Grab, aplikasi serba bisa terkemuka di Asia Tenggara, telah melatih 50 UMKM terpilih dari puluhan kota di Indonesia melalui Program Grab #TerusUsaha Akselerator Batch 1 yang diadakan Juli 2020 lalu. Program ini juga menjadi bagian dari inisiatif #TerusUsaha yang diluncurkan pada Juni 2020 untuk mendigitalisasikan lebih banyak UMKM di Indonesia.
UMKM terpilih itu mengikuti pembinaan intensif selama dua bulan bersama para pakar, agar dapat meningkatkan kompetensi dan bisa beradaptasi dalam dunia digital. “Grab terus berkomitmen untuk menyediakan platform yang inklusif guna memastikan semua orang, tak terkecuali lansia, penyandang disabilitas dan mantan narapidana, bisa mandiri dalam era ekonomi digital melalui teknologi Grab,” ujar Ridzki Kramadibrata, President of Grab Indonesia.
Dibawah ini dua pelaku UMKM berusia lansia menuturkan kisahnya bergabung menjadi mitra merchant GrabMart. Berkat digitalisasi, keduanya bisa menggantungkan pendapatan dari penjualan online.
Rosdiana Nainggolan adalah salah satu pedagang pasar tradisional di Pringgan, Medan. Wanita berusia 60 tahun ini telah melewati pasang-surut berjualan di pasar tersebut selama 30 tahun. Namun, pandemi Covid-19 telah memberi hantaman yang besar untuk usahanya hingga mengalami penurunan penjualan sebesar 70 persen.
Anaknya menyarankan Rosdiana bergabung menjadi mitra merchant GrabMart setelah mengetahui kerjasama antara Grab PD Pasar Jaya di Provinsi Sumatera Utara. Rosdiana menolak usul anaknya tersebut karena dia merasa kurang paham menggunakannya.
“Awal berjualan online, pastinya memiliki banyak tantangan karena belum terbiasa sehingga saya menyerahkan semuanya ke anak untuk mengelola. Namun, sejak melihat pesanan yang datang melalui online tambah banyak, memotivasi saya untuk belajar sendiri mengelola pesanan di GrabMart. Sekarang saya sudah bisa terima dan layani sendiri pesanan online. Ternyata mudah pakai Grab,” ujarnya.
Sejak memanfaatkan teknologi, Bu Rosdiana juga bisa membuka lapangan pekerjaan baru bagi salah satu saudaranya yang kini membantunya berjualan. Mereka pun bisa hidup mandiri di usia tua.
Lain cerita dengan Puji Hartono (65 tahun) atau yang kerap disapa Cak Toni, eks pekerja kontraktor. Dia pernah menemui kegagalan dalam salah satu projeknya sehingga meninggalkan utang ratusan juta.
Di usia yang senja, Cak Toni kesulitan mendapatkan pekerjaan baru dan akhirnya berinisiatif membuka bisnis kuliner kaki lima di wilayah Cirebon pada 2016 yang diberi nama Nasi Bakar Cak Toni.
Dalam kurun waktu lebih dari satu tahun, Cak Toni sudah bisa membayar lunas semua utangnya dan menyewa tempat untuk melanjutkan usaha. Dia mulai memanfaatkan teknologi dan mendigitalisasi usaha sejak Juli 2019. Di awal mula menggunakan aplikasi, Cak Toni sempat kebingungan.
Walau usianya tak lagi muda, ia tak pantang menyerah. “Ketika bingung, saya tidak malu untuk bertanya kepada karyawan bagaimana cara menggunakan aplikasi layanan GrabFood. Saya juga mau terus belajar sendiri hingga akhirnya bisa. Untungnya aplikasi GrabMerchant ini mudah digunakan dan ada banyak tutorial buat ngebantu,” katanya.
Keyakinan Cak Toni untuk memanfaatkan teknologi telah terbukti. Di masa pandemi seperti sekarang, usaha yang dibangun Cak Toni justru bisa menggantungkan pendapatan dari berjualan online.
“Pesanan yang datang melalui GrabFood sangat membantu penjualan harian usaha saya, bahkan omzet meningkat hingga 80 persen. Saya juga tetap bisa mempertahankan pendapatan dan karyawan yang sekarang sudah berjumlah 29 orang,” ujarnya. Selain itu, Cak Toni juga membantu biaya pendidikan untuk anak karyawannya agar bisa melanjutkan sekolah.
Sumber: https://nasional.tempo.co/read/1426773/kisah-umkm-lansia-digital-digitalisasi-usaha-untuk-semua/full&view=ok
Ikuti bagaimana cara TITIPKU membantu UMKM dalam acara StartSMEup Talk - 05 Feb 2021, daftar segera di https://s.id/eventcerdas5feb
Komentar
Posting Komentar