Langsung ke konten utama

75 Ton Sabut Kelapa Berangkat Korsel

 

Kurang lebih 75 ton sabut kelapa atau cocopead asal Sulut berangkat menuju Korea Selatan.

Kepala Karantian Pertanian Manado Donni Muksydayan Saragih menjelaskan sebelum diberangkatkan melalui Pelabuhan Bitung Selasa (2/5) lalu, seluruh komoditas tersebut telah melewati serangkaian tindakan karantina tumbuhan.

“Hal ini sesuai dengan persyaratan negara tujuan, dan setelah dinyatakan sehat dan aman kami menerbitkan sertifikat kesehatan tumbuhan atau Phytosanitari Certificate (PC),” ungkapnya Sabtu (6/2) lalu.

Lanjutnya, produk turunan komoditas kelapa yang dahulu merupakan limbah ini kini menjadi komoditas pertanian unggulan ekposr baru asal Sulut. “Kami mengapresiasi hadirnya ragam komoditas ekspor baru ini dan siap mengawal dengan memberikan fasilitasi perkarantinaan untuk proses ekspornya,” timpanya.

Kata dia, berdasarkan data pada sistem perkarantinaan, IQFAST Badan Karantina Pertanian (Barantan) pada tahun 2020 tercatat ekspor cocopead asal Indonesia sebanyak 20 ribu ton, dengan tujuan negara Cina, Jepang, Amerika Serikat dan beberapa negara di Eropa.

“Ini merupakan angin segar bagi petani dan industri Kelapa di Sulut, semoga dengan produk yang terjamin produksi dapat terus bertumbuh,” ucapnya.

Dia melanjutkan untuk mendukung keberlanjutan dan standard mutu produk turunan kelapa ini, pihaknya akan melakukan sinergi dengan berbagai instansi, antara lain Bank Indonesia Sulut, Pemerintah Daerah dan Pelaku Usaha Industri Kecil Menengah (IKM).

“Skema ini berupa penyediaan fasilitas olahan sabut sederhana dan kami dari Karantina Pertanian yang nanti akan memberikan pendampingan teknis agar produknya dapat diekspor,” imbuhnya.

Terpisah, Kepala Barantan, Ali Jamil menyebutkan ekspor produk dalam bentuk olahan menjadi pilihan terbaik saat ini.

“Selain bernilai tambah, tahan lama dan mudah mengemasnya. Sulut sudah menerapkan hal ini pada komoditas kelapa, tentu harapannya kedepan juga dilakukan pada komoditas pertanian segar unggulan ekspor lainnya,” singkatnya. (asr)


Sumber: https://manadopost.jawapos.com/ekonomi-bisnis/08/02/2021/75-ton-sabut-kelapa-berangkat-korsel/

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bantu Mudahkan 'Jalan' UMKM, CEO Toko Online Ini Masuk Forbes 30 Under 30

Liputan6.com, Jakarta  Hidup itu adalah pilihan. Dalam pekerjaan atau menjalankan usaha misalnya. Anda bebas memilih, mau bekerja diposisi apa, berbisnis apa, dan bagimana cara menjalankan usaha tersebut. Hal itulah yang setidaknya dilakukan oleh pengusaha muda asal Jakarta, William Sunito. Dia adalah Founder & Chief Executive Officer (CEO) TokoWahab.com Di usia mudanya, bungsu dari tiga bersaudara ini memimpin sekaligus mengelola perusahaan keluarga yang berdiri pada 1957. "Pada akhir 2015 saya kembali dari Amerika ke Indonesia dan memutuskan untuk terjun langsung mengurus perusahaan keluarga saya. Ini memang kemauan saya (untuk mengelola perusahaan) karena saya melihat ada potensi yang besar," jelas William saat berbincang dengan  Tim Liputan6.com  di kantornya di kawasan Senen, Jakarta Pusat, Rabu (12/2). Ya, berbekal passion dalam dunia bisnis ditambah pengetahuan yang didapat selama kuliah di University of Washington, Amerika Serikat, William mulai menerap

OPINI Cristeddy Asa Bakti: Menentukan Posisi di Era Digitalisasi

REVOLUSI  industri memegang peranan penting dalam  kehidupan manusia. Dimulai dari revolusi industri 1.0 pada abad ke-18 di mana tenaga manusia mulai digantikan dengan mesin bertenaga uap dampaknya pekerjaan yang sebelumnya di kerjakan manusia terdisrupsi oleh mesin uap. Pada era tersebut muncul pekerjaan baru yaitu sebagai operator mesin uap dan juga manusia yang sebelumnya hanya berfokuskan menggunakan tenaga mulai meningkatkan kompetensi supaya bisa mengoperasikan mesin tersebut. Revolusi industri 2.0 yang terjadi di awal abad ke-20 ditandai dengan kemunculan tenaga listrik. Perubahan dari mesin uap ke mesin bertenaga listrik dikarenakan energi listrik mudah diubah menjadi energi yang lain.  Pada era ini pun juga terjadi disrupsi dan perubahan yaitu mulai bermunculannya pabrik-pabrik untuk pembuatan produk massal dikarenakan mulai diperkenalkan dengan kehadiran “ban berjalan” (konveyor) misalnya: mobil, motor. Dampaknya manusia yang sebelumnya bermata pencaharian petani memi

WEF 2020 Meluncurkan Manifesto Davos untuk Revolusi Industri 4.0

Davos, IDN Times  - Pendiri dan Ketua Eksekutif Forum Ekonomi Dunia (WEF), Profesor Klaus Schwab, meluncurkan Manifesto Davos (The Davos Manifesto 2020).  Klaus yang mencetuskan “Revolusi Industri 4.0” dan menulis buku tentang itu, memberikan judul “Tujuan Universal Sebuah Perusahaan di era Revolusi Industri Ke-4”.  Manifesto diluncurkan bertepatan dengan tahun ke-50 dilakukannya WEF, yang setiap bulan Januari dilaksanakan di Davos, resor ski di pegunungan Alpen, Swiss.  “Tahun 1973, kami mengumumkan Manifesto Davos juga yang menjadi landasan bagi perusahaan untuk beroperasi.  Prinsip-prinsipnya masih relevan dan awet. Tapi, dunia berubah secara dinamis. Saat ini perusahaan global diharapkan menjadi agen perubahan, memainkan peran lebih besar dalam menentukan di bidang politik, ekonomi, sosial, budaya yang mengubah dunia,” kata Klaus. Pendiri WEF ini mengklaim bahwa selama 50 tahun, WEF telah berkontribusi dalam pembangunan global di berbagai bidang. Manifesto Davos 2020 dimaksudka