Langsung ke konten utama

Bisnis Terdampak Corona, UMKM Mulai Manfaatkan Teknologi

Ilustrasi e-commerce

Para pelaku usaha kecil dan menengah turut terpapar pandemi virus corona. Bahkan banyak yang usahanya terpaksa tutup karena sepinya pembeli. Ketua Asosiasi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) Indonesia, Ikhsan Ingratubun, mengatakan situasi saat ini semakin sulit dibandingkan saat krisis 1998 maupun 2008. Pelaku usaha yang masih terus bertahan kini memanfaatkan teknologi untuk tetap menjalankan bisnisnya.
“Sekarang sulit, banyak yang sudah tutup gerainya akibat corona. Sebenarnya dimungkinkan saja kalau mereka beralih ke online, tinggal bagaimana caranya mereka manfaatkan teknologi,” kata Ikshan saat dihubungi kumparan, Jumat (3/4).
Meski demikian, pelaku UMKM yang sudah menjalankan bisnisnya secara online hanya sekitar 5-10 persen dari total jumlah UMKM saat ini sebanyak 60 juta.
“Tapi yang sudah go online masih sedikit. Kita dorong terus supaya mulai go online, pakai teknologi,” jelasnya.

Salah satu pelaku UMKM yang mulai fokus mengembangkan bisnisnya dengan memanfaatkan teknologi yakni Ria Anisa, pemilik usaha tekstil dan pakaian jadi dengan nama Toko Cantik. Biasanya, Ria membuka toko di Pasar Bogor, Jawa Barat.
Namun akibat pandemi COVID-19, ia kini menutup tokonya dan menjalankan bisnis online di sejumlah marketplace. Ini dilakukan agar pundi-pundi rupiah tetap mengalir di tengah sulitnya situasi ekonomi.
“Aku jual baju-baju, ada seprai juga, toko aku tutup sejak pertengahan Maret. Sekarang putar otak supaya bisnis tetap jalan, ya online. Udah mulai buka di e-commerce kayak Shopee, Lazada, dan lainnya,” kata Ria.
Menurut dia, penjualan secara online tak sebanyak saat tokonya masih buka. Namun hal ini dinilai cukup untuk menjalankan operasional bisnis. “Kalau di online orang belinya satu, maksimal tiga lah. Kalau di toko bisa selusin. Tapi ya mau gimana, daripada enggak jalan bisnisnya,” tuturnya.
Ria pun berharap, kebijakan pemerintah untuk mendorong sektor UMKM yang terdampak virus corona bisa cepat terealisasikan.
“Jangan sampai usahanya bangkrut, pemerintah mesti cepat bantu,” jelasnya.
Selain sektor tekstil, UMKM yang telah memanfaatkan teknologi adalah Blue Korintji Coffee. Kedai kopi yang memiliki cabang di Jakarta hingga Pekanbaru itu memanfaatkan teknologi blockchain untuk petani, perusahaan, dan konsumen.
Konveksi dan Sablon UMKM milik Hendro Rahmandani
Teknologi yang digunakan tersebut yaitu Emurgo Traceability Solution, aplikasi yang dapat melacak rantai pasok (supply chain) dengan cara modern, sesuai standar, dan bernilai tambah.
“Kami bersemangat sekali untuk berkolaborasi dengan penyedia solusi teknologi blockchain terkemuka di dunia, Emurgo. Ini kan juga untuk memperbaiki hidup petani lokal Indonesia, bisnis-bisnis yang terlibat didalamnya, dan konsumen,” kata Pendiri Blue Korintji Coffee, Budi Isman. Sebagian besar petani di Indonesia, kata Budi, tidak tahu kemana kopi itu pergi dan berapa harga jual akhirnya. Dengan teknologi blockchain tersebut, konsumen dapat memindai kode QR yang ditampilkan pada outlet kopi untuk mengakses informasi tentang asal muasal kopi yang mereka beli.
“Blue Korintji juga berkomitmen kepada petani, dengan cara mengumpulkan sebagian dari hasil penjualan melalui solusi ini dan menginvestasikannya untuk produksi secara berkelanjutan,” jelasnya.
Dilansir laman resminya, teknologi Emurgo Traceability Solution ternyata dicetuskan oleh perusahaan teknologi blockchain global, Emurgo. Emurgo juga telah membantu pengembangan sistem perbankan dan aset digital pemerintah Uzbekistan.
“Emurgo dengan gembira berkolaborasi dengan Blue Korintji Coffee dalam mengintegrasikan solusi ini dan membawa aplikasi nyata dari teknologi blockchain untuk petani, enterprise, dan konsumen. Sehingga semua orang dapat merasakan manfaat blockchain yang sesungguhnya,” jelas Ken Kodama, CEO Emurgo.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bantu Mudahkan 'Jalan' UMKM, CEO Toko Online Ini Masuk Forbes 30 Under 30

Liputan6.com, Jakarta  Hidup itu adalah pilihan. Dalam pekerjaan atau menjalankan usaha misalnya. Anda bebas memilih, mau bekerja diposisi apa, berbisnis apa, dan bagimana cara menjalankan usaha tersebut. Hal itulah yang setidaknya dilakukan oleh pengusaha muda asal Jakarta, William Sunito. Dia adalah Founder & Chief Executive Officer (CEO) TokoWahab.com Di usia mudanya, bungsu dari tiga bersaudara ini memimpin sekaligus mengelola perusahaan keluarga yang berdiri pada 1957. "Pada akhir 2015 saya kembali dari Amerika ke Indonesia dan memutuskan untuk terjun langsung mengurus perusahaan keluarga saya. Ini memang kemauan saya (untuk mengelola perusahaan) karena saya melihat ada potensi yang besar," jelas William saat berbincang dengan  Tim Liputan6.com  di kantornya di kawasan Senen, Jakarta Pusat, Rabu (12/2). Ya, berbekal passion dalam dunia bisnis ditambah pengetahuan yang didapat selama kuliah di University of Washington, Amerika Serikat, William mulai men...

PERMASALAHAN DAN UPAYA PENGEMBANGAN UMKM

MAKALAH PERMASALAHAN DAN UPAYA PENGEMBANGAN UMKM Tugas Mata Kuliah  Ekonomi Kerakyatan Pembina : Dr. Sukidjo, M.Pd.   Disusun Oleh    : Dewi Mawadati    (14811134022) Luna Octaviana (14811134029) ADMINISTRASI PERKANTORAN D3 UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2015 BAB I     PENDAHULUAN A.      Latar Belakang UMKM (Usaha Kecil Mikro dan Menengah) memegang peranan yang sangat besar dalam memajukan perekonomian Indonesia.Selain sebagai salah satu alternatif lapangan kerja baru,UKM juga berperan dalam mendorong laju pertumbuhan ekonomi pasca krisis nmoneter tahun 1997 di saat perusahaan-perusahaan besar mengalami kesulitan dalam mengembangkan usahanya.Saat ini, UKM telah berkontribusi besar pada pendapatan daerah maupun pendapatan Negara Indonesia. UKM  merupakan suatu bentuk usaha kecil masyarakat yang pendiriannya berdasarkan inisiatif seseorang.Sebagian besar masyarakat bera...

Ini tren yang akan terjadi di pengembang aplikasi

JAKARTA (IndoTelko) – Outsystem penyedia platform Low Code mengumumkan 5 Tren yang diprediksi akan muncul pada kalangan Pengembang Aplikasi di Asia Pasifik. Sebuah infobrief dari IDC mengatakan pada tahun 2024, generasi baru dari para pengembang yang membuat aplikasi-aplikasi tanpa menulis kode/Low Code akan mencapai 20% dari semua pengembang di kawasan Asia-Pasifik. Para pengembang ini akan mengakselerasi transformasi digital di semua lini industri - dengan menyoroti disrupsi pasar dan inovasi tiada henti. “Low-code memberikan para pengembang ini potensi untuk menjembatani kubu-kubu, memangkas proses dan memungkinkan tim untuk bekerjasama dan fokus pada inti upaya transformasi serta meningkatkan pengalaman pengguna,” kata Vice President Outsystems Asia Pasifik Mark Weaser. Mark juga menambahkan, bahwa aplikasi-aplikasi kini menjadi sangat penting bagi para konsumen. Aplikasi telah secara fundamental merubah cara orang-orang mengorganisasi dan memaksimalkan kegiatan rutin seh...