Langsung ke konten utama

Tanpa Digitalisasi, BPH Sebut Kuota BBM 2020 Bisa Jebol Lagi

Tanpa Digitalisasi, BPH Sebut Kuota BBM 2020 Bisa Jebol Lagi

Jakarta, CNBC Indonesia - Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi (BPH Migas) memprediksi kuota solar subsidi akan kembali jebol tahun ini jika digitalisasi nozzle Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) tidak berjalan.

Kepala BPH Migas Fanshurullah Asa menyebut sudah mengusulkan agar Perpres No. 191 Tahun 2014 tentang Penyediaan, Pendistribusian dan Harga Jual Eceran Bahan Bakar Minyak untuk direvisi. Karena berdasarkan catatan BPH Migas menyebabkan over kuota 1,6 juta kilo liter di tahun 2019.

"Salah satunya adalah transportasi yang ada di SPBU itu belum di catat atau digitalisasi noozlenya belum ada di sana," ungkapnya selepas rapat dengar pendapat (RDP) di Komisi VII DPR RI, Selasa, (12/02/2020).Lebih lanjut Fansurullah menerangkan, permasalahan kedua ada di transportasi darat. Kendaraan truk dan lainnya mestinya mengisi bahan bakar minyak (BBM) di SPBU. Titik serah bukan dipenyalur, namun titik serahnya di depo."Jadi mobil tanki keluar tidak ada urusan dia. Misalnya hitung keluar 16 ton, jalan, kalau dia kencing atau dia masukkin ke industri sisanya dia masukkin ke SPBU nggak ada urusan dia," imbuhnya.

Menurutnya BPH Migas mengusulkan agar titik serah bukan lagi di depot, tapi di penyalur. Ketiga yakni penggunaan solar untuk kereta api agar lebih diawasi. Karena kereta api mengangkut barang untuk ekspor, baik itu batu bara maupun perusahaan asing yang yang mengangkut kertas.

"Ini cukup di rapat Menko Perekonomian untuk merubah lampirannya kalau ini terjadi, IT noozle berjalan titik serah berjalan insyallah potensi jebolnya yang 2019 1,6 juta KL ini bisa dikurangi atau tidak sama sekali," imbuhnya.Dirinya menganalogikan potensi jebolnya kuota 2019 yakni dengan melihat peningkatan kuota 2020 sebesar 800 ribu kilo liter menjadi 15,31 juta kilo liter. Menurutnya dengan logika yang sama, ekonomi sama, apalagi jumlah kendaraan meningkat maka akan kembali jebol.

"Sederhana logikanya, 14,5 juta KL kuota 2019, kuota 2020 naik 800 KL, kalau dia 1,6 berapa selisihnya," ungkapnya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bantu Mudahkan 'Jalan' UMKM, CEO Toko Online Ini Masuk Forbes 30 Under 30

Liputan6.com, Jakarta  Hidup itu adalah pilihan. Dalam pekerjaan atau menjalankan usaha misalnya. Anda bebas memilih, mau bekerja diposisi apa, berbisnis apa, dan bagimana cara menjalankan usaha tersebut. Hal itulah yang setidaknya dilakukan oleh pengusaha muda asal Jakarta, William Sunito. Dia adalah Founder & Chief Executive Officer (CEO) TokoWahab.com Di usia mudanya, bungsu dari tiga bersaudara ini memimpin sekaligus mengelola perusahaan keluarga yang berdiri pada 1957. "Pada akhir 2015 saya kembali dari Amerika ke Indonesia dan memutuskan untuk terjun langsung mengurus perusahaan keluarga saya. Ini memang kemauan saya (untuk mengelola perusahaan) karena saya melihat ada potensi yang besar," jelas William saat berbincang dengan  Tim Liputan6.com  di kantornya di kawasan Senen, Jakarta Pusat, Rabu (12/2). Ya, berbekal passion dalam dunia bisnis ditambah pengetahuan yang didapat selama kuliah di University of Washington, Amerika Serikat, William mulai menerap

OPINI Cristeddy Asa Bakti: Menentukan Posisi di Era Digitalisasi

REVOLUSI  industri memegang peranan penting dalam  kehidupan manusia. Dimulai dari revolusi industri 1.0 pada abad ke-18 di mana tenaga manusia mulai digantikan dengan mesin bertenaga uap dampaknya pekerjaan yang sebelumnya di kerjakan manusia terdisrupsi oleh mesin uap. Pada era tersebut muncul pekerjaan baru yaitu sebagai operator mesin uap dan juga manusia yang sebelumnya hanya berfokuskan menggunakan tenaga mulai meningkatkan kompetensi supaya bisa mengoperasikan mesin tersebut. Revolusi industri 2.0 yang terjadi di awal abad ke-20 ditandai dengan kemunculan tenaga listrik. Perubahan dari mesin uap ke mesin bertenaga listrik dikarenakan energi listrik mudah diubah menjadi energi yang lain.  Pada era ini pun juga terjadi disrupsi dan perubahan yaitu mulai bermunculannya pabrik-pabrik untuk pembuatan produk massal dikarenakan mulai diperkenalkan dengan kehadiran “ban berjalan” (konveyor) misalnya: mobil, motor. Dampaknya manusia yang sebelumnya bermata pencaharian petani memi

WEF 2020 Meluncurkan Manifesto Davos untuk Revolusi Industri 4.0

Davos, IDN Times  - Pendiri dan Ketua Eksekutif Forum Ekonomi Dunia (WEF), Profesor Klaus Schwab, meluncurkan Manifesto Davos (The Davos Manifesto 2020).  Klaus yang mencetuskan “Revolusi Industri 4.0” dan menulis buku tentang itu, memberikan judul “Tujuan Universal Sebuah Perusahaan di era Revolusi Industri Ke-4”.  Manifesto diluncurkan bertepatan dengan tahun ke-50 dilakukannya WEF, yang setiap bulan Januari dilaksanakan di Davos, resor ski di pegunungan Alpen, Swiss.  “Tahun 1973, kami mengumumkan Manifesto Davos juga yang menjadi landasan bagi perusahaan untuk beroperasi.  Prinsip-prinsipnya masih relevan dan awet. Tapi, dunia berubah secara dinamis. Saat ini perusahaan global diharapkan menjadi agen perubahan, memainkan peran lebih besar dalam menentukan di bidang politik, ekonomi, sosial, budaya yang mengubah dunia,” kata Klaus. Pendiri WEF ini mengklaim bahwa selama 50 tahun, WEF telah berkontribusi dalam pembangunan global di berbagai bidang. Manifesto Davos 2020 dimaksudka