Hal ini tentu harus menjadi perhatian dan tanggung jawab bersama secara serius agar pada 2023 dan tahun-tahun mendatang literasi digital mengalami peningkatan sebagaimana diharapkan. Dunia digital menawarkan peluang yang sangat besar untuk kita meraih nilai manfaatnya --walaupun potensi ancaman yang dapat ditimbulkannya juga sama besar. Lebih-lebih masyarakat Indonesia tergolong masyarakat yang sangat aktif di dunia digital.
We are Social (2022) misalnya melaporkan bahwa masyarakat Indonesia bahkan sanggup untuk lebih dari delapan jam berada di dunia digital dan mayoritas dihabiskan untuk bermedia sosial. Oleh karena itu, literasi digital merupakan kunci sekaligus benteng utama untuk meraih manfaat dan terlindungi di dunia digital.
Perhatian Serius
Informasi yang diproduksi dan disebarluaskan di dunia digital begitu melimpah ruah dan tanpa henti. Banyak di antara informasi tersebut yang menyesatkan, bahkan berbahaya. Kendati demikian, Kominfo dan Katadata (2023) menyebutkan bahwa mayoritas masyarakat mengungkapkan tidak memeriksa kembali kebenaran informasi berupa gambar, video, berita, situs dan kiriman di media sosial yang diterimanya.
Hal itu tentu menjadi peluang besar bagi semakin tersebarluasnya konten-konten negatif di media sosial. Kompas (31/1) misalnya melaporkan dalam beberapa bulan terakhir banyaknya masyarakat yang menjadi korban pembobolan rekening dan saldo karena mempercayai narasi palsu di media sosial yang dikemas dalam bentuk undangan pernikahan, resi pengiriman paket, dan tagihan iuaran BPJS yang dipadukan dengan file berformat Android Packaging Kit (APK).
Selain itu, Kominfo melalui laman TrustPositif juga melaporkan pada kurun waktu 2 Januari 2023 hingga 6 Februari 2023 ada ratusan informasi hoaks yang beredar di masyarakat melalui media sosial. Mulai dari tentang aktor politik, lowongan pekerjaan, diskon produk tertentu, undian berhadiah, produk makanan hingga beragam tindak kejahatan.
Preferensi dan kepercayaan yang tinggi terhadap media sosial dan segala informasi yang diproduksi dan disebarkan melalui media sosial perlu menjadi perhatian serius bersama dalam bentuk tindakan nyata. Kementerian Kominfo, Gerakan Nasional Literasi Digital (GNLD) Siberkreasi dan ribuan jejaring komunitas dan lembaga serta puluhan ribu pegiat literasi digital secara formal telah melakukan beragam kegiatan untuk penguatan literasi digital masyarakat. Tujuannya pun jelas untuk meningkatkan literasi digital masyarakat guna mewujudkan dunia digital yang ramah, manfaat serta bermakna.
Semua lapisan masyarakat pun menjadi target sasarannya walaupun masih banyak masyarakat yang acuh untuk mengikuti program-program penguatan literasi digital. Bahkan, 52 persen responden menyebutkan pihak yang paling bertanggung jawab terhadap pemberantasan informasi hoaks adalah Kementerian Kominfo (Kominfo dan Katadata, 2023).
Idealnya, memutus mata rantai penyebaran konten-konten negatif adalah tugas nyata bersama, bukan semata program lembaga. Selain itu, aktif berkontribusi mengunggah konten-konten positif dan edukatif di media sosial juga urgen. Banyaknya unggahan dan komentar negatif yang tersebar di media sosial perlu ditandingi dengan unggahan-unggahan yang positif serta edukatif sehingga masyarakat secara umum tidak hanya disuguhkan dengan konten-konten negatif itu ketika berkunjung ke dunia digital.
Melonjak Pesat
Indonesia telah memasuki tahun politik dan puncaknya pada pesta demokrasi yang akan digelar pada 2024 mendatang. Arus informasi di media digital diprediksi akan melonjak pesat. Potensi unggahan dan komentar yang penuh sumpah-serapah, caci-maki, hingga informasi-informasi sepotong-sepotong yang menyesatkan dan berbahaya menjadi sangat besar. Preferensi politik yang berbeda, serta tumpang tindih kepentingan untuk menikmati untung atas pesta demokrasi yang digelar menjadi pemicunya.
Menyambut tahun politik dengan penguatan literasi digital menjadi mutlak diperlukan. Bukan sekadar melalui kegiatan-kegiatan seremonial, namun juga aksi nyata keteladanan dari kita semua dalam menggunakan media digital secara beretika. Titik temunya adalah tentang bagaimana agar kemampuan menelusuri asal-usul informasi, kemampuan membedakan antara informasi hoaks dan valid serta membedakan informasi yang utuh dan yang sepotong-sepotong itu membumi di masyarakat.
Penguatan literasi digital secara umum harus terus menerus dilakukan oleh siapapun yang peduli dengan terwujudnya dunia digital yang aman dan bermakna, utamanya oleh kita.
Komentar
Posting Komentar