Kementerian PPN/Bappenas menyatakan untuk mengembalikan status Indonesia menjadi Upper Middle Income Country pada 2022, dibutuhkan pertumbuhan ekonomi sebesar 5,0 persen per tahun. Sementara itu, realisasi investasi di 2020 hanya sebesar Rp 4.897,78 triliun karena ekonomi terkontraksi.
Dengan demikian, pada 2021, dibutuhkan tambahan investasi sebesar Rp 919,52 -1.014,32 triliun dari 2020 agar ekonomi dapat tumbuh di kisaran 4,5-5,5%. Salah satu cara investasi untuk mempercepat pemulihan ekonomi adalah melalui pembangunan sarana perumahan dan perkantoran Ibu Kota Negara (IKN).
Pembangunan rumah dan kantor di IKN akan menambah laju pertumbuhan ekonomi nasional sebesar 0,2% basis poin rata-rata per tahun, dan menambah laju pertumbuhan ekonomi Kalimantan Timur sebesar 2,1% basis poin rata-rata per tahun. Pembangunan IKN juga akan mendorong penyerapan tenaga kerja sekitar 1,2–1,3 juta orang sekaligus mewujudkan pemerataan pembangunan dan investasi.
“Sekarang kita memberikan business opportunity bagi swasta di IKN tapi ada syaratnya, pandemi harus kita kendalikan. Pembangunan IKN bisa menjadi salah satu cara untuk mendorong investasi yang diharapkan dapat mendorong pertumbuhan ekonomi setelah pandemi, dengan syarat pembangunan dilakukan setelah pandemi dapat diatasi, yaitu dengan menurunkan positivity rate dan menahan laju pertambahan kasus agar angka reproduksi virusnya (Rt) menjadi 0.9,” ujar Menteri PPN/Kepala Bappenas Suharso Monoarfa pada pada Konferensi Pers Perkembangan Ekonomi Indonesia: Optimisme dengan Kerja Cerdas, Lekas, dan Tuntas pada Selasa (9/2/2021).
Sementara itu, pembatasan sosial yang menjadi salah satu strategi menurunkan laju penularan telah meningkatkan tren digitalisasi. Saat ini, pertumbuhan tahunan penjualan e-commerce di Indonesia meningkat mencapai 15,4%.
Perkembangan di Indonesia terlihat dari total penjualan nilai transaksi (Gross Merchandise Value) sektor e-commerce yang meningkat 54,0 persen dari USD 21,0 miliar di 2019 menjadi USD 32,0 miliar (setara Rp 266,3 triliun) di 2020 dan diperkirakan terus meningkat menjadi USD 83,0 miliar di 2025.
“Perusahaan yang berhasil bertahan selama pandemi juga merupakan perusahaan yang mulai melakukan digitalisasi. Perusahaan besar, kecil, menengah dan mikro kita lihat melakukan adjustment,” ungkap Menteri Suharso.
Hasil survei Bank Dunia dan Kementerian PPN/Bappenas (2020) menunjukkan sebagian besar perusahaan, yakni 95% perusahaan besar dan 75% perusahaan kecil, telah melakukan upaya digitalisasi melalui internet, media sosial, dan platform digital untuk bertahan selama pandemi. Hasil survei tersebut juga menunjukkan bahwa kondisi usaha pada kuartal IV-2020 terlihat lebih baik dari Kuartal II-2020.
Tercatat 73% perusahaan tetap buka pada Juni 2020 dan Oktober 2020. Bahkan, 16 persen perusahaan yang tutup pada bulan Juni 2020, dapat beroperasi di kuartal IV 2020 sehingga pada Oktober 2020, sebanyak 89% perusahaan dapat mengoperasikan bisnisnya, dan sekitar 11% perusahaan tetap tutup.
Sumber: https://akurat.co/ekonomi/id-1272161-read-butuh-pertumbuhan-ekonomi-50-persen-jika-indonesia-ingin-jadi-upper-middle-income
Komentar
Posting Komentar