Langsung ke konten utama

Antisipasi Risiko Keamanan OT, Schneider Electric Berbagi 4 Prinsip Dasar Cybersecurity

Antisipasi Risiko Keamanan OT, Schneider Electric Berbagi 4 Prinsip Dasar Cybersecurity

Jakarta, 02 April 2020 – Schneider Electric, perusahaan global dalam transformasi digital di pengelolaan energi dan otomasi, mengungkapkan pentingnya memahami risiko keamanan teknologi operasional (Operational Technology / OT) dan prinsip dasar dalam memperkuat ekosistem digital agar lebih aman, lebih produktif dan lebih efisien untuk mengantisipasi risiko serangan siber (cybercrime) yang semakin tinggi di era revolusi industri 4.0. Tidak hanya itu, Schneider Electric juga menekankan perlunya membangun kerjasama strategis antara pemerintah, pelaku industri, penyedia teknologi, pengamat dan akademisi untuk bersama-sama berkolaborasi memerangi serangan siber.
Sekitar 20 miliar objek terhubung ke internet saat ini, dimana objek dan mesin menjadi semakin saling terhubung satu sama lain. Ketika industri global mengintegrasikan teknologi di pusat fasilitas dan operasionalnya, pertanyaan yang kemudian muncul dalam pikiran setiap orang adalah: bagaimana mengamankan lanskap digital yang berkembang pesat di lingkungan industri ini? Forrester’s Predictions 2020 memperkirakan di dunia yang semakin terhubung, kejahatan dunia maya (cybercrime) akan semakin mengancam di tahun-tahun mendatang yang menuntut agar para pemangku kepentungan secara kolektif mempertimbangkan cara memperkuat keamanan OT.
Tidak dapat dipungkiri bagaimana The Internet of Things dan konektivitas lintas orang, asset dan sistem memungkinkan pengelolaan data yang lebih akurat untuk meningkatkan performa operasional dan produktivitas. Garis antara IT dan OT menjadi semakin kabur ketika perusahaan menyinkronkan operasional untuk meningkatkan pemantauan yang real-time, dengan model bisnis berbasis data, analisis berbasis cloud dan edge, untuk menciptakan ekosistem digital yang mulus antara kantor pusat dengan pabrik.
Berdasarkan hasil survei Accenture baru-baru ini, 79% CEO mengatakan bahwa organisasi mereka "mengadopsi teknologi baru dan berkembang lebih cepat daripada mereka dapat mengatasi masalah keamanan terkait."
Country President Director Schneider Electric Indonesia Xavier Denoly mengatakan “Di era revolusi industri 4.0, cybersecurity menjadi praktik bisnis mendasar dan berkelanjutan untuk mengidentifikasi, memitigasi, dan mengurangi risiko dengan menerapkan standar kebijakan dan praktik terbaik terkait karyawan, proses, dan teknologi di seluruh lanskap digital dari ujung ke ujung. Para pelaku industri perlu memetakan risiko-risiko keamanan OT dan mencari solusi preventif untuk mencegah risiko tersebut. Solusi tersebut harus dikomunikasikan kepada seluruh pihak yang terlibat dalam kegiatan operasional termasuk penyedia dan pemasok pihak ketiga untuk memastikan pemahaman dan kepatuhan mereka terhadap kebijakan keamanan perusahaan untuk menciptakan strategi holistik dari rantai pasokan hingga penerapan solusi ke lokasi pelanggan.”
Apa saja risiko keamanan OT?
• Konektivitas memungkinkan lanskap serangan siber yang luas: Setiap perangkat yang terhubung dikaitkan dengan titik akhir yang dapat diidentifikasi oleh peretas untuk menyusup dan memanipulasi seluruh ekosistem digital. Pabrik pintar memiliki ratusan — dan bahkan ribuan — sensor yang terhubung. Oleh karena itu pendekatan holistik untuk keamanan siber - dari keamanan produk hingga perlindungan rantai pasokan - sangat penting.
• Celah infrastruktur warisan dengan perangkat yang sudah tua: Banyak sistem yang mengendalikan kegiatan operasional penting dipasang dan dikembangkan beberapa dekade yang lalu sebelum munculnya Industrial Internet of Things (IIoT), dan ditujukan untuk penggunaan jangka panjang. Dengan perkembangan digitalisasi yang cepat, perusahaan perlu untuk menilai risiko cybersecurity dari infrastruktur warisan, dan perencanaan cybersecurity harus mencakup end-to-end sistem baru dan sistem lama.
• Serangan siber yang ditargetkan pada kelemahan sistem tertentu: Tidak seperti serangan IT, yang biasanya menargetkan pengguna dalam jumlah besar, serangan OT cenderung memfokuskan pada kelemahan spesifik dalam satu target. Bentuk serangan seperti ini membutuhkan sistem perlindungan khusus, karena langkah-langkah defensif yang luas seperti antivirus tidak umum diterapkan atau bahkan dapat melemahkan perangkat itu sendiri. Terlebih lagi, memutus sistem jaringan yang terpengaruh sering kali terlalu kompleks di lingkungan pabrik.
• Akses sistem oleh pihak ketiga secara regular: Sangat umum bagi vendor / teknisi eksternal diberikan akses ke perangkat OT melalui laptop dan perangkat USB mereka sendiri, internet, atau lingkungan yang dihosting sepenuhnya dengan kontrol yang lemah. Akses yang lebih luas ini menimbulkan risiko. Peluang serangan semakin besar dengan setiap laptop yang terhubung atau thumb drive.
Dengan risiko OT yang sangat beragam, penting untuk beralih dari tindakan reaktif ke perencanaan dan pencegahan proaktif secara khusus untuk memperkuat cybersecurity untuk industri. Risiko terhadap waktu kerja dan ketersediaan dan yang lebih penting lagi adalah keselamatan pekerja dan publik, terlalu besar untuk diabaikan. “Dalam melakukan transformasi pabrik pintarnya, Schneider Electric telah menempatkan kebijakan cybersecurity sebagai bagian dari proses transformasi yang difokuskan pada empat aspek penting yaitu Permit (kebijakan otentikasi dan otorisasi jaringan), Protect (pemanfaatan perangkat sistem proteksi), Detect (kemampuan mendeteksi isu / ancaman secara cepat), dan Respond (kemampuan untuk merespon ancaman secara sistematik dan tepat sasaran untuk meminimalisir dampak).” kata Xavier Denoly.
Adapun beberapa langkah yang perlu dipertimbangkan oleh pelaku industri dalam penerapan cybersecurity di lingkungan OT antara lain:
• Membuat zona segmentasi jaringan agar tidak mudah diretas;
• Membuat kebijakan kontrol karyawan dan operasional yang mencakup aspek pengelolaan jaringan dan
fasilitas, antara lain peraturan pembaharuan password, penanganan insiden, aturan kontrol akses, dsb;
• Perencanaan dan langkah-langkah untuk menghindari cascading;
• Pengamanan terhadap infrastruktur lama/warisan; dan
• Membangun rasa tanggung jawab bersama akan pelaksanaan kebijakan cybersecurity oleh tiap pihak
yang terlibat dalam kegiatan operasional perusahaan.
Schneider Electric berkomitmen untuk memberikan solusi keamanan siber yang mendukung kebutuhan pelaku industri di semua jenis bisnis dan industri. Schneider Electric menerapkan pola pikir, kebijakan, dan metodologi yang ketat dalam pengembangan produk dan penerapan solusi kemanan siber. Profesional yang terampil dan bersertifikat menyediakan konsultasi dan layanan agnostik untuk membantu pelaku industri menilai risiko keamanan, mendesain dan mengimplementasikan solusi keamanan siber yang spesifik, dan mengelola sistem keamanan OT dari waktu ke waktu. Schneider Electric juga memfasilitasi kebutuhan akan Program Pendidikan dan Pelatihan cybersecurity melalui Cybersecurity Virtual Academy dengan berbagai kegiatan seperti live webinar, video, konsultasi ahli, white paper dan informasi terbaru dalam cybersecurity yang dapat diunduh langsung.
Tentang Schneider Electric
Di Schneider, kami meyakini bahwa akses ke energi dan digital adalah hak asasi manusia yang mendasar. Kami memberdayakan semua orang untuk melakukan lebih banyak secara lebih efisien, memastikan Life Is On di mana saja, untuk siapa saja, setiap saat. Kami menyediakan solusi digital energi dan otomatisasi untuk efisiensi dan keberlanjutan. Kami menggabungkan teknologi energi terkemuka di dunia, otomatisasi real-time, perangkat lunak dan layanan ke dalam solusi terintegrasi untuk Rumah, Bangunan, Pusat Data, Infrastruktur, dan Industri. Kami berkomitmen untuk mengoptimalkan kemungkinan tak terbatas dari komunitas yang terbuka, global, inovatif yang antusias dengan nilai Tujuan yang Bermakna, Inklusif, dan Mandiri. https://www.se.com/id

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mengubah blog menjadi mesin uang

You probably know that while visits are nice, leads, well, are so much nicer. Simply put, blogging for the sake of driving more traffic to your website doesn’t cut it any more. You need to find a way to monetize your content. The real value lies in the ability to take this traffic and convert it into real leads, and eventually revenue, for your company. >  Learn how to monetize your content with Roojoom Back in 2014, HubSpot’s research found that marketers who prioritize blogging are  13 x more likely  to enjoy positive ROI. Not surprisingly, the same report found that marketers’ top two business concerns are increasing the number of leads generated, and turning those leads into customers. Once you’ve set your priorities straight, and start blogging at least once a week – if not twice or three times, it’s time to create a clear conversion path from your blog. This will help ensure that any top-of-the-funnel visitors can easily see what the next step is for th...

PERMASALAHAN DAN UPAYA PENGEMBANGAN UMKM

MAKALAH PERMASALAHAN DAN UPAYA PENGEMBANGAN UMKM Tugas Mata Kuliah  Ekonomi Kerakyatan Pembina : Dr. Sukidjo, M.Pd.   Disusun Oleh    : Dewi Mawadati    (14811134022) Luna Octaviana (14811134029) ADMINISTRASI PERKANTORAN D3 UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2015 BAB I     PENDAHULUAN A.      Latar Belakang UMKM (Usaha Kecil Mikro dan Menengah) memegang peranan yang sangat besar dalam memajukan perekonomian Indonesia.Selain sebagai salah satu alternatif lapangan kerja baru,UKM juga berperan dalam mendorong laju pertumbuhan ekonomi pasca krisis nmoneter tahun 1997 di saat perusahaan-perusahaan besar mengalami kesulitan dalam mengembangkan usahanya.Saat ini, UKM telah berkontribusi besar pada pendapatan daerah maupun pendapatan Negara Indonesia. UKM  merupakan suatu bentuk usaha kecil masyarakat yang pendiriannya berdasarkan inisiatif seseorang.Sebagian besar masyarakat bera...

Tren Penggunaan AI di Indonesia

  Artificial Intelligence kini menjadi topik pembicaraan banyak orang berkat popularitas Generative AI (GAI) seperti   Midjourney   dan   ChatGPT . Namun, sebenarnya, AI sudah digunakan sejak berpuluh-puluh tahun lalu. Selain itu, AI juga digunakan di berbagai bidang, dengan fungsi yang berbeda-beda pula. Di game, AI biasanya digunakan untuk menampilkan perilaku manusiawi dan responsif pada Non-Player Characters alias NPCs. Tak berhenti sampai di situ, AI kini juga bisa bermain game, layaknya manusia. Di 2017, AlphaGo buatan DeepMind berhasil mengalahkan pemain Go nomor satu di dunia,  Ke Jie . Sementara di 2019, OpenAI Five berhasil mengalahkan para pemain Dota 2 yang pernah menjadi juara dunia. Untuk mengetahui tren penggunaan AI di Indonesia, saya mengobrol dengan  Adhiguna Mahendra , Chief of Business, Product, and AI Strategy, Nodeflux. Awal Penggunaan AI di Indonesia Sebenarnya, AI sudah mulai digunakan di Indonesia sejak era 1980-an, u...