Sejarah mencatat bahwa ekonomi Indonesia selalu selamat dari badai amukan krisis hingga resesi ekonomi berkat eksistensi Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM). Apalagi transformasi digital UMKM terus tumbuh pesat. Bagai hutan mangrove yang tahan hantaman tsunami, UMKM hadir bak penyelamat. Mau bukti?
Indonesia mengalami perjalanan ekonomi yang berliku. Ekonomi Indonesia pernah terpuruk akibat peristiwa krisis moneter (Krismon) 1998 hingga diamuk resesi ekonomi akibat geopolitik dan pandemi di era 2000-an. Mari kita bedah satu per satu.
1. Krismon 1998
Kala itu Indonesia yang tengah bergejolak karena kondisi politik dan ekonomi porak poranda yang juga bertepatan dengan resesi Asia. Nilai tukar Rupiah amblas, begitu juga dengan bursa saham. Ekonomi Indonesia 25 tahun silam dikuasai oleh konglomerat dengan korporasi besar pada masanya. Tapi ternyata bukan peran konglomerat sang penyelamat. Bahkan banyak konlomerat yang 'lunglai' di meja hijau.
Nyatanya data Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) mencatat UMKM menjadi instrumen pemerintah yang dapat menyelamatkan ekonomi dalam jurang resesi.
"Dalam sejarah, untuk mengisi kemerdekaan, pada 1998, pada saat krisis ekonomi (Indonesia), yang menyelamatkan perekonomian kita adalah UMKM, bukan konglomerat atau korporasi besar," ujar Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia, Selasa (1/12/2020).
2. Krisis Subprime Mortgage
Krisis kembali datang, pada 2007-2008 akibat ambruknya raksasa investasi Lehman Brothers. Lembaga donor internasional, International Monetary Fund (IMF) menyatakan, total kerugian yang ditelan negara di seluruh penjuru dunia akibat krisis subprime mortgage sekira USD945 miliar atau Rp8.708 triliun (Rp9.215 per USD kurs pada saat itu).
Pada saat krisis subprime mortgage merebak, harga minyak dunia melonjak ke USD91 dari USD64,2 per barel pada 2007. Nilai tukar Rupiah pun yang relatif stabil di bawah Rp10.000 per USD bertahun-tahun, lalu menjadi ambrol di level Rp12.600 per USD.
Namun dalam Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia pada bulan Desember 2012, juga menyatakan krisis finansial 2008 yang mengehentakkan global relatif lebih kuat dampaknya terhadap rumah tangga pedesaan daripada rumah tangga perkotaan Indonesia. Ini berkat UMKM yang menjadi segmen rumah tangga perkotaan. Bahkan Badan Pusat Statistik mencatat pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2008 sebesar 6,01%.
3. Pandemi Covid-19
Singkat cerita, lompat ke tahun 2020-an di mana dunia terjangkit Pandemi Covid-19 telah mengubah tatanan hidup lantaran Covid-19 juga menginfeksi ekonomi. Indonesia pun sempat mengalami resesi namun berhasil kembali tumbuh positif.
Covid-19 pun turut mengubah pola kegiatan dari offline, kemudian seketika berubah menjadi online. Di sinilah peran transformasi digital UMKM bak juru penyelamat. Mereka yang terkena Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) mampu bertahan dengan membuka usaha UMKM. Mereka turut menyesuaikan diri, dari UMKM offline menjadi go online.
Pentingnya peran UMKM saat itu dikuatkan melalui Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) telah yang mengalokasikan stimulus Rp607,25 Triliun. Khusus Koperasi dan UMKM, dianggarkan sebesar Rp123,46 Triliun.
Anggaran sebesar itu digunakan untuk stimulasi berbagai program. Terdiri dari Insentif pajak (PPh Final UMKM DTP) sebesar Rp2,4 Triliun, Subsidi bunga KUR dan Non KUR sebesar Rp35,28 Triliun, Penempatan Dana Untuk Restrukturisasi UMKM sebesar Rp78,78 Triliun.
Salah satu bank yang menyalurkan program KUR dan berperan penting terhadap perkembangan UMKM di Indonesia adalah PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk atau BRI. Bahkan BRI dipercaya pemerintah untuk menyalurkan KUR dalam jumlah yang fantastis. Hal ini terbukti dari angkanya yang terus meningkat. Pada tahun ini, Bank BRI mendapatkan alokasi penyaluran KUR sebesar Rp270 triliun. Angka itu naik Rp13 triliun dari alokasi tahun sebelumnya Rp257 triliun.
Transformasi digital UMKM sejalan dengan core business BRI yang memang mengakar kepada usaha rakyat. BRI terus mendorong transformasi digitalisasi UMKM agar naik kelas. Tujuannya, ketahanan dan keberlanjutan usaha para pelaku usaha juga diharapkan dapat mempercepat pemulihan ekonomi.
Direktur Utama Bank BRI Sunarso mengatakan sesuai pengembangan roadmap digital, Bank BRI bertekad melayani masyarakat sebanyak-banyaknya dengan biaya seefisien mungkin melalui go smaller, go shorter dan go faster.
“Situasi krisis akibat pandemi corona mendorong kami berinovasi lebih cepat. Kami menyinergikan tiga eksosistem sebagai cara kami mendigitalisasi UMKM agar terus bertumbuh, bangkit dari tekanan dampak corona,” kata Sunarso, dalam Webinar Nasional “The Future of Digital Banking” belum lama ini.
Terkait ekosistem digital, Bank BRI telah menggandeng sejumlah perusahaan e-commerce besar dan ride hailing, mulai dari Tokopedia, Grab, Bukalapak, Shopee, Gojek, untuk pembiayaan KUR kepada merchant atau mitra mereka. Sementara untuk ekosistem desa, Bank BRI mendukung pemberdayaan ekonomi melalui pengembangan cluster dan produk unggulan serta BUMDES.
Digitalisasi UMKM bak Emerald
Dari peristiwa dahsyat yang perjalanan ekonomi Indonesia, ketiganya terbukti diselamatkan oleh UMKM. Bahkan peran UMKM terhadap ekonomi melompat tajam dengan adanya digitalisasi UMKM.
Sebelum pandemi, data Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (Kemenkop UKM) tercatat sebanyak 3,79 juta UMKM sudah memanfaatkan platform online dalam memasarkan produknya. Jumlah ini berkisar 8 persen dari total pelaku UMKM yang ada di Indonesia, yakni 59,2 juta.
Namun setelah pandemi, tercatat sebanyak 19,5 juta pelaku UMKM telah terhubung platform e-commerce. Jumlah itu hampir 30 persen dari 65 juta UMKM. Artinya transformasi digitalisasi menjadi kunci dan momen kebangkitan ekonomi Indonesia. Terlebih potensi transformasi digital masih sangat terbuka lebar seiring dengan teknologi yang akan terus berkembang.
Peran UMKM begitu penting bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia. Perannya sangat dominan, sehingga butuh terus dikembangkan. Apalagi potensi kekayaan Indonesia sangat berlimpah, menjadi modal keuntungan tersendiri bagi pelaku UMKM. Sebut saja potensi alam baik laut maupun gunung yang menyimpan pertambangan hingga ke perut bumi, beserta produk turunannya yang bisa menjadi karya pelaku UMKM.
Tak pelak dunia menyematkan Indonesia sebagai negara Zamrud Khatulistiwa. Istilah ini tepat karena kekayaan alam Indonesia yang melimpah dan memukau serta letak geografisnya yang dilintasi garis khatulistiwa.
Tidak salah jika kehadiran digitalisasi UMKM Indonesia juga menyandang sebagai The Emerald of Equator. Sebab Digitalisasi UMKM mampu menghubungkan dari Sabang sampai Merauke bahkan go global. Digitalisasi UMKM menembus ruang waktu ke pada masa depan yang lebih sejahtera. Tidak hanya bagi pelaku, namun digitalisasi UMKM mampu menyelamatkan ekonomi Bumi Pertiwi.
Komentar
Posting Komentar