REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) adalah bentuk usaha yang paling ideal di tengah ketidakpastian ekonomi karena terbukti sebagai faktor penunjang utama ketika Republik Indonesia mengalami kondisi krisis ekonomi pada masa lampau.
"UMKM sering disebut sebagai bentuk usaha yang mampu bertahan dalam situasi ekonomi yang serba tidak pasti," kata peneliti Center for Indonesian Policy Studies (CIPS) Pingkan Audrine Kosijungan dalam keterangan tertulisnya, Kamis (12/3).
Beberapa hal yang menjadi alasan UMKM mampu bertahan dalam situasi ekonomi yang serba tidak pasti antara lain UMKM menghasilkan barang dan jasa yang menjadi kebutuhan masyarakat. Selain itu, UMKM juga memanfaatkan sumber daya lokal, seperti pekerja lokal dan bahan baku lokal.
Pingkan juga menyebutkan, UMKM kini juga sudah mulai memanfaatkan platform digital dalam kegiatan pemasarannya. "Dengan memanfaatkan platform digital, para pelaku UMKM akan memiliki kesempatan yang sama dengan pelaku usaha lain untuk menjual produk mereka. Pemanfaatan platform digital juga menguntungkan UMKM karena dapat menghemat biaya operasional," katanya.
Ia juga mengingatkan, selain membantu menumbuhkan dan mengembangkan bisnis UMKM dengan mudah, era digitalisasi ekonomi ini juga memberikan tantangan, baik bagi pemerintah maupun UMKM. Untuk itu, pemerintah diharapkan bisa memberikan penguasaan teknologi secara merata kepada pelaku bisnis UMKM agar tidak ada UMKM yang harus tersingkir karena ketidakmampuan penguasaan teknologi dalam era ekonomi digital.
Pingkan memaparkan, perkembangan UMKM di Indonesia kini beriringan dengan perkembangan ekonomi digital yang diprediksi akan berkontribusi hingga 10 persen terhadap PDB pada tahun 2018. Jumlah pengguna internet di Indonesia kini mencapai 54,68 persen pada tahun 2017.
"Jumlah ini diprediksi akan terus naik dan akan diikuti dengan transaksi e-commerce yang juga terus meningkat. Semakin berkembangnya digital ekonomi di Indonesia, mau tidak mau menuntut pelaku UMKM untuk berkompetisi dalam dunia digital karena ke depannya diprediksi konsumen akan cenderung melakukan pembelian secara online," katanya.
Sebelumnya, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto berharap Indonesia dapat segera mengembangkan digital capability center dalam memanfaatkan perkembangan teknologi untuk menghadapi era industri 4.0. "Revolusi industri keempat yang terkait dengan IOT (internet of things) pemerintah diharapkan segera membuat digital capability center," kata Airlangga dalam rapat kerja BPPT 2020 "Penguatan Daya Saing Melalui Inovasi, Transformasi Digital, dan Kualitas SDM" di Gedung BPPT, Jakarta, Senin (24/2).
Dalam hal itu, Kementerian Perindustrian sedang menyiapkan digital capability center di sektor pengemasan makanan dan minuman serta multiindustri. Dengan demikian, industri menengah bisa melihat kegunaan dari pemanfaatan industri 4.0.
Komentar
Posting Komentar