Di era kekinian, rumah sakit perlu untuk meningkatkan layanan kesehatan secara paripurna
S alah satu kendala yang dihadapi saat ini yaitu panjangnya waktu tunggu pasien untuk mendapatkan layanan kesehatan di rumah sakit. Terlebih, faktanya masalah besar ini ditemui hampir di seluruh rumah sakit di dunia. Hal ini bisa dilihat dari survei yang dilakukan The Malay Mail pada 2017, di mana menunjukkan statistik yang mengejutkan tentang persepsi masyarakat Malaysia, utamanya terkait masa tunggu di rumah sakit.
Alasan utama 26 persen responden meninggalkan perawatan medis di rumah sakit yaitu proses pelayanan yang terlalu lama. Hasil survei tersebut memperlihatkan rata-rata waktu tunggu untuk menemui dokter di rumah sakit dalam 12 bulan terakhir, setidaknya memerlukan waktu hingga empat jam. Berdasarkan fakta itu, Ketua Bidang Teknologi Informasi Komisi Akreditasi Rumah Sakit (KARS), Djoni Darmadja mengatakan KARS menetapkan penerapan layanan digital sebagai salah satu standar akreditasi rumah sakit. “Terutama pendaftaran online.
Kalau di luar negeri, walau pasiennya 2.000 orang per hari tapi enggak numpuk di antrean,” kata Djoni dalam peluncuran aplikasi kesehatan PatientQare dari SehatQ. Sebagai contoh, lanjut Djoni, saat ini di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) pasien masih menumpuk di lobi untuk mendapatkan nomor antrean konsultasi dokter.
“Banyak waktu pasien yang terbuang. Oleh karena itu KARS membuat standar yang mengharuskan rumah sakit mempunyai sistem pendaftaran online sebagai syarat akreditasi,” terangnya.
Perlu Anda ketahui ada sebanyak 2.469 rumah sakit yang telah mengantongi akreditasi dari KARS, dan sudah ada 12 rumah sakit di Indonesia yang terakreditasi KARS International. Kemudian terdapat 572 rumah sakit lainnya diharapkan dapat menyusul akreditasi. Dan diketahui pula rumah sakit swasta Tanah Air pun saling berlomba untuk meningkatkan kualitas pelayanan bagi pasien dan meraih akreditasi tersebut.
Terkait digitalisasi layanan, dalam kesempatan yang sama Asosiasi Rumah Sakit Swasta Indonesia (ARSSI) juga mendorong rumah sakit di Indonesia untuk meningkatkan layanan kesehatan secara optimal. Salah satunya melalui aplikasi kesehatan sebagai bentuk digitalisasi layanan.
Pemanfaatan teknologi tersebut dinilai dapat memangkas sejumlah tahapan yang selama ini diperlukan rumah sakit untuk beroperasi melayani masyarakat. “Terutama dalam mempertemukan pasien dan dokter yang sesuai dengan keluhan kesehatan pasien,” kata Iing Ichsan Hanafi, Sekjen ARSSI.
Ia menambahkan, dengan beroperasi penuh secara paripurna, rumah sakit membutuhkan aplikasi kesehatan untuk menjamin setiap pasien mendapatkan layanan medis yang dibutuhkan. “Apabila ada ratusan bahkan ribuan pasien setiap hari, sistem administrasi secara manual tentu menjadi tantangan besar bagi rumah sakit dalam memberikan layanan optimal.
Salah satu aplikasi kesehatan yang bisa mengoptimalkan sistem layanan rumah sakit adalah PatientQare dari SehatQ,” imbuhnya. Itu sebabnya rumah sakit dituntut untuk mengadopsi teknologi melalui aplikasi kesehatan, untuk menghadirkan layanan paripurna serta meraih akreditasi.
Pangkas Masa Tunggu Perlu Anda ketahui, berdasarkan survei yang dilakukan oleh Deloitte Indonesia bekerja sama dengan Bahar dan Center for Healthcare Policy and Reform Studies (Chapters) Indonesia, 84,4 persen pengguna layanan kesehatan digital mengaku puas dengan layanan yang ada.
Dan hanya sekitar 15,6 persen pengguna masih merasa tidak puas, karena beberapa hal terknis seperti keamanan data diri, riwayat kesehatan kita saat berobat melalui aplikasi dan lain sebagainya.
Yang pasti digitalisasi belakangan kian menjawab tantangan yang ada, aplikasi SehatQ menawarkan konsep sehat dalam genggaman dengan mempertemukan antara pasien dan dokter dengan lebih cepat lewat sistem PatientQare.
“Kini pasien lebih mudah melakukan pendaftaran secara online dan bisa dilakukan dari mana saja,” kata Dewi Bramono, Direktur Pengembangan Business dan Kerjasama Strategis SehatQ. Dalam aplikasi SehatQ, jadwal dokter sudah tertera dengan lengkap, sehingga pasien cukup pilih jam dan tanggal sesuai keinginan.
Tak hanya menguntungkan pasien, fitur tersebut juga dapat memberikan keuntungan bagi klinik dan rumah sakit sistem PatientQare dapat dipakai oleh rumah sakit maupun klinik untuk mengelola pendaftaran online untuk memangkas masa tunggu pasien. “Rumah sakit tidak perlu membuat sistem sendiri.
Hadirnya sistem ini untuk mendukung rumah sakit menerapkan sistem digitalisasi pelayanan kesehatan,” tambahnya. Pihaknya melihat banyak rumah sakit yang membutuhkan dukungan dari pihak ketiga agar mempunyai sistem yang membantu rumah sakit menerapkan digitalisasi.
Apalagi, untuk memenuhi standar akreditasi KARS, pihak rumah sakit harus memiliki kriteria tersebut. Oleh karena itu Dewi berharap, PatientQare dapat mengakselerasi rumah sakit dalam rangka mencapai akreditasi.
“Kami harap ini bisa membantu rumah sakit yang berusaha mencapai akreditasi sebagai salah satu kriteria yang dibutuhkan untuk memberikan pelayanan paripurna,” ujarnya.
Hingga saat ini, 470 fasilitas kesehatan telah bekerja sama dengan SehatQ yang dimulai dari Jakarta, Tangerang, Bekasi, Depok dan sekitarnya. “Kami harap bisa 1.000 faskes sampai akhir tahun ini di seluruh Indonesia. Mulai tahun ini kita masuk ke daerah-daerah lain di Indonesia,” katanya.
Peran dan Kepedulian Perawat
Dalam membantu klien mencapai potensi kesehatan sepenuhnya perawat harus mempunyai pendekatan yang menyeluruh. Pendekatan keperawatan komprehensif, yaitu pemberian asuhan keperawatan secara bio, psiko, sosio, spiritual merupakan pendekatan yang digunakan perawat. Memang tidak semua orang mampu menghadapi banyak pasien yang berbeda karakter.
Adapun peran perawat yaitu peran perawat pemberi perawatan (Care Giver), educator, sebagai advocate, pencegahan penyakit, konseling, kolaborasi dan pengambilan keputusan etik.
Menurut Watson caring adalah esensi dari keperawatan dan merupakan fokus serta sentral dari praktik keperawatan yang dilandaskan pada nilai-nilai kebaikan, perhatian, kasih terhadap diri sendiri dan orang lain, serta menghormati keyakinan spiritual pasien.
Tujuan keperawatan menurut Watson adalah memfasilitasi individu mencapai tingkat kesejahteraan yang lebih tinggi meliputi jiwa, raga, dan perkembangan pengetahuan diri, peningkatan diri, penyembuhan diri dan proses asuhan diri.
Tidak bisa dipungkiri bahwa perawat merupakan tenaga kesehatan dengan jumlah terbanyak di rumah sakit dan memegang peranan penting dalam memberikan pelayanan kesehatan. Kualitas pelayanan kesehatan dapat terwujud dengan pelaksanaan asuhan keperawatan yang profesional.
Kepuasan klien erat hubungannya dengan asuhan keperawatan yang dilakukan perawat dengan perilaku peduli yang disertai kecerdasan emosional akan berdampak baik bagi system pelayanan keperawatan dan dapat menjadikan citra perawat lebih baik lagi di mata masyarakat. Oleh karena itu perlu ditekankan bahwa jiwa peduli harus dimiliki semua perawat dalam memberikan asuhan keperawatan. pur/R-1
Komentar
Posting Komentar