JAKARTA — Tranformasi digital banyak dilakukan diberbagai bidang menuju industri 4.0. Mulai dari bidang perdagangan, bea dan cukai, hingga pendidikan.
Wakil Rektor I London School OF Public Relations (LSPR) Janette M. Pinariya mengatakan transformasi digital dalam dunia pendidikan terasa sekali. Para mahasiswa akan memasuki dunia yang sangat berbeda.
LSPR sudah melakukan transformasi digital dalam dunia pendidikan sejak 2016. Mereka membuka pendidikan jarak jauh (PJJ) untuk jurusan public relations dan marketing communications baik untuk program undergraduate (S1) maupun postgraduate (pascasarjana).PJJ ini memiliki banyak manfaat, di antaranya metode pembelajaran yang digunakan adalah teori gabungan dan kerja praktek terapan, mampu belajar kapan saja dan di mana saja, serta jam belajar fleksibel dan dapat dikelola oleh mahasiswa.
Janette juga mengungkapkan LSPR baru saja berkolaborasi dengan Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) melalui nota kesepahaman untuk dapat memfasilitasi para atlet. LSPR memberikan kesempatan para atlet untuk mengambil kelas e-learning, sehingga meski sedang bertanding atau berlatih di training center, mereka bisa belajar secara daring.Pendidikan jarak jauh ini cukup mudah untuk diikuti oleh para mahasiswa baik yang ada di Jakarta maupun luar daerah.
“Menggunakan ponsel sudah bisa belajar (secara) online, pakai modal laptop. Artinya dunia digital juga tidak yang terlalu rumit sekali. Itu bisa kok dijalani apalagi anak-anak zaman sekarang bisa mengimbangi itu,” ujar Janette usai acara Pintek Edu-Gathering 2020 di Grand Sahid Jaya, Kamis (20/2)
Ia menambahkan justru yang perlu perhatian adalah dosen-dosen yang masih belum terbiasa dengan penggunaan digital. Pihak LSPR sendiri, Janette menuturkan, mendorong dosen-dosen mereka agar memiliki pemahaman teknologi.Para dosen juga ditantang bagaimana mereka mevisualisasikan bahwa mereka mengajar di ruang kelas dengan interaksi bersama mahasiswa. Selain itu, dosen dituntut bagaimana menggunakan learning management system (LMS) dan bagaimana membuat produk-produk pendidikan yang sifatnya terkesan dua arah.
Selain itu, tantangan lain terkait transformasi digital di bidang pendidikan adalah ketika calon mahasiswa akan melihat-lihat kampus, tentunya mereka akan melihat sarana dan prasarana. Fasilitas kampus, dosen dan latar belakang pendidikan dosen akan berkaitan dengan kurikulum.
Kemudian, dari pihak orang tua. Kini sudah bukan masanya orang tua bisa memaksakan anaknya harus kuliah di universitas atau sekolah tinggi pilihan mereka. Posisi orang tua di sini diharapkan bisa memfasilitasi anak-anak mereka.
Namun, tidak dipungkiri ada beberapa kendala terkait orang tua. Misalnya, permasalahan biaya.
“Bagaimana kami juga mencoba berkolaborasi, menggandeng pihak-pihak yang bisa memberikan jalan keluar dengan baik, sehingga kami juga bisa menyumbangkan (agar) mahasiswa bisa kuliah dengan baik, menjadi lulusan siap pakai. Ini termasuk tantangan terkait kurikulum yang harus bersinergi untuk bisa menjawab keinginan dari industri,” kata Janette.
Komentar
Posting Komentar