Langsung ke konten utama

Mahasiswa Unair Ciptakan Aplikasi untuk Memanjakan Tanah


(Foto: Liputan6.com/Dian Kurniawan)
Liputan6.com, Surabaya - Di bidang pertanian, hasil panen dipengaruhi oleh beberapa faktor. Salah satu adalah tanah. Hanya saja selama ini tidak semua petani memahami kebutuhan tanah untuk bercocok tanam.
Berdasarkan masalah tersebut, Affandy Fahrizain mahasiswa Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Airlangga (FST UNAIR) menciptakan aplikasi berbasis Internet of Things untuk membantu petani dalam perawatan tanah untuk bercocok tanam. Aplikasi tersebut diberi nama Smart Watering System for Greenhouse Farmers based on Internet of Things and Android.
Menurut Affandy, aplikasi tersebut bertujuan untuk membantu mengatur kelembaban tanah. Selain itu, juga untuk mengontrol air yang diberikan ke tanaman.

"Inovasinya berupa perangkat keras Internet of Things yang terhubung sama server, sehingga pengguna bisa memantau tingkat kelembaban tanah dan suhu ruangan di sekitar tanaman dengan mudah," ujar mahasiswa tingkat akhir tersebut, Senin, 20 Januari 2020.
Dengan menggunakan sensor, aplikasi tersebut mendeteksi tingkat kelembaban tanah di bawah batas yang ditentukan, pompa air akan otomatis menyala. Ketika sudah mencapai atau melebihi batas kelembaban yang ditentukan, pompa air akan otomatis mati.
"Cara kerjanya kalau sensor mendeteksi tingkat kelembaban tanah di bawah batas yang ditentukan, maka pompa air akan otomatis menyala. Ketika kelembabannya sudah mencapai atau melebihi batas, maka pompa air akan otomatis mati,” jelas mahasiswa Program Studi S1 Sistem Informasi tersebut.

Affandy menyampaikan, dalam prosesnya, internet menjadi salah satu kesulitan. Hal tersebut karena alat sangat bergantung dengan koneksi internet.
"Kesulitannya karena ini terhubung dengan internet, jadi ya sangat bergantung sama kualitas koneksi internet. Kalau internetnya lambat maka alat pun akan lambat juga responnya,” terangnya.
Affandy juga mengungkapkan, aplikasi tersebut telah mampu bekerja dengan baik sesuai dengan yang direncanakan. Tidak hanya itu, aplikasi itu juga telah berhasil digunakan untuk memantau kondisi tanaman secara real-time. Affandy berharap aplikasi tersebut dapat dikembangkan lagi untuk membantu banyak orang terlebih dalam bidang yang lain.
Tak hanya itu, aplikasi tersebut menghantarkan Affandy mendapatkan gold award dalam ajang International Exhibition of Research, Idea & Innovation on Creative and Humanizing pada 16-18 Desember 2019 bertempat Convention Hall, Level 5 E-Learning, Sultan Abdul Jalil Shah Campus (KSAJS), Sultan Idris Education University (UPSI), Malaysia. Selain itu, Affandy juga mendapatkan Best Project dari IEEE Systems, Man and Cybernetics Society (IEEE SMC)


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bantu Mudahkan 'Jalan' UMKM, CEO Toko Online Ini Masuk Forbes 30 Under 30

Liputan6.com, Jakarta  Hidup itu adalah pilihan. Dalam pekerjaan atau menjalankan usaha misalnya. Anda bebas memilih, mau bekerja diposisi apa, berbisnis apa, dan bagimana cara menjalankan usaha tersebut. Hal itulah yang setidaknya dilakukan oleh pengusaha muda asal Jakarta, William Sunito. Dia adalah Founder & Chief Executive Officer (CEO) TokoWahab.com Di usia mudanya, bungsu dari tiga bersaudara ini memimpin sekaligus mengelola perusahaan keluarga yang berdiri pada 1957. "Pada akhir 2015 saya kembali dari Amerika ke Indonesia dan memutuskan untuk terjun langsung mengurus perusahaan keluarga saya. Ini memang kemauan saya (untuk mengelola perusahaan) karena saya melihat ada potensi yang besar," jelas William saat berbincang dengan  Tim Liputan6.com  di kantornya di kawasan Senen, Jakarta Pusat, Rabu (12/2). Ya, berbekal passion dalam dunia bisnis ditambah pengetahuan yang didapat selama kuliah di University of Washington, Amerika Serikat, William mulai menerap

OPINI Cristeddy Asa Bakti: Menentukan Posisi di Era Digitalisasi

REVOLUSI  industri memegang peranan penting dalam  kehidupan manusia. Dimulai dari revolusi industri 1.0 pada abad ke-18 di mana tenaga manusia mulai digantikan dengan mesin bertenaga uap dampaknya pekerjaan yang sebelumnya di kerjakan manusia terdisrupsi oleh mesin uap. Pada era tersebut muncul pekerjaan baru yaitu sebagai operator mesin uap dan juga manusia yang sebelumnya hanya berfokuskan menggunakan tenaga mulai meningkatkan kompetensi supaya bisa mengoperasikan mesin tersebut. Revolusi industri 2.0 yang terjadi di awal abad ke-20 ditandai dengan kemunculan tenaga listrik. Perubahan dari mesin uap ke mesin bertenaga listrik dikarenakan energi listrik mudah diubah menjadi energi yang lain.  Pada era ini pun juga terjadi disrupsi dan perubahan yaitu mulai bermunculannya pabrik-pabrik untuk pembuatan produk massal dikarenakan mulai diperkenalkan dengan kehadiran “ban berjalan” (konveyor) misalnya: mobil, motor. Dampaknya manusia yang sebelumnya bermata pencaharian petani memi

WEF 2020 Meluncurkan Manifesto Davos untuk Revolusi Industri 4.0

Davos, IDN Times  - Pendiri dan Ketua Eksekutif Forum Ekonomi Dunia (WEF), Profesor Klaus Schwab, meluncurkan Manifesto Davos (The Davos Manifesto 2020).  Klaus yang mencetuskan “Revolusi Industri 4.0” dan menulis buku tentang itu, memberikan judul “Tujuan Universal Sebuah Perusahaan di era Revolusi Industri Ke-4”.  Manifesto diluncurkan bertepatan dengan tahun ke-50 dilakukannya WEF, yang setiap bulan Januari dilaksanakan di Davos, resor ski di pegunungan Alpen, Swiss.  “Tahun 1973, kami mengumumkan Manifesto Davos juga yang menjadi landasan bagi perusahaan untuk beroperasi.  Prinsip-prinsipnya masih relevan dan awet. Tapi, dunia berubah secara dinamis. Saat ini perusahaan global diharapkan menjadi agen perubahan, memainkan peran lebih besar dalam menentukan di bidang politik, ekonomi, sosial, budaya yang mengubah dunia,” kata Klaus. Pendiri WEF ini mengklaim bahwa selama 50 tahun, WEF telah berkontribusi dalam pembangunan global di berbagai bidang. Manifesto Davos 2020 dimaksudka