Jakarta -
London merupakan kota metropolis terbesar di Inggris yang dipenuhi dengan arsitektur klasik dan tetap mempertahankan nilai-nilai tradisionalnya. Di sisi lain, London tetap menjadi kota yang mengikuti perkembangan zaman, terutama perkembangan dalam teknologi di era industri 4.0 dengan menjadi salah satu smart city atau kota cerdas yang terbilang sangat berhasil di dunia ini.
Data terbaru dari Smart City Index menyatakan bahwa smart city terbaik di dunia jatuh kepada Vienna sebagai peringkat pertama dan London sebagai peringkat kedua. Peringkat runner up ini diraih London setelah para ahli mengevaluasi 153 kota-kota metropolis di dunia. Hal ini semakin meningkatkan harapan banyak orang bahwa Jakarta juga dapat menjadi smart city terbaik seperti London di masa depan, atau setidaknya menjadi kota cerdas terbaik di level Asia Tenggara.
Hampir sama dengan London, Jakarta merupakan kota besar di Indonesia yang kaya akan memori dan sejarah. Sebagai warga Jakarta, kita perlu menanamkan harapan yang besar bahwa suatu saat nanti kota Jakarta bisa sehebat London. Setidaknya, kita tidak perlu pergi jauh-jauh ke London atau tinggal di sana hanya untuk dapat menikmati bagaimana rasanya bisa tinggal di suatu kota yang terintegrasikan dengan baik oleh teknologi informasi. Kita tetap bisa tinggal di sini dan bersama-sama membangun kota Jakarta agar dapat menjadi kota yang nyaman seperti Smart London. Lantas, apa makna yang sebenarnya dari smart city?
Berdasarkan definisi yang disampaikan oleh Caragliu dan kawan-kawan, kota cerdas atau smart city dapat didefinisikan sebagai suatu kota yang mampu mengelola sumber daya manusia, modal sosial, dan infrastruktur telekomunikasi modern yang bertujuan untuk mewujudkan pertumbuhan ekonomi berkelanjutan dan kualitas kehidupan yang tinggi dengan manajemen sumber daya yang bijaksana melalui pemerintahan berbasis partisipasi masyarakat.
Dalam membangun Jakarta Smart City, ada enam indikator yang harus dicapai yaitu, smart governance, smart people, smart economy, smart mobility, smart environment, dan smart living. Tulisan ini tidak akan membahas keenam indikator tersebut, tetapi akan membahas dua indikator terpenting yang mana Jakarta Smart City dan Smart London memiliki persamaan yang dapat dianalisa secara bersamaan, yaitu smart mobility dan smart people.
Smart Mobility
Mobilitas menjadi salah satu hal yang paling sering dilakukan oleh para warga di dalam suatu kota metropolis. Di London, mobilitas menjadi salah satu hal penting yang mereka fokuskan. Smart London menerapkan Electronic Road Pricing (ERP) yang mana ini menjadi salah satu cara untuk mengatur kepadatan lalu lintas dengan menggunakan basis teknologi informasi dan pengenaan tarif.
Pengaturan kepadatan lalu lintas ini tentu saja untuk mengurangi kepadatan lalu lintas di kota London sebagai wilayah metropolitan terbesar di Britania Raya. Tentunya, bukan hanya penduduknya saja yang berlalu-lalang di kota ini, namun London juga memiliki segudang tourist attractions yang mengundang banyak turis untuk terus berdatangan ke kota ini. Itulah sebabnya, sistem mobilitas di kota ini harus benar-benar tertata dengan baik.
Selain untuk mengurangi kepadatan lalu lintas, ERP juga bertujuan untuk mempercepat laju kendaraan dan mengurangi emisi gas buang di kota tersebut. Logikanya, kendaraan tidak perlu mengantri hanya untuk membayar tarif. Dalam segi mobilitas, Smart London juga menerapkan Automatic Number Plate Recognition (ANPR) yang mana plat nomor setiap kendaraan dapat teridentifikasi dengan mudah oleh teknologi, sehingga dapat melewati jalan secara otomatis.
Di Jakarta kita memang sudah mengenal GTO atau Gerbang Tol Otomatis. Namun, ini berbeda dengan penerapan Automatic Number Plate Recognition (ANPR). Dalam penerapan ANPR, setiap kendaraan sudah terdaftar secara otomatis, sehingga semua pengemudi berhak untuk mendapatkan perjalanan yang lancar.
Tidak lupa, kartu serba guna untuk transportasi di kota London yang bernama Oyster memang telah menjadi andalan bagi sistem mobilitasnya. Hanya dengan satu kartu yang terintegrasi ini, warga London dapat melakukan mobilitas ke mana saja tanpa harus memiliki banyak kartu yang berbeda-beda fungsi.
Sesungguhnya, penerapan smart mobility yang dibuat oleh Smart London ini sangat bagus jika diterapkan juga di Jakarta. Seperti yang kita ketahui bersama, Jakarta adalah salah satu kota metropolis yang sering dilanda kemacetan. Bahkan sebuah situs bernama situs Tom Tom memberikan data bahwa Jakarta berada di urutan ketujuh dalam kategori kota termacet di dunia, dengan tingkat kemacetannya sebesar 53%.
Apabila Jakarta Smart City juga dapat menerapkan hal yang sama seperti Smart London dalam akses mobilitas warganya, mungkin ini dapat menjadi salah satu solusi yang efektif untuk mengurangi kemacetan tiada henti yang ada di kota Jakarta.
Smart People
Untuk membangun kota cerdas atau smart city, penerapan yang maksimal terhadap teknologi informasi saja tidak akan cukup. Kita perlu membangun dan mengubah pola pikir, serta kesiapan mental para warga di dalam kota tersebut agar dapat menjadi sumber daya manusia yang unggul.
Menurut data, terdapat 279 titik lokasi berkumpulnya para Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) di Jakarta. Rasanya tidak adil jika pemerintah provinsi hanya memberikan fokusnya pada warga Jakarta non-PMKS dalam membangun Jakarta Smart City.
Smart London menerapkan kegiatan offline platform untuk para warga yang terpinggirkan di kota London. Kegiatan ini adalah bentuk perhatian pemerintah kota kepada warga London yang terpinggirkan yang mana mereka tidak memiliki perangkat komunikasi atau akses dalam menyampaikan keluh kesah atau aspirasi kepada pihak berwenang.
Smart London menerapkan kegiatan offline platform untuk para warga yang terpinggirkan di kota London. Kegiatan ini adalah bentuk perhatian pemerintah kota kepada warga London yang terpinggirkan yang mana mereka tidak memiliki perangkat komunikasi atau akses dalam menyampaikan keluh kesah atau aspirasi kepada pihak berwenang.
Dalam hal ini, Jakarta Smart City juga sudah membentuk petugas P3S yaitu, pelayanan, pengawasan dan pengendalian tertib sosial. Mereka adalah para pahlawan kemanusiaan yang membantu melayani, mengawasi, dan menertibkan para warga PMKS yang membutuhkan "perhatian lebih" dari pemerintah provinsi Jakarta. Perlu diakui bahwa ini merupakan suatu langkah yang patut untuk diapresiasi.
Saran lain yang mungkin bisa dipertimbangkan dalam membangun smart people adalah memperbanyak sekolah gratis untuk warga PMKS. Dengan pendidikan, setiap orang bisa memiliki modal untuk mendapatkan kehidupan yang lebih layak dari sebelumnya. Untuk melakukan hal ini, kita juga tidak bisa terpaku pada usaha-usaha pemerintah provinsi DKI Jakarta saja. Diperlukan bala bantuan dari LSM atau kegiatan sukarelawan untuk memberikan pengajaran secara cuma-cuma kepada warga PMKS. Oleh karena itu, visi dan misi dalam membangun smart city memang perlu tersosialisasikan dengan baik kepada setiap warga Jakarta.
Teknologi informasi yang maju dan sumber daya alam yang melimpah tidak pernah menjadi modal yang cukup untuk membangun smart city, karena satu-satunya kekuatan yang dapat mengolah dan menggunakan kedua modal tersebut dengan baik adalah sumber daya manusia itu sendiri. Karena untuk menciptakan smart city yang terbaik diperlukan tekad yang kuat dan upaya yang besar dari kita semua untuk membantu terciptanya Jakarta Smart City yang sesuai dengan harapan bersama.
Komentar
Posting Komentar