Langsung ke konten utama

BPRS Khawatir Pembiayaan UMKM Menurun

Layanan di BPRS, ilustrasi()

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Asosiasi Bank Syariah Indonesia (Asbisindo) menilai dampak penyebaran virus korona membuat kualitas pembiayaan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) cukup tertekan. Bahkan, pada tahun ini Asbisindo memproyeksikan target pembiayaan BPRS sebesar 10 persen sampai 11 persen saja.Ketua Kompartemen BPRS Asbisindo Cahyo Kartiko mengatakan, awalnya target pembiayaan sebesar 15 persen pada tahun ini. "Kondisi ini masih dihantui korona tapi kami optimistis kuartal pertama tahun ini masih baik sejalan dengan pertumbuhan ekonomi," ujar Cahyo ketika dihubungi Republika di Jakarta, Jumat (20/3).
Saat ini, lanjut dia, BPRS mengeluhkan penurunan pembiayaan pada segmen haji dan umrah. Hal ini menyusul penutupan pendaftaran bagi jamaah ke Tanah Suci oleh kerajaan Arab Saudi.
Meski demikian, Asbisindo belum berani menyimpulkan semua akibak virus korona. "Namun, saat ini teman-teman (BPRS) sudah merasakan pembiayaan umrah maupun haji tapi segmen lainnya masih baik-baik saja," ucap Cahyo.
Direktur Utama BPRS Mitra Agro Usaha Mat Amin mengatakan, perusahaan menargetkan rasio pembiayaan bermasalah atau nonperforming financing (NPF) di bawah lima persen. "Pada kuartal satu tahun ini masih baik tapi kuartal dua Allahu 'alam dengan adanya virus korona," kata Amin.
Direktur BPRS Amanah Ummah Muhammad Abduh Khalid Mawardi menambahkan, pada tahun ini kondisi pembiayaan sangat memberatkan perusahaan apalagi dengan wabah korona. Pada Februari 2020 tercatat target out standing pembiayaan sebesar Rp 221 miliar dengan realisasi Rp 226 miliar.
"Kami khawatirkan bukan dropping pembiayaannya tapi angsuran karena akan berpengaruh terhadap pendapatan dan laba BPRS," ucap dia.
Menurutnya saat ini perusahaan selektif memberikan pembiayaan ke sektor UMKM khususnya yang memiliki omzet harian. Pembatasan masyarakat untuk keluar rumah ia harap tidak membuat nasabah UMKM terganggu dan tidak terkendala.
sumber: https://republika.co.id/berita/q7hx23457/bprs-khawatir-pembiayaan-umkm-menurun

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bantu Mudahkan 'Jalan' UMKM, CEO Toko Online Ini Masuk Forbes 30 Under 30

Liputan6.com, Jakarta  Hidup itu adalah pilihan. Dalam pekerjaan atau menjalankan usaha misalnya. Anda bebas memilih, mau bekerja diposisi apa, berbisnis apa, dan bagimana cara menjalankan usaha tersebut. Hal itulah yang setidaknya dilakukan oleh pengusaha muda asal Jakarta, William Sunito. Dia adalah Founder & Chief Executive Officer (CEO) TokoWahab.com Di usia mudanya, bungsu dari tiga bersaudara ini memimpin sekaligus mengelola perusahaan keluarga yang berdiri pada 1957. "Pada akhir 2015 saya kembali dari Amerika ke Indonesia dan memutuskan untuk terjun langsung mengurus perusahaan keluarga saya. Ini memang kemauan saya (untuk mengelola perusahaan) karena saya melihat ada potensi yang besar," jelas William saat berbincang dengan  Tim Liputan6.com  di kantornya di kawasan Senen, Jakarta Pusat, Rabu (12/2). Ya, berbekal passion dalam dunia bisnis ditambah pengetahuan yang didapat selama kuliah di University of Washington, Amerika Serikat, William mulai men...

PERMASALAHAN DAN UPAYA PENGEMBANGAN UMKM

MAKALAH PERMASALAHAN DAN UPAYA PENGEMBANGAN UMKM Tugas Mata Kuliah  Ekonomi Kerakyatan Pembina : Dr. Sukidjo, M.Pd.   Disusun Oleh    : Dewi Mawadati    (14811134022) Luna Octaviana (14811134029) ADMINISTRASI PERKANTORAN D3 UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2015 BAB I     PENDAHULUAN A.      Latar Belakang UMKM (Usaha Kecil Mikro dan Menengah) memegang peranan yang sangat besar dalam memajukan perekonomian Indonesia.Selain sebagai salah satu alternatif lapangan kerja baru,UKM juga berperan dalam mendorong laju pertumbuhan ekonomi pasca krisis nmoneter tahun 1997 di saat perusahaan-perusahaan besar mengalami kesulitan dalam mengembangkan usahanya.Saat ini, UKM telah berkontribusi besar pada pendapatan daerah maupun pendapatan Negara Indonesia. UKM  merupakan suatu bentuk usaha kecil masyarakat yang pendiriannya berdasarkan inisiatif seseorang.Sebagian besar masyarakat bera...

Ini tren yang akan terjadi di pengembang aplikasi

JAKARTA (IndoTelko) – Outsystem penyedia platform Low Code mengumumkan 5 Tren yang diprediksi akan muncul pada kalangan Pengembang Aplikasi di Asia Pasifik. Sebuah infobrief dari IDC mengatakan pada tahun 2024, generasi baru dari para pengembang yang membuat aplikasi-aplikasi tanpa menulis kode/Low Code akan mencapai 20% dari semua pengembang di kawasan Asia-Pasifik. Para pengembang ini akan mengakselerasi transformasi digital di semua lini industri - dengan menyoroti disrupsi pasar dan inovasi tiada henti. “Low-code memberikan para pengembang ini potensi untuk menjembatani kubu-kubu, memangkas proses dan memungkinkan tim untuk bekerjasama dan fokus pada inti upaya transformasi serta meningkatkan pengalaman pengguna,” kata Vice President Outsystems Asia Pasifik Mark Weaser. Mark juga menambahkan, bahwa aplikasi-aplikasi kini menjadi sangat penting bagi para konsumen. Aplikasi telah secara fundamental merubah cara orang-orang mengorganisasi dan memaksimalkan kegiatan rutin seh...