Langsung ke konten utama

Suntik Dana di LinkAja, Grab Dinilai akan Berperan Besar Dorong Digitalisasi di BUMN

 

Ilustrasi: investasi. Suntik Dana di LinkAja, Grab Dinilai akan Berperan Besar Dorong Digitalisasi di BUMN. (Sumber: SHUTTERSTOCK)

Bisnis perusahaan rintisan khususnya di bidang teknologi finansial dinilai akan semakin berkembang ke depannya.

Hal ini salah satunya dirasakan pada anak usaha BUMN, LinkAja, yang belum lama ini mendapat suntikan dana segar dari sejumlah investor yang dipimpin Grab.

Suntikan modal tersebut dinilai menjadi indikator semakin berkembangnya ekosistem investasi startup di Indonesia.

Selain itu, investasi tersebut juga menunjukkan meningkatnya kepercayaan investor pada bisnis perusahaan rintisan khususnya di bidang teknologi finansial.

“Selain telah membuktikan kiprahnya sebagai salah satu pionir teknologi digital yang berperan meningkatkan literasi dan inklusi keuangan nasional, Grab juga memberi perhatian pada pelaku financial technology dalam negeri dengan penempatan modal tersebut,” ujar pengamat ekonomi dari Indonesia Strategic and Economic Action Institution Ronny P. Sasmita dalam keterangan tertulisnya, Minggu (17/1/2021).

Menurut Ronny, aksi korporasi Grab dan para investor akan menjadi sinyal bagi investor lainnya. Baik domestik maupun asing, mereka akan lebih percaya diri untuk berekspansi ke dalam ekosistem digital dan financial technology Indonesia yang semakin membaik.

Sementara dari sisi pertimbangan bisnis ke depan, lanjut Ronny, keputusan Grab dinilai rasional karena Grab akan mendapat peluang captive market yang prospektif yang sudah ada dalam jangkauan LinkAja.

LinkAja sendiri berada dalam ekosistem BUMN, yang berarti penerapan tata kelola yang baik (good corporate governance) sudah menjadi keharusan.

“Grab akan berperan besar dalam mendorong digitalisasi, literasi, dan inklusi keuangan di lingkungan BUMN hingga pemerintahan. Ini potensi yang tidak dimiliki oleh pemain investor financial technology lain,” papar Ronny.

Selain itu, lanjut Ronny, keputusan Grab Indonesia ini juga akan memberi kepercayaan diri kepada Indonesia sendiri untuk terus memperbaiki diri dan mengembangkan ekosistem digital dan teknologi finansial nasional agar terus bisa bersaing dengan negara-negara tetangga.

“Karena sampai hari ini, Indonesia masih tertinggal dibanding beberapa negara ASEAN lainya dari sisi indeks inklusi keuangan. Indonesia masih tertinggal dibanding Singapura yang telah mencapai 98 persen dalam inklusi keuangan, Malaysia 85 persen, dan Thailand 82 persen,” papar Ronny.

Wakil Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Kartiko Wirjoatmodjo mengatakan, Kementerian BUMN punya visi agar LinkAja bisa menjadi pembayaran digital yang terbesar di Indonesia.

Apalagi, lanjut dia, BUMN punya ekosistem yang cukup lengkap, mulai dari transportasi hingga UMKM yang menyasar segmen mikro.

"Kita punya visi kalau bisa LinkAja jadi platform payment nasional yang terbesar, saya rasa kita on the way ke sana," jelas lelaki yang akrab dipanggil Tiko ini.

Sebelumnya, anak usaha BUMN, LinkAja, mendapat suntikan dana segar dari sejumlah investor yang dipimpin Grab. Total komitmen sebesar 100 juta dollar amerika, atau sekitar 1,4 triliun rupiah.

Dana akan digunakan untuk akselerasi pertumbuhan LinkAja, termasuk untuk meningkatkan layanan ke kelas menengah dan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM).

LinkAja saat ini memegang pangsa pasar uang elektronik nomor 7 di indonesia dan memiliki lebih dari 58 juta pengguna terdaftar, dengan lebih dari 80% penggunanya berasal dari kota-kota tier 2 dan 3 di Indonesia.

Pendanaan ini jadi yang pertama kalinya untuk LinkAja mendapat dana segar dari pihak swasta. Namun Grab masih tetap jadi pemegang saham prioritas.

Pendanaan seri B ini juga menggandeng Telkomsel, BRI Ventura Investama, dan Mandiri Capital Indonesia.

Sementara dari sisi pertimbangan bisnis ke depan, lanjut Ronny, keputusan Grab dinilai rasional karena Grab akan mendapat peluang captive market yang prospektif yang sudah ada dalam jangkauan LinkAja.

LinkAja sendiri berada dalam ekosistem BUMN, yang berarti penerapan tata kelola yang baik (good corporate governance) sudah menjadi keharusan.

“Grab akan berperan besar dalam mendorong digitalisasi, literasi, dan inklusi keuangan di lingkungan BUMN hingga pemerintahan. Ini potensi yang tidak dimiliki oleh pemain investor financial technology lain,” papar Ronny.

Selain itu, lanjut Ronny, keputusan Grab Indonesia ini juga akan memberi kepercayaan diri kepada Indonesia sendiri untuk terus memperbaiki diri dan mengembangkan ekosistem digital dan teknologi finansial nasional agar terus bisa bersaing dengan negara-negara tetangga.

“Karena sampai hari ini, Indonesia masih tertinggal dibanding beberapa negara ASEAN lainya dari sisi indeks inklusi keuangan. Indonesia masih tertinggal dibanding Singapura yang telah mencapai 98 persen dalam inklusi keuangan, Malaysia 85 persen, dan Thailand 82 persen,” papar Ronny.

Wakil Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Kartiko Wirjoatmodjo mengatakan, Kementerian BUMN punya visi agar LinkAja bisa menjadi pembayaran digital yang terbesar di Indonesia.

Apalagi, lanjut dia, BUMN punya ekosistem yang cukup lengkap, mulai dari transportasi hingga UMKM yang menyasar segmen mikro.

"Kita punya visi kalau bisa LinkAja jadi platform payment nasional yang terbesar, saya rasa kita on the way ke sana," jelas lelaki yang akrab dipanggil Tiko ini.

Sebelumnya, anak usaha BUMN, LinkAja, mendapat suntikan dana segar dari sejumlah investor yang dipimpin Grab. Total komitmen sebesar 100 juta dollar amerika, atau sekitar 1,4 triliun rupiah.

Dana akan digunakan untuk akselerasi pertumbuhan LinkAja, termasuk untuk meningkatkan layanan ke kelas menengah dan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM).

LinkAja saat ini memegang pangsa pasar uang elektronik nomor 7 di indonesia dan memiliki lebih dari 58 juta pengguna terdaftar, dengan lebih dari 80% penggunanya berasal dari kota-kota tier 2 dan 3 di Indonesia.

Pendanaan ini jadi yang pertama kalinya untuk LinkAja mendapat dana segar dari pihak swasta. Namun Grab masih tetap jadi pemegang saham prioritas.

Pendanaan seri B ini juga menggandeng Telkomsel, BRI Ventura Investama, dan Mandiri Capital Indonesia.


Sumber: https://www.kompas.tv/article/138812/suntik-dana-di-linkaja-grab-dinilai-akan-berperan-besar-dorong-digitalisasi-di-bumn?page=all


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bantu Mudahkan 'Jalan' UMKM, CEO Toko Online Ini Masuk Forbes 30 Under 30

Liputan6.com, Jakarta  Hidup itu adalah pilihan. Dalam pekerjaan atau menjalankan usaha misalnya. Anda bebas memilih, mau bekerja diposisi apa, berbisnis apa, dan bagimana cara menjalankan usaha tersebut. Hal itulah yang setidaknya dilakukan oleh pengusaha muda asal Jakarta, William Sunito. Dia adalah Founder & Chief Executive Officer (CEO) TokoWahab.com Di usia mudanya, bungsu dari tiga bersaudara ini memimpin sekaligus mengelola perusahaan keluarga yang berdiri pada 1957. "Pada akhir 2015 saya kembali dari Amerika ke Indonesia dan memutuskan untuk terjun langsung mengurus perusahaan keluarga saya. Ini memang kemauan saya (untuk mengelola perusahaan) karena saya melihat ada potensi yang besar," jelas William saat berbincang dengan  Tim Liputan6.com  di kantornya di kawasan Senen, Jakarta Pusat, Rabu (12/2). Ya, berbekal passion dalam dunia bisnis ditambah pengetahuan yang didapat selama kuliah di University of Washington, Amerika Serikat, William mulai menerap

OPINI Cristeddy Asa Bakti: Menentukan Posisi di Era Digitalisasi

REVOLUSI  industri memegang peranan penting dalam  kehidupan manusia. Dimulai dari revolusi industri 1.0 pada abad ke-18 di mana tenaga manusia mulai digantikan dengan mesin bertenaga uap dampaknya pekerjaan yang sebelumnya di kerjakan manusia terdisrupsi oleh mesin uap. Pada era tersebut muncul pekerjaan baru yaitu sebagai operator mesin uap dan juga manusia yang sebelumnya hanya berfokuskan menggunakan tenaga mulai meningkatkan kompetensi supaya bisa mengoperasikan mesin tersebut. Revolusi industri 2.0 yang terjadi di awal abad ke-20 ditandai dengan kemunculan tenaga listrik. Perubahan dari mesin uap ke mesin bertenaga listrik dikarenakan energi listrik mudah diubah menjadi energi yang lain.  Pada era ini pun juga terjadi disrupsi dan perubahan yaitu mulai bermunculannya pabrik-pabrik untuk pembuatan produk massal dikarenakan mulai diperkenalkan dengan kehadiran “ban berjalan” (konveyor) misalnya: mobil, motor. Dampaknya manusia yang sebelumnya bermata pencaharian petani memi

WEF 2020 Meluncurkan Manifesto Davos untuk Revolusi Industri 4.0

Davos, IDN Times  - Pendiri dan Ketua Eksekutif Forum Ekonomi Dunia (WEF), Profesor Klaus Schwab, meluncurkan Manifesto Davos (The Davos Manifesto 2020).  Klaus yang mencetuskan “Revolusi Industri 4.0” dan menulis buku tentang itu, memberikan judul “Tujuan Universal Sebuah Perusahaan di era Revolusi Industri Ke-4”.  Manifesto diluncurkan bertepatan dengan tahun ke-50 dilakukannya WEF, yang setiap bulan Januari dilaksanakan di Davos, resor ski di pegunungan Alpen, Swiss.  “Tahun 1973, kami mengumumkan Manifesto Davos juga yang menjadi landasan bagi perusahaan untuk beroperasi.  Prinsip-prinsipnya masih relevan dan awet. Tapi, dunia berubah secara dinamis. Saat ini perusahaan global diharapkan menjadi agen perubahan, memainkan peran lebih besar dalam menentukan di bidang politik, ekonomi, sosial, budaya yang mengubah dunia,” kata Klaus. Pendiri WEF ini mengklaim bahwa selama 50 tahun, WEF telah berkontribusi dalam pembangunan global di berbagai bidang. Manifesto Davos 2020 dimaksudka