Langsung ke konten utama

Advotics Garap Pasar UKM dengan Layanan Digitalisasi Bisnis

advotics

Advotics, perusahaan software-as-a-service (SaaS) yang menawarkan solusi manajemen dan analitis untuk kebutuhan rantai pasok barang, kini menyediakan platform berbasis cloud untuk membantu para pelaku UKM. Platform tersebut mendukung digitalisasi manajemen karyawan, jaringan bisnis, aset, dan produk.“Digitalisasi memainkan peran besar di UKM untuk menumbuhkan dan memperluas pasar mereka,” kata Co-Founder & CEO Advotics Boris Sanjaya kepada Tech In Asia. “Kami ingin teknologi berbasis data dapat membantu UKM memahami pelanggan mereka lebih baik, mengelola, dan melacak operasional penjualan serta distribusi produk secara online.”
Menurutnya, strategi yang tepat dapat mempercepat efisiensi dan pertumbuhan bisnis UKM. Misalnya mengubah metode pelacakan operasional karyawan bidang penjualan yang semula offline jadi online (dan real time). “Jadi potensi masing-masing kanal penjualan bisa terus dipantau dan dianalisis.”
Pihaknya juga menyediakan aplikasi berupa identfikasi produk secara digital. Contohnya dengan kode QR di kemasan produk yang bisa membantu pelacakan distribusi dari gudang hingga ke tangan konsumen, serta mampu memberi perlindungan dari risiko pemalsuan.
“Dengan platform cloud dari Amazon Web Services di solusi SaaS kami, UKM leluasa memilih aplikasi dengan sistem berlangganan untuk data-data terkait 
Tim Advotics (Sumber: Advotics)

Potensi besar di UKM

Head of Growth Advotics Venny Septiani menjelaskan pihaknya melihat sektor UKM punya potensi besar untuk berkembang. “Pengalaman membantu digitalisasi distribusi produk perusahaan besar membawa kami berinteraksi dengan para distributor dan toko-toko ritel yang rata-rata adalah pelaku UKM.
“Kami optimistis platform ini akan membantu kinerja UKM,” ujar Venny saat menjelaskan manfaat platform Advotics pada tenaga pemasar. “Dengan mendigitalkan bisnis, mereka juga bisa lebih fokus mengeksekusi strategi akuisisi toko baru, memastikan display barang, dan optimalisasi stok produk.”layanan yang mereka perlukan saja.”Menteri Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Teten Masduki pada November 2019 lalu menyampaikan bahwa ekonomi Indonesia didominasi oleh pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah dengan jumlah masing-masing 63,5 juta unit, 783.132 unit, dan 60.702 unit. Mereka semua adalah target pasar yang hendak disasar Advotics dalam ekspansinya.“Kami juga membuka peluang kerja sama dengan berbagai pihak seperti instansi pemerintah dan provider aplikasi yang in line untuk mendigitalisasi bisnis UKM. Termasuk membuka pintu bagi investor, tentunya,” tukas Boris.
Advotics menerima pendanaan awal senilai sekitar Rp39 miliar dari penggalangan yang dipimpin East Ventures pada Mei 2019. Dana segar itu digunakan untuk pengembangan teknologi produk Advotics guna mempercepat pertumbuhan adopsi layanan buatan mereka.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bantu Mudahkan 'Jalan' UMKM, CEO Toko Online Ini Masuk Forbes 30 Under 30

Liputan6.com, Jakarta  Hidup itu adalah pilihan. Dalam pekerjaan atau menjalankan usaha misalnya. Anda bebas memilih, mau bekerja diposisi apa, berbisnis apa, dan bagimana cara menjalankan usaha tersebut. Hal itulah yang setidaknya dilakukan oleh pengusaha muda asal Jakarta, William Sunito. Dia adalah Founder & Chief Executive Officer (CEO) TokoWahab.com Di usia mudanya, bungsu dari tiga bersaudara ini memimpin sekaligus mengelola perusahaan keluarga yang berdiri pada 1957. "Pada akhir 2015 saya kembali dari Amerika ke Indonesia dan memutuskan untuk terjun langsung mengurus perusahaan keluarga saya. Ini memang kemauan saya (untuk mengelola perusahaan) karena saya melihat ada potensi yang besar," jelas William saat berbincang dengan  Tim Liputan6.com  di kantornya di kawasan Senen, Jakarta Pusat, Rabu (12/2). Ya, berbekal passion dalam dunia bisnis ditambah pengetahuan yang didapat selama kuliah di University of Washington, Amerika Serikat, William mulai menerap

OPINI Cristeddy Asa Bakti: Menentukan Posisi di Era Digitalisasi

REVOLUSI  industri memegang peranan penting dalam  kehidupan manusia. Dimulai dari revolusi industri 1.0 pada abad ke-18 di mana tenaga manusia mulai digantikan dengan mesin bertenaga uap dampaknya pekerjaan yang sebelumnya di kerjakan manusia terdisrupsi oleh mesin uap. Pada era tersebut muncul pekerjaan baru yaitu sebagai operator mesin uap dan juga manusia yang sebelumnya hanya berfokuskan menggunakan tenaga mulai meningkatkan kompetensi supaya bisa mengoperasikan mesin tersebut. Revolusi industri 2.0 yang terjadi di awal abad ke-20 ditandai dengan kemunculan tenaga listrik. Perubahan dari mesin uap ke mesin bertenaga listrik dikarenakan energi listrik mudah diubah menjadi energi yang lain.  Pada era ini pun juga terjadi disrupsi dan perubahan yaitu mulai bermunculannya pabrik-pabrik untuk pembuatan produk massal dikarenakan mulai diperkenalkan dengan kehadiran “ban berjalan” (konveyor) misalnya: mobil, motor. Dampaknya manusia yang sebelumnya bermata pencaharian petani memi

WEF 2020 Meluncurkan Manifesto Davos untuk Revolusi Industri 4.0

Davos, IDN Times  - Pendiri dan Ketua Eksekutif Forum Ekonomi Dunia (WEF), Profesor Klaus Schwab, meluncurkan Manifesto Davos (The Davos Manifesto 2020).  Klaus yang mencetuskan “Revolusi Industri 4.0” dan menulis buku tentang itu, memberikan judul “Tujuan Universal Sebuah Perusahaan di era Revolusi Industri Ke-4”.  Manifesto diluncurkan bertepatan dengan tahun ke-50 dilakukannya WEF, yang setiap bulan Januari dilaksanakan di Davos, resor ski di pegunungan Alpen, Swiss.  “Tahun 1973, kami mengumumkan Manifesto Davos juga yang menjadi landasan bagi perusahaan untuk beroperasi.  Prinsip-prinsipnya masih relevan dan awet. Tapi, dunia berubah secara dinamis. Saat ini perusahaan global diharapkan menjadi agen perubahan, memainkan peran lebih besar dalam menentukan di bidang politik, ekonomi, sosial, budaya yang mengubah dunia,” kata Klaus. Pendiri WEF ini mengklaim bahwa selama 50 tahun, WEF telah berkontribusi dalam pembangunan global di berbagai bidang. Manifesto Davos 2020 dimaksudka