Langsung ke konten utama

BRI tak berencana gelar rights issue khusus untuk dukung ekspansi kredit

 

ILUSTRASI. Pelayanan nasabah di kantor cabang Bank BRI, BSD, Tangerang Selatan, ./pho KONTAN/Carolus Agus Waluyo.

Rencana Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) membentuk holding pembiayaan dan pemberdayaan Ultra Mikro (UMi) yang melibatkan PT Bank Rakyat Indonesia (Perseron) Tbk (BBRI), PT Pegadaian (Persero) dan PT Permodalan Nasional Madani (Persero) atau PNM masih terus bergulir. 

Wakil Menteri BUMN Kartika Wirjoatmodjo sebelumnya mengatakan, pembentukan holding itu bertujuan menciptakan efisiensi biaya dana dari ketiga lembaga tersebut, melakukan sinergi jaringan biaya ekspansi usaha jadi lebih murah, serta menghasilkan sinergi digitalisasi dan platform pemberdayaan pelaku usaha kecil di Indonesia. 

Jika pembentukan holding tersebut terwujud maka porsi pemerintah di Bank BRI bakal meningkat, mengingat Pegadaian dan PMN seutuhnya dimiliki oleh negara. Sementara saat ini kepemilikan pada BRI saat ini mencapai 56,75%. Peningkatan itu akan berdampak pasar porsi saham publik.

Direktur Utama BRI Sunarso enggan menanggapi apakah rencana pembentukan holding itu akan berdampak pada aksi korporasi perseroan sebagai perusahaan terbuka di pasar modal. 

"Holding ultra mikro merupakan domain pemegang saham. Kami para pihak yang akan di-holding-kan akan menyerahkan semuanya kepada pemegang saham," ujar dalam konferensi pers virtual, Kamis (21/1).

Sunarso mengatakan, BRI belum memerlukan aksi korporasi termasuk rights issue di pasar modal untuk mendukung ekspansi kredit. Pasalnya, likuiditas yang dimiliki perseroan masih sangat cukup untuk mendanai ekspansi kredit. 

Namun, ia hanya menekankan tidak memerlukan rights issue untuk meningkatkan pertumbuhan kredit. 

Jawaban Sunarso tersebut bukan menegaskan bahwa tidak akan ada rencana rights issue tahun ini.

Sebelumnya pada 7 Januari 2021 lalu,  Bloomberg melaporkan bahwa BRI berencana melakukan penerbitan saham baru dengan mekanisme rights issue. 

Sumber Bloomberg mengungkapkan, bank ini berencana menghimpun dana senilai US$ 1 miliar dari rights issue itu. 

Namun, Aestika Oryza Gunarto Sekretaris Perusahaan BRI menampik kabar itu. Ia mengatakan, saat ini BRI tengah fokus memacu kinerja dan berperan dalam program pemulihan ekonomi nasional setelah tertekan pandemi Covid-19.  

Menurut sumber Bloomberg itu, BRI tengah melakukan kerjasama dengan advisor untuk melihat potensi penggalangan dana tersebut. Aksi korporasi itu disebut akan bisa dilaksanakan paling cepat pada paruh pertama tahun ini. Lantaran penjajakan masih berlansung makan masih ada kemungkinan BRI menyesuaikan struktur penggalangan dana atau memutuskan tidak melanjutkan rencana itu.

Untuk penyaluran kredit, BRI masih akan fokus menyasar segmen Usaha Kecil, Mikro dan Menengah (UMKM). Per kuartal III, porsi kredit bank ini di segmen tersebut sudah menembus 80%. Perseroan menargetkan porsi tersebut bisa meningkat hingga 85% ke depan.

Tahun ini, BRI menargetkan penyaluran kredit bisa tumbuh sekitar 6%. Sunarso bilang, pihaknya sudah menyiapkan infrastruktur untuk mencapai target tersebut. "Produknya juga kita sudah siapkan yang menegaskan bahwa kita akan fokus di segmen UMKM," pungkasnya.


Sumber: https://keuangan.kontan.co.id/news/bri-tak-berencana-gelar-rights-issue-khusus-untuk-dukung-ekspansi-kredit

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bantu Mudahkan 'Jalan' UMKM, CEO Toko Online Ini Masuk Forbes 30 Under 30

Liputan6.com, Jakarta  Hidup itu adalah pilihan. Dalam pekerjaan atau menjalankan usaha misalnya. Anda bebas memilih, mau bekerja diposisi apa, berbisnis apa, dan bagimana cara menjalankan usaha tersebut. Hal itulah yang setidaknya dilakukan oleh pengusaha muda asal Jakarta, William Sunito. Dia adalah Founder & Chief Executive Officer (CEO) TokoWahab.com Di usia mudanya, bungsu dari tiga bersaudara ini memimpin sekaligus mengelola perusahaan keluarga yang berdiri pada 1957. "Pada akhir 2015 saya kembali dari Amerika ke Indonesia dan memutuskan untuk terjun langsung mengurus perusahaan keluarga saya. Ini memang kemauan saya (untuk mengelola perusahaan) karena saya melihat ada potensi yang besar," jelas William saat berbincang dengan  Tim Liputan6.com  di kantornya di kawasan Senen, Jakarta Pusat, Rabu (12/2). Ya, berbekal passion dalam dunia bisnis ditambah pengetahuan yang didapat selama kuliah di University of Washington, Amerika Serikat, William mulai menerap

OPINI Cristeddy Asa Bakti: Menentukan Posisi di Era Digitalisasi

REVOLUSI  industri memegang peranan penting dalam  kehidupan manusia. Dimulai dari revolusi industri 1.0 pada abad ke-18 di mana tenaga manusia mulai digantikan dengan mesin bertenaga uap dampaknya pekerjaan yang sebelumnya di kerjakan manusia terdisrupsi oleh mesin uap. Pada era tersebut muncul pekerjaan baru yaitu sebagai operator mesin uap dan juga manusia yang sebelumnya hanya berfokuskan menggunakan tenaga mulai meningkatkan kompetensi supaya bisa mengoperasikan mesin tersebut. Revolusi industri 2.0 yang terjadi di awal abad ke-20 ditandai dengan kemunculan tenaga listrik. Perubahan dari mesin uap ke mesin bertenaga listrik dikarenakan energi listrik mudah diubah menjadi energi yang lain.  Pada era ini pun juga terjadi disrupsi dan perubahan yaitu mulai bermunculannya pabrik-pabrik untuk pembuatan produk massal dikarenakan mulai diperkenalkan dengan kehadiran “ban berjalan” (konveyor) misalnya: mobil, motor. Dampaknya manusia yang sebelumnya bermata pencaharian petani memi

WEF 2020 Meluncurkan Manifesto Davos untuk Revolusi Industri 4.0

Davos, IDN Times  - Pendiri dan Ketua Eksekutif Forum Ekonomi Dunia (WEF), Profesor Klaus Schwab, meluncurkan Manifesto Davos (The Davos Manifesto 2020).  Klaus yang mencetuskan “Revolusi Industri 4.0” dan menulis buku tentang itu, memberikan judul “Tujuan Universal Sebuah Perusahaan di era Revolusi Industri Ke-4”.  Manifesto diluncurkan bertepatan dengan tahun ke-50 dilakukannya WEF, yang setiap bulan Januari dilaksanakan di Davos, resor ski di pegunungan Alpen, Swiss.  “Tahun 1973, kami mengumumkan Manifesto Davos juga yang menjadi landasan bagi perusahaan untuk beroperasi.  Prinsip-prinsipnya masih relevan dan awet. Tapi, dunia berubah secara dinamis. Saat ini perusahaan global diharapkan menjadi agen perubahan, memainkan peran lebih besar dalam menentukan di bidang politik, ekonomi, sosial, budaya yang mengubah dunia,” kata Klaus. Pendiri WEF ini mengklaim bahwa selama 50 tahun, WEF telah berkontribusi dalam pembangunan global di berbagai bidang. Manifesto Davos 2020 dimaksudka