/q672yw335/minat-ukm-jatim-jualan-di-mal-diklaim-tinggi

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bantu Mudahkan 'Jalan' UMKM, CEO Toko Online Ini Masuk Forbes 30 Under 30

Liputan6.com, Jakarta  Hidup itu adalah pilihan. Dalam pekerjaan atau menjalankan usaha misalnya. Anda bebas memilih, mau bekerja diposisi apa, berbisnis apa, dan bagimana cara menjalankan usaha tersebut. Hal itulah yang setidaknya dilakukan oleh pengusaha muda asal Jakarta, William Sunito. Dia adalah Founder & Chief Executive Officer (CEO) TokoWahab.com Di usia mudanya, bungsu dari tiga bersaudara ini memimpin sekaligus mengelola perusahaan keluarga yang berdiri pada 1957. "Pada akhir 2015 saya kembali dari Amerika ke Indonesia dan memutuskan untuk terjun langsung mengurus perusahaan keluarga saya. Ini memang kemauan saya (untuk mengelola perusahaan) karena saya melihat ada potensi yang besar," jelas William saat berbincang dengan  Tim Liputan6.com  di kantornya di kawasan Senen, Jakarta Pusat, Rabu (12/2). Ya, berbekal passion dalam dunia bisnis ditambah pengetahuan yang didapat selama kuliah di University of Washington, Amerika Serikat, William mulai menerap

OPINI Cristeddy Asa Bakti: Menentukan Posisi di Era Digitalisasi

REVOLUSI  industri memegang peranan penting dalam  kehidupan manusia. Dimulai dari revolusi industri 1.0 pada abad ke-18 di mana tenaga manusia mulai digantikan dengan mesin bertenaga uap dampaknya pekerjaan yang sebelumnya di kerjakan manusia terdisrupsi oleh mesin uap. Pada era tersebut muncul pekerjaan baru yaitu sebagai operator mesin uap dan juga manusia yang sebelumnya hanya berfokuskan menggunakan tenaga mulai meningkatkan kompetensi supaya bisa mengoperasikan mesin tersebut. Revolusi industri 2.0 yang terjadi di awal abad ke-20 ditandai dengan kemunculan tenaga listrik. Perubahan dari mesin uap ke mesin bertenaga listrik dikarenakan energi listrik mudah diubah menjadi energi yang lain.  Pada era ini pun juga terjadi disrupsi dan perubahan yaitu mulai bermunculannya pabrik-pabrik untuk pembuatan produk massal dikarenakan mulai diperkenalkan dengan kehadiran “ban berjalan” (konveyor) misalnya: mobil, motor. Dampaknya manusia yang sebelumnya bermata pencaharian petani memi

WEF 2020 Meluncurkan Manifesto Davos untuk Revolusi Industri 4.0

Davos, IDN Times  - Pendiri dan Ketua Eksekutif Forum Ekonomi Dunia (WEF), Profesor Klaus Schwab, meluncurkan Manifesto Davos (The Davos Manifesto 2020).  Klaus yang mencetuskan “Revolusi Industri 4.0” dan menulis buku tentang itu, memberikan judul “Tujuan Universal Sebuah Perusahaan di era Revolusi Industri Ke-4”.  Manifesto diluncurkan bertepatan dengan tahun ke-50 dilakukannya WEF, yang setiap bulan Januari dilaksanakan di Davos, resor ski di pegunungan Alpen, Swiss.  “Tahun 1973, kami mengumumkan Manifesto Davos juga yang menjadi landasan bagi perusahaan untuk beroperasi.  Prinsip-prinsipnya masih relevan dan awet. Tapi, dunia berubah secara dinamis. Saat ini perusahaan global diharapkan menjadi agen perubahan, memainkan peran lebih besar dalam menentukan di bidang politik, ekonomi, sosial, budaya yang mengubah dunia,” kata Klaus. Pendiri WEF ini mengklaim bahwa selama 50 tahun, WEF telah berkontribusi dalam pembangunan global di berbagai bidang. Manifesto Davos 2020 dimaksudka