Jakarta: Buku menjadi salah satu komponen penting bagi kehidupan keluarga. Akses untuk mendapatkan buku bacaan pun kini semakin mudah didapat.
Layanan Perpustakaan Nasional (Perpusnas) RI sangat terbuka bagi siapa saja, termasuk keluarga baik ibu maupun anak-anak. Sejalan dengan visinya yakni terwujudnya Indonesia cerdas melalui gemar membaca dengan memberdayakan perpustakaan.
Literasi merupakan kompetensi dasar bagi setiap individu dalam menjalani kehidupan di era digital. Pengembangan literasi sudah seharusnya dilakukan kepada anak sedini mungkin dan keluarga menjadi faktor penentu dalam pengembangan literasi. Kepala Perpustakaan Nasional RI, Muhammad Syarif Bando menyatakan kaum ibu memiliki peran penting dalam membangun kualitas sumber daya manusia (SDM). Perempuan sebagai tiang suatu bangsa, berperan menjadi perpustakaan pertama bagi anak-anaknya. Karenanya, ibu harus menanamkan kesadaran tentang pentingnya membaca kepada anak-anak sebagai generasi penerus.
"Perpusnas sebagai institusi yang memiliki informasi dan pengetahuan, mendukung upaya ini. Kaum ibu dan perempuan bisa memanfaatkan aplikasi perpustakaan digital Perpusnas yakni iPusnas. Melalui aplikasi ini, Perpusnas mengubah paradigma perpustakaan yang menunggu pengunjung menjadi perpustakaan menjangkau masyarakat," ungkap Syarif.
Kepala Perpustakaan Nasional RI, Muhammad Syarif Bando. Foto:Istimewa.
iPusnas merupakan perpustakaan digital berbasis media sosial persembahan dari Perpustakaan Nasional RI yang memberikan kemudahan bagi masyarakat Indonesia membaca ribuan buku tanpa batasan ruang dan waktu. iPusnas dapat digunakan pada smartphoneberbasis android, ios dan juga destop. Koleksi total iPusnas saat ini adalah 59.485 judul/ 619.726 copy buku.
Peran aktif kaum ibu dan perempuan Indonesia dalam kegiatan literasi diharapkan meningkatkan kebiasaan baik membaca dan menularkan kebiasaan tersebut kepada anak-anak, keluarga, serta komunitas. Karena melalui membaca, kaum ibu dan perempuan menambah wawasan dan ilmu pengetahuan sehingga mampu menepis berita bohong (hoax), ujaran kebencian, dan juga narasi negatif.
Transformasi perpustakaan berbasis inklusi sosial
Perpusnas sudah melakukan penguatan literasi untuk kesejahteraan melalui transformasi perpustakaan berbasis inklusi sosial. Ini bertujuan menjadikan perpustakaan sebagai ruang terbuka bagi masyarakat untuk saling berbagi pengalaman, belajar konstektual, dan berlatih keterampilan kerja untuk peningkatan kualitas hidup.
Sasaran transformasi perpustakaan berbasis inklusi sosial tahun 2019 pada 21 perpustakaan provinsi, 60 perpustakaan kabupaten/kota dan 300 perpustakaan desa. Pada tahun 2020 ini akan ditingkatkan menjadi 680 perpustakaan desa.
"Demi ekstensifikasi dan penguatan layanan perpustakaan, Perpusnas memberikan berbagai bantuan dalam rangka penguatan dan pemerataan layanan perpustakaan yang baik di seluruh Indonesia atau Tanah Air ini," jelas dia.
Berdasarkan data Perpusnas, bantuan koleksi dan pengembangan perpustakaan telah tersebar di berbagai tempat. Untuk perpustakaan pondok pesantren ada 1.034 perpustakaan, perpustakaan desa/kelurahan tersedia sebanyak 21.281. Lalu perpustakaan lapas ada 337, perpustakaan daerah 3T (Tertinggal, Terdepan Terluar) 300 dan Perpustakaan Komunitas sebanyak 720 .
Dalam upaya peningkatan kegemaran membaca sampai ke daerah 3T dan transmigrasi, Perpustakaan Nasional RI memberikan bantuan kepada perpustakaan desa berupa masing-masing buku sebanyak 450 judul/900 eksemplar dan 2 rak buku. Sampai dengan tahun 2019 telah diberikan bantuan sebanyak 300 perpustakaandesa yang tersebar dalam 33 provinsi.
Syarif mencontohkan seorang pemustaka (sebutan bagi pengunjung perpustakaan) Desa Bambapuang, Enrekang bernama Laherong Ila yang mengaku belajar budidaya cengkeh melalui internet di perpustakaan desa, sehingga hasil panennya meningkat, begitu juga dengan penghasilannya.
Diakui dengan teknologi, Laherong juga mengikuti perkiraan musim dan cuaca, sehingga bisa memperkirakan masa tanam dan masa panen dan dapak mengurangi risiko hasil panen rusak karena faktor cuaca.
"Karena perpustakaan yang maju, hidup saya lebih baik. Dengan memajukan perpustakaan, bapak dan ibu bisa membantu orang lain untuk hidup lebih baik seperti saya," ungkap Laherong yang berbagi pengalaman terkait literasi.
Lalu ada ibu rumah tangga, Sumiati seorang pemustaka Desa Tambun Raya, Kapuas yang berinisiatif memanfaatkan produk hasil bumi yakni nanas dan cempedak yang terbuang begitu saja. Ia mengolahnya menjadi produk bernilai ekonomis berkat belajar di perpustakaan desa dan berhasil membuat serta menjual dodol nanas dan cempedak sehingga dapat menambah penghasilan untuk keluarga.
Lalu ada Rafi Nur Ilham seorang anak 8 tahun di Bekasi yang berhasil mengurangi kecanduan bermain games dan lancar membaca berhitung setelah mengikuti pelatihan di Perpustakaan Desa Jati Baru.
"Masih banyak contoh lainnya pengakuan dari berbagai masyarakat luas yang masih banyak peduli terhadap tumbuh kembang budaya literasi, khususnya di lingkungan keluarga Indonesia. Saya berharap gerakan literasi yang berbasis ilmu pengetahuan bisa terus diimplementasikan melalui keluarga," tutup Syarif Bando.
sumber:https://www.medcom.id/rona/keluarga/5b2XlrnK-cara-perpusnas-meningkatkan-literasi-keluarga
Komentar
Posting Komentar