Langsung ke konten utama

WFH Marak, Singapura Perkuat Program UMKM Go Digital

WFH Marak, Singapura Perkuat Program UMKM Go Digital


Cyberthreat.id - Singapura siap mengucurkan dana dan tenaga mendukung pengecer atau pebisnis kecil dan menengah (Small-Medium Business/SMB) untuk segera meniti jalan menuju e-commerce. Singapura berjanji menyangga 90% dari biaya untuk mewujudkan program tersebut.

Pemerintah berharap peningkatan ini akan mendorong lebih banyak pengecer beradaptasi dengan model bisnis online serta memperluas pendapatan dan saluran penjualan sehingga pebisnis keluar dari toko fisik secara tradisional.
Enterprise Singapore, agensi milik pemerintah untuk UMKM, meluncurkan "paket booster e-commerce" pada Kamis (2 April 2020) untuk membantu UMKM. Bantuan tanpa pandang bulu dan tidak melihat apakah UMKM tersebut  berpengalaman di e-commerce atau melakukan transformasi digital.
"Sangat penting di tengah pandemi Covid-19 yang sedang berlangsung ini, ketika lebih banyak konsumen tinggal dan bekerja di rumah (work from home) dan beralih ke saluran online," tulis laporan ZDNet, Kamis (2 April 2020).
Enterprise Singapore telah mengikat kerja sama dengan empat operator e-commerce yakni: Lazada Singapura, Qoo10, Shopee, dan Amazon - untuk menawarkan bantuan kepada pengecer, minimal dalam menjangkau konsumen lokal.
UMKM yang mendaftar akan memanfaatkan salah satu dari empat marketplace untuk menjual produk serta mendapatkan akses ke layanan yang ditawarkan oleh platform, termasuk pengembangan konten, daftar produk, manajemen saluran, layanan pemenuhan, dan iklan.
Operator e-commerce itu juga akan membantu UMKM menyusun dan mendaftarkan produk hingga enam bulan, menjalankan kampanye promosi, memenuhi pesanan, dan melakukan analisis data penjualan dasar.
Banyak Insentif
Pemerintah Singapura menerapkan berbagai insentif bagi para UMKM tersebut. Misalnya bantuan dengan jumlah maksimum 5 ribu USD (Rp 82 juta) selama enam bulan. Untuk mendapatkannya, UMKM harus merupakan bisnis terdaftar atau berbadan hukum di Singapura. Memiliki setidaknya 30% pemegang saham yang bersifat lokal, omset tahunan tidak boleh melebihi $ 56,58 juta (Rp 900 juta) per tahun, serta tidak memiliki staf kurang dari 200 orang.
UMKM yang terdaftar akan dibukakan oleh pemerintahan jalan menuju pasar luar negeri melalui program Platform E-commerce Multichannel Enterprise Singapore.
UKM terdaftar juga akan menerima dukungan tenaga kerja tambahan melalui paket booster. Sumber daya tenaga kerja tersebut dapat mencakup dukungan kepada pengecer dalam mengidentifikasi sumber permintaan baru dan proses penyederhanaan untuk memastikan operasi online dapat dipertahankan dalam jangka panjang.
Wakil CEO Enterprise Singapore, Ted Tan mengatakan, terpenting bagi pemerintah Singapura adalah bagaimana UMKM dapat mendiversifikasi aliran pendapatan dengan menggunakan saluran e-commerce. Saat ini, kata dia, banyak UMKM berpengetahuan minim terutama untuk memulai menggunakan saluran online.
"Kemitraan kami dengan platform e-commerce yang telah mapan baik di Singapura maupun di luar negeri memastikan pasar dengan ukuran yang bagus untuk diraih oleh para pengecer ini. Kami ingin memberdayakan semua pengecer untuk mengembangkan strategi e-commerce jangka panjang dan berkelanjutan yang akan memastikan ketahanan bisnis usai pandemi Covid-19," kata Tan dilansir ZDNet.
Sektor e-commerce Asia Tenggara diperkirakan bernilai $ 38 miliar. Jumlah itu melonjak luar biasa dari tahun 2015 yang masih bernilai hanya $ 5,5 miliar. Asia Tenggara merupakan rumah bagi lebih dari 150 juta pembeli online. Data itu diungkapkan laporan 2019 e-Conomy Southeast Asia yang dirilis Google dan Temasek Holdings tahun lalu.
Sektor pertumbuhan ekonomi digital terbesar dan tercepat juga di kawasan Asia Tenggara. E-commerce, diproyeksikan akan berkembang mencapai $ 150 miliar pada tahun 2025.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bantu Mudahkan 'Jalan' UMKM, CEO Toko Online Ini Masuk Forbes 30 Under 30

Liputan6.com, Jakarta  Hidup itu adalah pilihan. Dalam pekerjaan atau menjalankan usaha misalnya. Anda bebas memilih, mau bekerja diposisi apa, berbisnis apa, dan bagimana cara menjalankan usaha tersebut. Hal itulah yang setidaknya dilakukan oleh pengusaha muda asal Jakarta, William Sunito. Dia adalah Founder & Chief Executive Officer (CEO) TokoWahab.com Di usia mudanya, bungsu dari tiga bersaudara ini memimpin sekaligus mengelola perusahaan keluarga yang berdiri pada 1957. "Pada akhir 2015 saya kembali dari Amerika ke Indonesia dan memutuskan untuk terjun langsung mengurus perusahaan keluarga saya. Ini memang kemauan saya (untuk mengelola perusahaan) karena saya melihat ada potensi yang besar," jelas William saat berbincang dengan  Tim Liputan6.com  di kantornya di kawasan Senen, Jakarta Pusat, Rabu (12/2). Ya, berbekal passion dalam dunia bisnis ditambah pengetahuan yang didapat selama kuliah di University of Washington, Amerika Serikat, William mulai men...

PERMASALAHAN DAN UPAYA PENGEMBANGAN UMKM

MAKALAH PERMASALAHAN DAN UPAYA PENGEMBANGAN UMKM Tugas Mata Kuliah  Ekonomi Kerakyatan Pembina : Dr. Sukidjo, M.Pd.   Disusun Oleh    : Dewi Mawadati    (14811134022) Luna Octaviana (14811134029) ADMINISTRASI PERKANTORAN D3 UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2015 BAB I     PENDAHULUAN A.      Latar Belakang UMKM (Usaha Kecil Mikro dan Menengah) memegang peranan yang sangat besar dalam memajukan perekonomian Indonesia.Selain sebagai salah satu alternatif lapangan kerja baru,UKM juga berperan dalam mendorong laju pertumbuhan ekonomi pasca krisis nmoneter tahun 1997 di saat perusahaan-perusahaan besar mengalami kesulitan dalam mengembangkan usahanya.Saat ini, UKM telah berkontribusi besar pada pendapatan daerah maupun pendapatan Negara Indonesia. UKM  merupakan suatu bentuk usaha kecil masyarakat yang pendiriannya berdasarkan inisiatif seseorang.Sebagian besar masyarakat bera...

Ini tren yang akan terjadi di pengembang aplikasi

JAKARTA (IndoTelko) – Outsystem penyedia platform Low Code mengumumkan 5 Tren yang diprediksi akan muncul pada kalangan Pengembang Aplikasi di Asia Pasifik. Sebuah infobrief dari IDC mengatakan pada tahun 2024, generasi baru dari para pengembang yang membuat aplikasi-aplikasi tanpa menulis kode/Low Code akan mencapai 20% dari semua pengembang di kawasan Asia-Pasifik. Para pengembang ini akan mengakselerasi transformasi digital di semua lini industri - dengan menyoroti disrupsi pasar dan inovasi tiada henti. “Low-code memberikan para pengembang ini potensi untuk menjembatani kubu-kubu, memangkas proses dan memungkinkan tim untuk bekerjasama dan fokus pada inti upaya transformasi serta meningkatkan pengalaman pengguna,” kata Vice President Outsystems Asia Pasifik Mark Weaser. Mark juga menambahkan, bahwa aplikasi-aplikasi kini menjadi sangat penting bagi para konsumen. Aplikasi telah secara fundamental merubah cara orang-orang mengorganisasi dan memaksimalkan kegiatan rutin seh...