Langsung ke konten utama

Tercatat 26 Ribu Kasus Kecelakaan Kerja Sepanjang 2020, Disnakertrans Jabar Ajak Peduli K3

Tercatat 26 Ribu Kasus Kecelakaan Kerja Sepanjang 2020, Disnakertrans Jabar Ajak Peduli K3

 INILAH, Bandung-Sepanjang 2020, tercatat ada 35.291 kasus keselamatan bekerja terjadi di Jawa Barat. Ada beberapa faktor yang mengakibatkan hal itu, terbanyak lantaran human error.

Berdasarkan data BPJS Ketenagakerjaan tersebut, terbagi dari 26.699 kasus kecelakaan kerja, 7.391 kasus selama tidak mampu bekerja, 930 kasus cacat dan 271 kasus meninggal.

Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Jawa Barat (Disnakertrans Jabar) Taufik Garsadi mengatakan, selain menyebabkan kematian, kerugian materi, moril dan pencemaran lingkungan, kecelakaan kerja juga dapat memengaruhi produktivitas dan kesejahteraan masyarakat. 

"Kecelakaan kerja juga mempengaruhi indeks pembangunan manusia dan indeks pembangunan ketenagakerjaan," ujar Taufik. 

Karena itu, menurut dia, pengawasan dan kesadaran pentingnya K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja) untuk menekan kasus keselamatan kerja harus ditingkatkan. Khususnya oleh sejumlah stake holder, baik itu  pengusaha, serikat pekerja, pekerja dan masyarakat.

"Kecelakaan ini tidak melihat siapa-siapa, artinya semua harus peduli terhadap K3. Jadi sebagus apapun sistem K3 perusahaan, tapi kalau orangnya tidak punya budaya K3, kecelakaan masih banyak terjadi," katanya.

Taufik mengatakan, sejauh ini terdapat 88 perusahaan di Jabar zero accident dan telah mendapatkan penghargaan. Pihaknya berharap jumlah perusahan yang masuk dalam kategori itu terus bertambah. 

"Karena tidak hanya kesejahteraan bagi pegawai tapi tentunya akan meningkatkan daya saing atau daya tahan dari perusahaan. Apalagi di masa pandemi ini banyak perusahaan yang gulung tikar dan tutup," tuturnya.

Diketahui, berdasarkan dari data perusahaan yang masuk ke dalam Wajib Lapor Ketenagakerjaan Online (WLKP) terdapat 50.000-an perusahaan di Jabar. Terdiri dari 12.527 perusahaan kecil, 5.166 perusahaan menengah dan 32.307 perusahaan besar dengan jumlah tenaga kerja 2.008.814 orang.

"Perusahaan besar dan menengah itu menerapkan K3, bahkan membentuk panitia pembina K3. Istilahnya dari buruh untuk buruh, tapi yang membuat kita kesulitan adalah perusahaan kecil dan tidak melapor di WLKP karena kita hanya memiliki 178 petugas pengawas. Melalui edukasi K3 kita harapkan jadi bekal kita dalam satu tahun ke depan," ucapnya.

Lebih lanjut, Taufik juga berharap koordinasi yang dilakukan antara perusahaan dengan satgas penanganan Covid-19 harus terus intens. Pada awalnya, dia menambahkan, perusahaan selalu melaporkan rutin, termasuk jika ada satu pekerja terkena Covid-19. Setelah itu, perusahaan tersebut langsung berhenti beroperasi. 

"Sehingga mengakibatkan dampak luar biasa. Sekarang lebih teratur dengan sistem tracing-nya, sehingga koordinasi dengan satgas lebih masif," katanya. 

Pandemi ini, ucapnya, memberikan hikmah bahwa perubahan tata kerja baru telah sama-sama dilaksanakan. Di sisi lain dunia tengah memasuki era revolusi industri 4.0 sehingga ada beberapa jenis pekerjaan lama yang hilang dan beberapa jenis pekerjaan baru yang muncul.

"Dengan munculnya jenis pekerjaan baru, kemungkinan potensi-potensi bahaya baru bisa saja terjadi. Strategi pengendalian agar tidak terjadi kecelakaan dan penyakit akibat kerja perlu dilakukan dan diantisipasi agar adaptasi pada kebiasaan baru menjadi bermakna untuk K3," pungkas dia. (riantonurdiansyah)


Sumber: https://www.inilahkoran.com/berita/72926/tercatat-26-ribu-kasus-kecelakaan-kerja-sepanjang-2020-disnakertrans-jabar-ajak-peduli-k3

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bantu Mudahkan 'Jalan' UMKM, CEO Toko Online Ini Masuk Forbes 30 Under 30

Liputan6.com, Jakarta  Hidup itu adalah pilihan. Dalam pekerjaan atau menjalankan usaha misalnya. Anda bebas memilih, mau bekerja diposisi apa, berbisnis apa, dan bagimana cara menjalankan usaha tersebut. Hal itulah yang setidaknya dilakukan oleh pengusaha muda asal Jakarta, William Sunito. Dia adalah Founder & Chief Executive Officer (CEO) TokoWahab.com Di usia mudanya, bungsu dari tiga bersaudara ini memimpin sekaligus mengelola perusahaan keluarga yang berdiri pada 1957. "Pada akhir 2015 saya kembali dari Amerika ke Indonesia dan memutuskan untuk terjun langsung mengurus perusahaan keluarga saya. Ini memang kemauan saya (untuk mengelola perusahaan) karena saya melihat ada potensi yang besar," jelas William saat berbincang dengan  Tim Liputan6.com  di kantornya di kawasan Senen, Jakarta Pusat, Rabu (12/2). Ya, berbekal passion dalam dunia bisnis ditambah pengetahuan yang didapat selama kuliah di University of Washington, Amerika Serikat, William mulai menerap

OPINI Cristeddy Asa Bakti: Menentukan Posisi di Era Digitalisasi

REVOLUSI  industri memegang peranan penting dalam  kehidupan manusia. Dimulai dari revolusi industri 1.0 pada abad ke-18 di mana tenaga manusia mulai digantikan dengan mesin bertenaga uap dampaknya pekerjaan yang sebelumnya di kerjakan manusia terdisrupsi oleh mesin uap. Pada era tersebut muncul pekerjaan baru yaitu sebagai operator mesin uap dan juga manusia yang sebelumnya hanya berfokuskan menggunakan tenaga mulai meningkatkan kompetensi supaya bisa mengoperasikan mesin tersebut. Revolusi industri 2.0 yang terjadi di awal abad ke-20 ditandai dengan kemunculan tenaga listrik. Perubahan dari mesin uap ke mesin bertenaga listrik dikarenakan energi listrik mudah diubah menjadi energi yang lain.  Pada era ini pun juga terjadi disrupsi dan perubahan yaitu mulai bermunculannya pabrik-pabrik untuk pembuatan produk massal dikarenakan mulai diperkenalkan dengan kehadiran “ban berjalan” (konveyor) misalnya: mobil, motor. Dampaknya manusia yang sebelumnya bermata pencaharian petani memi

WEF 2020 Meluncurkan Manifesto Davos untuk Revolusi Industri 4.0

Davos, IDN Times  - Pendiri dan Ketua Eksekutif Forum Ekonomi Dunia (WEF), Profesor Klaus Schwab, meluncurkan Manifesto Davos (The Davos Manifesto 2020).  Klaus yang mencetuskan “Revolusi Industri 4.0” dan menulis buku tentang itu, memberikan judul “Tujuan Universal Sebuah Perusahaan di era Revolusi Industri Ke-4”.  Manifesto diluncurkan bertepatan dengan tahun ke-50 dilakukannya WEF, yang setiap bulan Januari dilaksanakan di Davos, resor ski di pegunungan Alpen, Swiss.  “Tahun 1973, kami mengumumkan Manifesto Davos juga yang menjadi landasan bagi perusahaan untuk beroperasi.  Prinsip-prinsipnya masih relevan dan awet. Tapi, dunia berubah secara dinamis. Saat ini perusahaan global diharapkan menjadi agen perubahan, memainkan peran lebih besar dalam menentukan di bidang politik, ekonomi, sosial, budaya yang mengubah dunia,” kata Klaus. Pendiri WEF ini mengklaim bahwa selama 50 tahun, WEF telah berkontribusi dalam pembangunan global di berbagai bidang. Manifesto Davos 2020 dimaksudka