Langsung ke konten utama

Pandemi Covid-19 Diprediksi Tekan Pengeluaran Belanja Teknologi Informasi

Pandemi Covid-19 Diprediksi Tekan Pengeluaran Belanja Teknologi Informasi

Bisnis.com, JAKARTA - Pandemi Covid-19 diprediksi berdampak pada penurunan pengeluaran untuk keperluan teknologi informasi (IT spending) di Indonesia.
Ketua Bidang Industri 4.0 Masyarakat Telematika (Mastel) Indonesia Teguh Prasetya mengatakan penurunan pengeluaran untuk keperluan teknologi dan informasi yang diperkirakan terjadi di Asia Pasifik akan diikuti oleh Indonesia.
Berdasarkan laporan International Data Corporation (IDC) akhir Maret 2020 lalu, pengeluaran TI di Asia Pasifik diprediksi anjlok dari 5,2% menjadi 1,2%. Seiring dengan ketidakpastian kapan wabah virus corona (Covid-19) akan berakhir, angka-angka tersebut diperkirakan akan terus menurun tahun ini.
Bahkan, Teguh memperkirakan pengeluaran TI di Tanah Air tahun ini bisa anjlok hingga 0%. Menurut dia, faktor utama penurunan tersebut adalah peralihan pemanfaatan teknologi dari perangkat keras dan perangkat lunak ke komputasi awan.
Dia tidak menjelaskan secara spesifik perbedaan capex yang dikeluarkan untuk keperluan perangkat keras/lunak dan komputasi awan. Namun, peralihan ke langganan komputasi awan dapat mengurangi pengeluaran TI korporasi hingga 80%.
Dihubungi secara terpisah, Ketua Umum Mastel Indonesia Kristiono mengatakan jumlah permintaan dan konsumsi sektor TI yang mengalami pertumbuhan sejak imbauan beraktivitas dari rumah diberlakukan tidak diiringi dengan daya beli yang justru menurun akibat terganggunya dunia usaha dan produksi.
Namun demikian, lanjut Kristiono, wabah Covid-19 juga akan mengakselerasi proses transformasi digital di banyak sektor karena penggunaan layanan digital meningkat yang sekaligus mendorong pertumbuhan sektor TI, baik produk barang maupun jasa.
"Momentum tersebut harus dimanfaatkan oleh Indonesia yang masih lemah, khususnya di industri manufaktur IT," ujarnya kepada Bisnis.
Sementara itu, Direktur Eksekutif Information and Communication Technology (ICT) Institute Heru Sutadi mengatakan penurunan pengeluaran TI tersebut akan berdampak kepada vendor-vendor penyedia perangkat TI.
"Semua akan kena efek domino. Kalau ekonomi macet, maka yang lain juga macet. Spending IT macet akan berdampak pada vendor yang juga tidak akan mendapatkan proyek baru," ujarnya kepada Bisnis, Senin (13/4/2020).
Menurut Heru, terdapat ratusan vendor penyedia perangkat TI di Indonesia, mulai dari perusahaan berskala besar hingga usaha kecil dan mikro (UKM) yang akan terdampak.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bantu Mudahkan 'Jalan' UMKM, CEO Toko Online Ini Masuk Forbes 30 Under 30

Liputan6.com, Jakarta  Hidup itu adalah pilihan. Dalam pekerjaan atau menjalankan usaha misalnya. Anda bebas memilih, mau bekerja diposisi apa, berbisnis apa, dan bagimana cara menjalankan usaha tersebut. Hal itulah yang setidaknya dilakukan oleh pengusaha muda asal Jakarta, William Sunito. Dia adalah Founder & Chief Executive Officer (CEO) TokoWahab.com Di usia mudanya, bungsu dari tiga bersaudara ini memimpin sekaligus mengelola perusahaan keluarga yang berdiri pada 1957. "Pada akhir 2015 saya kembali dari Amerika ke Indonesia dan memutuskan untuk terjun langsung mengurus perusahaan keluarga saya. Ini memang kemauan saya (untuk mengelola perusahaan) karena saya melihat ada potensi yang besar," jelas William saat berbincang dengan  Tim Liputan6.com  di kantornya di kawasan Senen, Jakarta Pusat, Rabu (12/2). Ya, berbekal passion dalam dunia bisnis ditambah pengetahuan yang didapat selama kuliah di University of Washington, Amerika Serikat, William mulai menerap

OPINI Cristeddy Asa Bakti: Menentukan Posisi di Era Digitalisasi

REVOLUSI  industri memegang peranan penting dalam  kehidupan manusia. Dimulai dari revolusi industri 1.0 pada abad ke-18 di mana tenaga manusia mulai digantikan dengan mesin bertenaga uap dampaknya pekerjaan yang sebelumnya di kerjakan manusia terdisrupsi oleh mesin uap. Pada era tersebut muncul pekerjaan baru yaitu sebagai operator mesin uap dan juga manusia yang sebelumnya hanya berfokuskan menggunakan tenaga mulai meningkatkan kompetensi supaya bisa mengoperasikan mesin tersebut. Revolusi industri 2.0 yang terjadi di awal abad ke-20 ditandai dengan kemunculan tenaga listrik. Perubahan dari mesin uap ke mesin bertenaga listrik dikarenakan energi listrik mudah diubah menjadi energi yang lain.  Pada era ini pun juga terjadi disrupsi dan perubahan yaitu mulai bermunculannya pabrik-pabrik untuk pembuatan produk massal dikarenakan mulai diperkenalkan dengan kehadiran “ban berjalan” (konveyor) misalnya: mobil, motor. Dampaknya manusia yang sebelumnya bermata pencaharian petani memi

WEF 2020 Meluncurkan Manifesto Davos untuk Revolusi Industri 4.0

Davos, IDN Times  - Pendiri dan Ketua Eksekutif Forum Ekonomi Dunia (WEF), Profesor Klaus Schwab, meluncurkan Manifesto Davos (The Davos Manifesto 2020).  Klaus yang mencetuskan “Revolusi Industri 4.0” dan menulis buku tentang itu, memberikan judul “Tujuan Universal Sebuah Perusahaan di era Revolusi Industri Ke-4”.  Manifesto diluncurkan bertepatan dengan tahun ke-50 dilakukannya WEF, yang setiap bulan Januari dilaksanakan di Davos, resor ski di pegunungan Alpen, Swiss.  “Tahun 1973, kami mengumumkan Manifesto Davos juga yang menjadi landasan bagi perusahaan untuk beroperasi.  Prinsip-prinsipnya masih relevan dan awet. Tapi, dunia berubah secara dinamis. Saat ini perusahaan global diharapkan menjadi agen perubahan, memainkan peran lebih besar dalam menentukan di bidang politik, ekonomi, sosial, budaya yang mengubah dunia,” kata Klaus. Pendiri WEF ini mengklaim bahwa selama 50 tahun, WEF telah berkontribusi dalam pembangunan global di berbagai bidang. Manifesto Davos 2020 dimaksudka