Langsung ke konten utama

Pandemi Covid, Sebanyak 3,7 Juta UMKM Beralih ke Ekosistem Digital

 hadapi-pandemi-umkm-bangun-ekosistem-digital

Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (UKM) menyebut 90 persen Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) terganggu usahanya akibat pandemi Covid-19. Akibat pembatasan interaksi sosial, hingga penutupan tempat wisata. Sehingga membuat UMKM merugi hingga terancam gulung tikar. Dampaknya buruh yang berstatus tetap  beralih menjadi menjadi buruh informal atau menjalankan usaha. Pada 2019  buruh informal 0,84 juta, dan usaha 0,92 juta sedangkan 2020 buruh informal naik menjadi 4,5 juta.

Kementerian Koperasi dan UKM mencatat jumlah usaha mikro dengan omzet Rp 300 juta per tahun sebanyak 63,6 juta unit. Usaha kecil omzet Rp 300 juta sampai Rp 2,5 miliar sebanyak 783,1 juta unit. Usaha menengah 60,7 juta unit dengan omzet antara Rp 2,5 miliar samai Rp 50 miliar. Sedangkan usaha besar dengan omzet lebih dari Rp 50 miliar sebanyak 5,5 juta unit.

“Krisis 1998 dan 2008 UMKM masih menjadi penguat perekonomian nasional. Pada 2020, pandemi mempengaruhi segala sektor. Performa UMKM menjadi tidak sebaik sebelumnya,” kata Direktur Sistem Manajemen Investasi, Direktorat Jenderal Perbendaharaan, Kementerian Keuangan Ludiro dalam acara webinar Niagahoster Media Meet-Up bertema Menuju Pemulihan Ekonomi untuk UMKM 2021 pada Kamis, 29 Januari 2021.

Data Kementerian Keuangan menunjukkan UMKM menyumbang 61,1 persen terhadap Pendapatan Domestik Bruto (PDB) dan menyerap 116,9 juta tenaga kerja atau 97 persen. Terhadap investasi 60,4 persen, ekspor non migas sebesar Rp 293 triliun atau 14,37 persen Perekonomian mikro dan menengah yang lesu, turut mempengaruhi perekonomian nasional secara keseluruhan. Proyeksi ekonomi pada 2020 triwulan pertama tumbuh positif, sedangkan triwulan kedua terjadi kontraksi.

Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (UKM) menyebut 90 persen Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) terganggu usahanya akibat pandemi Covid-19. Akibat pembatasan interaksi sosial, hingga penutupan tempat wisata. Sehingga membuat UMKM merugi hingga terancam gulung tikar. Dampaknya buruh yang berstatus tetap  beralih menjadi menjadi buruh informal atau menjalankan usaha. Pada 2019  buruh informal 0,84 juta, dan usaha 0,92 juta sedangkan 2020 buruh informal naik menjadi 4,5 juta.

Kementerian Koperasi dan UKM mencatat jumlah usaha mikro dengan omzet Rp 300 juta per tahun sebanyak 63,6 juta unit. Usaha kecil omzet Rp 300 juta sampai Rp 2,5 miliar sebanyak 783,1 juta unit. Usaha menengah 60,7 juta unit dengan omzet antara Rp 2,5 miliar samai Rp 50 miliar. Sedangkan usaha besar dengan omzet lebih dari Rp 50 miliar sebanyak 5,5 juta unit.

“Krisis 1998 dan 2008 UMKM masih menjadi penguat perekonomian nasional. Pada 2020, pandemi mempengaruhi segala sektor. Performa UMKM menjadi tidak sebaik sebelumnya,” kata Direktur Sistem Manajemen Investasi, Direktorat Jenderal Perbendaharaan, Kementerian Keuangan Ludiro dalam acara webinar Niagahoster Media Meet-Up bertema Menuju Pemulihan Ekonomi untuk UMKM 2021 pada Kamis, 29 Januari 2021.

Data Kementerian Keuangan menunjukkan UMKM menyumbang 61,1 persen terhadap Pendapatan Domestik Bruto (PDB) dan menyerap 116,9 juta tenaga kerja atau 97 persen. Terhadap investasi 60,4 persen, ekspor non migas sebesar Rp 293 triliun atau 14,37 persen Perekonomian mikro dan menengah yang lesu, turut mempengaruhi perekonomian nasional secara keseluruhan. Proyeksi ekonomi pada 2020 triwulan pertama tumbuh positif, sedangkan triwulan kedua terjadi kontraksi.

Tercatat pelaku bisnis layanan di Niagahoster pada kuartal kedua 2020 melonjak signifikan sampai 18,9 persen. Dibading periode yang sama tahun sebelumnya. Umumnya mendominasi membangun website untuk toko online sebesar 42 persen. Pelaku usaha, katanya, harus memahami jika go online tak serta merta bisnis auto laris. Namun dibutuhkan proses untuk mengolah produk.

“Dibutuhkan kemampuan teknis mengelola. Dengan go online peluang pelaku usaha akan meraih pasar lebih besar, dan membuka toko dengan modal kecil,” ujarnya. Mobilisasi dibatasi, katanya, sehingga digitalisasi menjadi salah satu solusi yang digunakan pelaku UMKM untuk bertahan. Sehingga rerjadi digital transformasi luar biasa.

“Perlu sinergi antar instansi. Antar kementerian, pemerintah dengan daerah, maupun pemerintah dengan swasta. Supaya program tepat sasaran dan tepat guna, dan betul-betul memberi manfaat bagi pemulihan UMKM pasca pandemi,” katanya.


Sumber: https://www.terakota.id/pandemi-covid-19-37-juta-umkm-beralih-ke-ekosistem-digital/

Ikuti bagaimana cara TITIPKU membantu UMKM dalam acara StartSMEup Talk - 05 Feb 2021, daftar segera di https://s.id/eventcerdas5feb


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bantu Mudahkan 'Jalan' UMKM, CEO Toko Online Ini Masuk Forbes 30 Under 30

Liputan6.com, Jakarta  Hidup itu adalah pilihan. Dalam pekerjaan atau menjalankan usaha misalnya. Anda bebas memilih, mau bekerja diposisi apa, berbisnis apa, dan bagimana cara menjalankan usaha tersebut. Hal itulah yang setidaknya dilakukan oleh pengusaha muda asal Jakarta, William Sunito. Dia adalah Founder & Chief Executive Officer (CEO) TokoWahab.com Di usia mudanya, bungsu dari tiga bersaudara ini memimpin sekaligus mengelola perusahaan keluarga yang berdiri pada 1957. "Pada akhir 2015 saya kembali dari Amerika ke Indonesia dan memutuskan untuk terjun langsung mengurus perusahaan keluarga saya. Ini memang kemauan saya (untuk mengelola perusahaan) karena saya melihat ada potensi yang besar," jelas William saat berbincang dengan  Tim Liputan6.com  di kantornya di kawasan Senen, Jakarta Pusat, Rabu (12/2). Ya, berbekal passion dalam dunia bisnis ditambah pengetahuan yang didapat selama kuliah di University of Washington, Amerika Serikat, William mulai menerap

OPINI Cristeddy Asa Bakti: Menentukan Posisi di Era Digitalisasi

REVOLUSI  industri memegang peranan penting dalam  kehidupan manusia. Dimulai dari revolusi industri 1.0 pada abad ke-18 di mana tenaga manusia mulai digantikan dengan mesin bertenaga uap dampaknya pekerjaan yang sebelumnya di kerjakan manusia terdisrupsi oleh mesin uap. Pada era tersebut muncul pekerjaan baru yaitu sebagai operator mesin uap dan juga manusia yang sebelumnya hanya berfokuskan menggunakan tenaga mulai meningkatkan kompetensi supaya bisa mengoperasikan mesin tersebut. Revolusi industri 2.0 yang terjadi di awal abad ke-20 ditandai dengan kemunculan tenaga listrik. Perubahan dari mesin uap ke mesin bertenaga listrik dikarenakan energi listrik mudah diubah menjadi energi yang lain.  Pada era ini pun juga terjadi disrupsi dan perubahan yaitu mulai bermunculannya pabrik-pabrik untuk pembuatan produk massal dikarenakan mulai diperkenalkan dengan kehadiran “ban berjalan” (konveyor) misalnya: mobil, motor. Dampaknya manusia yang sebelumnya bermata pencaharian petani memi

WEF 2020 Meluncurkan Manifesto Davos untuk Revolusi Industri 4.0

Davos, IDN Times  - Pendiri dan Ketua Eksekutif Forum Ekonomi Dunia (WEF), Profesor Klaus Schwab, meluncurkan Manifesto Davos (The Davos Manifesto 2020).  Klaus yang mencetuskan “Revolusi Industri 4.0” dan menulis buku tentang itu, memberikan judul “Tujuan Universal Sebuah Perusahaan di era Revolusi Industri Ke-4”.  Manifesto diluncurkan bertepatan dengan tahun ke-50 dilakukannya WEF, yang setiap bulan Januari dilaksanakan di Davos, resor ski di pegunungan Alpen, Swiss.  “Tahun 1973, kami mengumumkan Manifesto Davos juga yang menjadi landasan bagi perusahaan untuk beroperasi.  Prinsip-prinsipnya masih relevan dan awet. Tapi, dunia berubah secara dinamis. Saat ini perusahaan global diharapkan menjadi agen perubahan, memainkan peran lebih besar dalam menentukan di bidang politik, ekonomi, sosial, budaya yang mengubah dunia,” kata Klaus. Pendiri WEF ini mengklaim bahwa selama 50 tahun, WEF telah berkontribusi dalam pembangunan global di berbagai bidang. Manifesto Davos 2020 dimaksudka