Langsung ke konten utama

OPINI Cristeddy Asa Bakti: Menentukan Posisi di Era Digitalisasi

OPINI Cristeddy Asa Bakti: Menentukan Posisi di Era Digitalisasi
REVOLUSI industri memegang peranan penting dalam  kehidupan manusia. Dimulai dari revolusi industri 1.0 pada abad ke-18 di mana tenaga manusia mulai digantikan dengan mesin bertenaga uap dampaknya pekerjaan yang sebelumnya di kerjakan manusia terdisrupsi oleh mesin uap. Pada era tersebut muncul pekerjaan baru yaitu sebagai operator mesin uap dan juga manusia yang sebelumnya hanya berfokuskan menggunakan tenaga mulai meningkatkan kompetensi supaya bisa mengoperasikan mesin tersebut.
Revolusi industri 2.0 yang terjadi di awal abad ke-20 ditandai dengan kemunculan tenaga listrik. Perubahan dari mesin uap ke mesin bertenaga listrik dikarenakan energi listrik mudah diubah menjadi energi yang lain. 

Pada era ini pun juga terjadi disrupsi dan perubahan yaitu mulai bermunculannya pabrik-pabrik untuk pembuatan produk massal dikarenakan mulai diperkenalkan dengan kehadiran “ban berjalan” (konveyor) misalnya: mobil, motor. Dampaknya manusia yang sebelumnya bermata pencaharian petani memiliki pilihan yang lain yaitu pekerja pabrik.
Revolusi industri 3.0 dimulai dengan munculnya otomatisasi yang dikontrol oleh komputer hal ini semakin didukung dengan ditemukannya transistor  dan IC (Integrated Circuit) sehingga ukuran komputer menjadi semakin kecil. Di era ini disrupsi tenaga manusia menjadi semakin terlihat karena pekerjaan yang sebelumnya dikerjakan oleh manusia sudah diambil alih menggunakan otomatisasi oleh komputer.
Revolusi industri 4.0 yang sekarang sedang ramai diperbincangkan bahkan diangkat menjadi salah satu topik pada debat capres pada tahun 2019. Sebetulnya apa yang terjadi pada revolusi industri 4.0 dan hal apa saja yang berubah dan siapa yang terdisrupsi?
Revolusi industri ini merupakan keberlanjutan dari penggunaan komputer atau bisa dibilang fungsi komputer bukan hanya sebuah mesin tetapi sudah diperlengkapi dengan pikiran dan antar perangkat komputer sudah saling terhubung sehingga muncul ilmu baru tidak pernah terpikirkan sebelumnya.
Bayangkan saja jika pekerjaan “berpikir” hal mendasar yang sebelumnya hanya bisa dilakukan oleh manusia sekarang perlahan mulai diambil alih oleh komputer dengan menggunakan kecerdasan buatan dan pemanfaatan data yang melimpah-ruah di dunia maya. Bila dahulu kita kesulitan dalam hal pencarian data bahkan harus memberikan daya upaya lebih juga  mengeluarkan uang yang tidak sedikit untuk memperoleh data tetapi kita sekarang tinggal duduk manis di depan komputer dan semuanya sudah ada di situ. 
Berkaca pada pengalaman revolusi industri yang sebelumnya biasanya juga diikuti  oleh revolusi manusianya juga. Mau tidak mau atau suka tidak suka manusia yang ada dalam era revolusi industri harus mau berevolusi yang sebetulnya hal tersebut adalah bagian dari naluri dasar dari makhluk hidup yaitu beradaptasi dengan lingkungan sekitar.
Manusia yang tidak mau belajar cara mengoperasikan mesin uap maka selamanya akan mengandalkan tenaga angin sebagai tenaga untuk berlayar mengarungi lautan. Jika manusia tidak mau masuk ke dalam dunia industri maka mustahil kita bisa merasakan mengendarai transportasi massal. Manusia yang tidak mau berevolusi untuk belajar menggunakan komputer maka akan kesulitan mendapatkan pekerjaan. Terlebih lagi di era digitalisasi sekarang ini yang  segala sesuatu aspek kehidupan mulai diambil alih komputer. 

Sebetulnya apa itu digitalisasi? Menurut KBBI daring, digitalisasi adalah proses pemberian atau pemakaian sistem digital. Digital sendiri merepresentasikan angka di mana angka tersebut di dapat dari tegangan listrik 5 volt disimbolkan menjadi angka 1 dan tegangan listrik 0 volt disimbolkan menjadi angka 0.
Simbol  angka 0 dan angka 1 inilah dimanfaatkan oleh komputer untuk mengolah data menjadi informasi yang bisa digunakan untuk kehidupan manusia sehari-hari. Pemanfaatan komputer sudah tidak bisa terelakkan lagi karena meskipun hanya bisa mengetahui angka 0 dan 1 tetapi kecepatannya sulit tertandingi oleh manusia.
Oleh karena itulah banyak penelitian yang melibatkan penggunaan komputer dan melahirkan istilah-istilah yang  mungkin dulu belum terbayangkan oleh kita contohnya kecerdasan buatan , big data, dan internet of things .  Revolusi industri 4.0 mempunyai karakteristik di antaranya efisiensi, berbagi sumber daya, penggunaan sumber daya berdasarkan kebutuhan dan juga tak ketinggalan pemanfaatan data yang melimpah-ruah.

Kita berada pada zaman banjir data di mana data banyak tersebar  tinggal bagaimana mengubahnya menjadi informasi yang berharga. Penggunaan internet memegang peranan penting dalam revolusi industri 4.0. Menurut survei Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) penetrasi penggunaan internet 3 tahun terakhir mengalami kenaikan yang signifikan.
Dimulai tahun 2016 pengguna internet mencapai 132,7 juta kemudian tahun 2017 berjumlah 143,2 juta dan tahun 2018 sudah mencapai 171,17 juta jiwa. Jika dibandingkan dengan total populasi penduduk Indonesia maka di tahun 2018 sudah 64,8 % penduduk yang menggunakan internet dengan  kata lain di negara Indonesia sudah separuh penduduknya menggunakan internet 
Pemanfaatan internet yang belum optimal sudah mampu membuat pergeseran perilaku masyarakat. Jika dulu kesulitan untuk mencari orang yang mau mengantarkan ke tempat tujuan dengan tarif yang pasti hal tersebut mulai dikikis dengan kehadiran ojek & taksi online.
Ketika cuaca tak bersahabat kita butuh makananpun sekarang tak perlu repot sudah ada cara pesan makanan secara online. Anak-anak jaman sekarang sudah jarang  yang melihat televisi, mereka lebih sering melihat channel di Youtube yang bisa diganti-ganti kapan pun mereka bosan.
Media-media cetak pun mulai berpikir menghadapi perubahan ini, jika dulu lebih mengandalkan media cetak sekarang mulai memperkuat lini digital mereka. Koran yang dulu sering kita beli dan jika sudah bertumpuk-tumpuk banyak bisa kita jual per kilo sekarang sudah menjadi tumpukan berkas buku elektronik yang bisa kita simpan di HP dan bisa dibawa ke mana saja dengan mudah.
Sungguh suatu kehidupan yang sungguh menarik, mudah, menyenangkan dan tidak bisa kita bayangkan sebelumnya. Meskipun merasakan nikmatnya hidup di era digital tetapi tetap ada disrupsi yang terjadi. Contohnya di dunia percetakan terjadi efisiensi karena sekarang banyak media cetak yang melakukan pengetatan ikat pinggang.
Bagaimana nasib para pekerjanya? Tentunya sejarah dari revolusi industri yang lampau sudah mampu menjawabnya. Taksi online yang adapun sudah mampu membuat “pemain incumbent” kalang kabut.

Omset pendapatan taksi konvensional tergerus dikarenakan harus berbagi kue dengan pemain baru. Hal itu mau tidak mau membuat para pengemudi taksi konvensional memikirkan cara lain supaya bisa memenuhi kebutuhannya sehari-hari.
Negara kita dihadapkan pada pilihan untuk memilih kehadiran internet sebagai ancaman atau tantangan. Sebagai ancaman jika kita tidak menyikapi dengan baik dan malah menganggapnya sebagai musuh.
Sebaliknya sebagai tantangan akan kehidupan baru yang lebih baik dan menyenangkan jika mampu menyikapi dengan tepat. Banyak pekerjaan-pekerjaan yang tidak kita temukan di zaman dulu tetapi muncul di  era revolusi industri 4.0 entah itu sebagai content creator, youtuber , model endorse , berjualan toko online atau jika ingin yang lebih berat sebagai data analyst, system analyst, programmer dan lain sebagainnya. 

Jadi pilihan ada pada kita. Arus perubahan zaman sudah tidak bisa dibendung. Mari pada era ini kita menentukan posisi kita secara tepat.
Revolusi industri berbicara juga mengenai revolusi manusia. Jadi jika ada istilah “posisi menentukan prestasi” maka inilah saat yang tepat untuk kita menempatkan diri sebagai orang yang berguna bagi bangsa kita. Bangsa Indonesia yang merdeka dan berdaulat. (*)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bantu Mudahkan 'Jalan' UMKM, CEO Toko Online Ini Masuk Forbes 30 Under 30

Liputan6.com, Jakarta  Hidup itu adalah pilihan. Dalam pekerjaan atau menjalankan usaha misalnya. Anda bebas memilih, mau bekerja diposisi apa, berbisnis apa, dan bagimana cara menjalankan usaha tersebut. Hal itulah yang setidaknya dilakukan oleh pengusaha muda asal Jakarta, William Sunito. Dia adalah Founder & Chief Executive Officer (CEO) TokoWahab.com Di usia mudanya, bungsu dari tiga bersaudara ini memimpin sekaligus mengelola perusahaan keluarga yang berdiri pada 1957. "Pada akhir 2015 saya kembali dari Amerika ke Indonesia dan memutuskan untuk terjun langsung mengurus perusahaan keluarga saya. Ini memang kemauan saya (untuk mengelola perusahaan) karena saya melihat ada potensi yang besar," jelas William saat berbincang dengan  Tim Liputan6.com  di kantornya di kawasan Senen, Jakarta Pusat, Rabu (12/2). Ya, berbekal passion dalam dunia bisnis ditambah pengetahuan yang didapat selama kuliah di University of Washington, Amerika Serikat, William mulai menerap

WEF 2020 Meluncurkan Manifesto Davos untuk Revolusi Industri 4.0

Davos, IDN Times  - Pendiri dan Ketua Eksekutif Forum Ekonomi Dunia (WEF), Profesor Klaus Schwab, meluncurkan Manifesto Davos (The Davos Manifesto 2020).  Klaus yang mencetuskan “Revolusi Industri 4.0” dan menulis buku tentang itu, memberikan judul “Tujuan Universal Sebuah Perusahaan di era Revolusi Industri Ke-4”.  Manifesto diluncurkan bertepatan dengan tahun ke-50 dilakukannya WEF, yang setiap bulan Januari dilaksanakan di Davos, resor ski di pegunungan Alpen, Swiss.  “Tahun 1973, kami mengumumkan Manifesto Davos juga yang menjadi landasan bagi perusahaan untuk beroperasi.  Prinsip-prinsipnya masih relevan dan awet. Tapi, dunia berubah secara dinamis. Saat ini perusahaan global diharapkan menjadi agen perubahan, memainkan peran lebih besar dalam menentukan di bidang politik, ekonomi, sosial, budaya yang mengubah dunia,” kata Klaus. Pendiri WEF ini mengklaim bahwa selama 50 tahun, WEF telah berkontribusi dalam pembangunan global di berbagai bidang. Manifesto Davos 2020 dimaksudka