Langsung ke konten utama

Bandara Banyuwangi Dilengkapi Teknologi Canggih untuk Penumpang



PT Angkasa Pura II (Persero) sebagai The Leading Indonesia’s Airport Company semakin memperluas implementasi digitalisasi di bandara.
Pada pertengahan Maret 2020 PT Angkasa Pura II mulai menggunakan teknologi pengenalan wajah (biometric facial recognition) untuk proses check in dan boarding ke pesawat di Bandara Internasional Banyuwangi.
Adapun Bandara Internasional Banyuwangi adalah bandara pertama di Indonesia yang menggunakan biometric facial recognition ini untuk otomatisasi alur penumpang (passenger flow).
President Director PT Angkasa Pura II Muhammad Awaluddin mengatakan, teknologi tersebut digunakan untuk seluruh penerbangan di Banyuwangi.
“Setelah menjadi bandara pertama di Tanah Air dengan konsep Eco-green Airport, Bandara Banyuwangi kini juga menjadi yang pertama di Indonesia dalam menerapkan teknologi biometric facial recognition guna lebih menjamin keamanan penerbangan,” kata Awaluddin, Minggu (24/2/2020).
Dijelaskan, konsep Eco-green Airport sendiri terlihat dari minimalnya penggunaan penyejuk udara (AC) dengan memanfaatkan sirkulasi udara melalui kisi-kisi di dinding terminal penumpang, serta terhamparnya rumput hijau di atap terminal.
“Perpaduan antara konsep Eco-green dan Smart Airport di Banyuwangi sangat meningkatkan customer experience dan menciptakan hassle free atau bebas ribet di bandara. Banyuwangi memang kami pilih sebagai pilot project dari teknologi biometric facial recognition sebagai otomatisasi passenger flow, sebelum nantinya diimplementasikan di bandara-bandara lain di bawah pengelolaan PT Angkasa Pura II,” ungkap Awaluddin.
Saat ini Bandara Internasional Banyuwangi menyediakan dua alternatif untuk memproses check in.
Alternatif Pertama adalah melalui check in counter di mana penumpang yang ingin memasukkan barang bawaan ke bagasi pesawat harus memilih opsi ini. Barang bawaan tersebut juga diregistrasi secara mandiri oleh penumpang untuk kemudian dimasukkan ke baggage handling system.
Sementara itu Alternatif kedua adalah menggunakan mesin self check in yang bisa dipilih bagi penumpang pesawat dengan barang bawaan cukup di kabin pesawat.
Pada kedua alternatif tersebut, yaitu pada saat memproses di check in counter dan self check in, setiap penumpang merekam wajah mereka menggunakan alat biometric facial recognition yang tersedia.
Artinya, setelah seluruh proses check in selesai, penumpang pesawat lalu menuju boarding lounge untuk menunggu keberangkatan.
Ketika waktu boarding atau naik pesawat tiba, penumpang kemudian menuju autogate untuk menempelkan (men-tap) boarding pass dan kemudian menjalani verifikasi melalui proses biometric facial recognition.
Apabila boarding pass dan wajah sesuai dengan data, maka autogate akan terbuka dan penumpang dipersilahkan menaiki pesawat.
“Melalui biometric facial recognition maka proses boarding saat ini menggunakan autogate tanpa perlu adanya personil yang bertugas, sehingga personil tersebut bisa bertugas di area lain,” ujar Awaluddin.
Bandara Internasional Banyuwangi sendiri disiapkan sebagai proyek percontohan sebagai bandara dengan tren global terkini, di mana penumpang pesawat atau wisatawan lebih memilih memproses keberangkatan secara mandiri melalui self check in, mobile apps, self baggage drop, dan lain sebagainya.
Bandara yang disiapkan untuk mendukung pertumbuhan pariwisata di Jawa Timur ini dikelola PT Angkasa Pura II mulai 2017, dan sejak itu pengembangan terus dilakukan seperti implementasi digitalisasi serta pengembangan sisi udara antara lain runwayoverlay runway dan perluasan apron.
Pengembangan runway baru saja usai dilakukan dari sebelumnya berdimensi 2.250 x 30 meter menjadi sekarang  2.500 x 45 meter supaya bandara bisa mengakomodir lebih banyak lagi jenis pesawat untuk beroperasi di Banyuwangi.
Sementara itu, apron diperluas untuk menyediakan hingga 9 parking stand pesawat dari sebelumnya 3 parking stand.
Saat ini maskapai yang beroperasi melayani penerbangan dari dan ke Banyuwangi adalah Garuda Indonesia, Citilink, Wings Air dan Batik Air. Dalam waktu dekat rencananya Lion Air akan membuka penerbangan dari Jakarta – Banyuwangi dan sebaliknya. (Rmt)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bantu Mudahkan 'Jalan' UMKM, CEO Toko Online Ini Masuk Forbes 30 Under 30

Liputan6.com, Jakarta  Hidup itu adalah pilihan. Dalam pekerjaan atau menjalankan usaha misalnya. Anda bebas memilih, mau bekerja diposisi apa, berbisnis apa, dan bagimana cara menjalankan usaha tersebut. Hal itulah yang setidaknya dilakukan oleh pengusaha muda asal Jakarta, William Sunito. Dia adalah Founder & Chief Executive Officer (CEO) TokoWahab.com Di usia mudanya, bungsu dari tiga bersaudara ini memimpin sekaligus mengelola perusahaan keluarga yang berdiri pada 1957. "Pada akhir 2015 saya kembali dari Amerika ke Indonesia dan memutuskan untuk terjun langsung mengurus perusahaan keluarga saya. Ini memang kemauan saya (untuk mengelola perusahaan) karena saya melihat ada potensi yang besar," jelas William saat berbincang dengan  Tim Liputan6.com  di kantornya di kawasan Senen, Jakarta Pusat, Rabu (12/2). Ya, berbekal passion dalam dunia bisnis ditambah pengetahuan yang didapat selama kuliah di University of Washington, Amerika Serikat, William mulai menerap

OPINI Cristeddy Asa Bakti: Menentukan Posisi di Era Digitalisasi

REVOLUSI  industri memegang peranan penting dalam  kehidupan manusia. Dimulai dari revolusi industri 1.0 pada abad ke-18 di mana tenaga manusia mulai digantikan dengan mesin bertenaga uap dampaknya pekerjaan yang sebelumnya di kerjakan manusia terdisrupsi oleh mesin uap. Pada era tersebut muncul pekerjaan baru yaitu sebagai operator mesin uap dan juga manusia yang sebelumnya hanya berfokuskan menggunakan tenaga mulai meningkatkan kompetensi supaya bisa mengoperasikan mesin tersebut. Revolusi industri 2.0 yang terjadi di awal abad ke-20 ditandai dengan kemunculan tenaga listrik. Perubahan dari mesin uap ke mesin bertenaga listrik dikarenakan energi listrik mudah diubah menjadi energi yang lain.  Pada era ini pun juga terjadi disrupsi dan perubahan yaitu mulai bermunculannya pabrik-pabrik untuk pembuatan produk massal dikarenakan mulai diperkenalkan dengan kehadiran “ban berjalan” (konveyor) misalnya: mobil, motor. Dampaknya manusia yang sebelumnya bermata pencaharian petani memi

WEF 2020 Meluncurkan Manifesto Davos untuk Revolusi Industri 4.0

Davos, IDN Times  - Pendiri dan Ketua Eksekutif Forum Ekonomi Dunia (WEF), Profesor Klaus Schwab, meluncurkan Manifesto Davos (The Davos Manifesto 2020).  Klaus yang mencetuskan “Revolusi Industri 4.0” dan menulis buku tentang itu, memberikan judul “Tujuan Universal Sebuah Perusahaan di era Revolusi Industri Ke-4”.  Manifesto diluncurkan bertepatan dengan tahun ke-50 dilakukannya WEF, yang setiap bulan Januari dilaksanakan di Davos, resor ski di pegunungan Alpen, Swiss.  “Tahun 1973, kami mengumumkan Manifesto Davos juga yang menjadi landasan bagi perusahaan untuk beroperasi.  Prinsip-prinsipnya masih relevan dan awet. Tapi, dunia berubah secara dinamis. Saat ini perusahaan global diharapkan menjadi agen perubahan, memainkan peran lebih besar dalam menentukan di bidang politik, ekonomi, sosial, budaya yang mengubah dunia,” kata Klaus. Pendiri WEF ini mengklaim bahwa selama 50 tahun, WEF telah berkontribusi dalam pembangunan global di berbagai bidang. Manifesto Davos 2020 dimaksudka