Langsung ke konten utama

Tak hanya alat pembayaran, LinkAja Syariah bakal kembangkan layanan wealth management

Tak hanya alat pembayaran, LinkAja Syariah bakal kembangkan layanan wealth management

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Fintek Karya Nusantara sebagai pemegang izin operasional uang elektronik LinkAja meluncurkan layanan uang elektronik syariah pertama di Indonesia. Pada tahun pertama, LinkAja syariah membidik memiliki 1 juta pengguna aktif.
Pelaksana tugas Direktur Utama LinkAja Haryati Lawidjaja menyatakan guna mencapai target tersebut, LinkAja Syariah menetapkan tiga fokus. Pertama, ekosistem zakat, infak, sedekah, dan wakaf (Ziswaf). Hingga saat ini, LinkAja syariah telah bekerja sama dengan 242 lembaga Ziswaf.

“Kedua pemberdayaan ekonomi berbasis masjid. Saat ini LinkAja Syariah bekerja sama dengan lebih dari 1.000 masjid. Ketiga, Digitalisasi Pesantren dan UMKM, pada tahap awal ini baru tiga pesantren, kita akan tambah dan fokus di sini,” ujar Haryati saat peluncuran LinkAja Syariah pada Selasa (14/4).
Selain itu, LinkAja juga sudah bekerja sama dengan e-commerce dan offline merchants. Bahkan lebih lanjut, LinkAja Syariah juga akan melengkapi layanan keuangan layaknya LinkAja konvensional.
Group Head Layanan Syariah LinkAja Widjayanto Djaenudin menyatakan seiring dengan kebutuhan pengguna, ke depannya juga ada layanan financial Islamic wealth management. Ia menyebut, bila sudah ada kebutuhan pinjaman ataupun pembiayaan maka LinkAja Syariah bakal melengkapi layanan pinjam meminjam dengan mengandeng bank syariah maupun fintech syariah.
“Bila inklusi mereka naik kelas lagi dan butuh proteksi maka LinkAja syariah bakal jual asuransi syariah. Naik kelas lagi untuk investasi kita sediakan produk investasi syariah,” tambah Widjayanto.
Sebelumnya Komite Nasional Ekonomi dan Keuangan Syariah (KNEKS) dalam menargetkan pada 2024 pangsa pasar ekonomi syariah senilai Rp 2.000 triliun. Adapun pada 2019, pangsa pasar ekonomi syariah sekitar Rp 400 triliun.

Dalam menjalankan bisnis uang elektronik non riba ini, LinkAja Syariah telah mendapatkan sertifikat kesesuaian syariah dari Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia (DSN MUI) pada 16 September 2019.
Selain itu, uang elektronik pelat merah ini telah mengantongi izin pengembangan fitur produk uang elektronik berbasis server dari Bank Indonesia pada 25 Februari 2020.

sumber:https://keuangan.kontan.co.id/news/tak-hanya-alat-pembayaran-linkaja-syariah-bakal-kembangkan-layanan-wealth-management


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mengubah blog menjadi mesin uang

You probably know that while visits are nice, leads, well, are so much nicer. Simply put, blogging for the sake of driving more traffic to your website doesn’t cut it any more. You need to find a way to monetize your content. The real value lies in the ability to take this traffic and convert it into real leads, and eventually revenue, for your company. >  Learn how to monetize your content with Roojoom Back in 2014, HubSpot’s research found that marketers who prioritize blogging are  13 x more likely  to enjoy positive ROI. Not surprisingly, the same report found that marketers’ top two business concerns are increasing the number of leads generated, and turning those leads into customers. Once you’ve set your priorities straight, and start blogging at least once a week – if not twice or three times, it’s time to create a clear conversion path from your blog. This will help ensure that any top-of-the-funnel visitors can easily see what the next step is for th...

Indonesia businesses turn to digital transformation

With a fast-growing digital economy that is predicted to eventually  dominate  the Southeast Asia region, Indonesia’s digital economy is set to contribute significantly to the nation’s economic growth. Global cloud giants such as AWS and Google Cloud know this, and have announced plans to  deploy cloud regions in Indonesia . But as Indonesia businesses adopt digital technologies, are they looking to the cloud or relying on colocation facilities for their digital infrastructure? State of digital – Wikimedia Commons While there is a tendency for startups to establish their IT systems solely on the cloud due to its low entry cost and scalability, large organizations are likely to continue building data centers because it makes the most economic sense for them, notes Sutedjo Tjahjadi, the managing director of PT Datacomm Diangraha’s cloud business. “[Startups] can use various cloud systems to prototype and quickly get started,” he explained. “Organizations ...

Antisipasi Risiko Keamanan OT, Schneider Electric Berbagi 4 Prinsip Dasar Cybersecurity

Jakarta, 02 April 2020 – Schneider Electric, perusahaan global dalam transformasi digital di pengelolaan energi dan otomasi, mengungkapkan pentingnya memahami risiko keamanan teknologi operasional (Operational Technology / OT) dan prinsip dasar dalam memperkuat ekosistem digital agar lebih aman, lebih produktif dan lebih efisien untuk mengantisipasi risiko serangan siber (cybercrime) yang semakin tinggi di era revolusi industri 4.0. Tidak hanya itu, Schneider Electric juga menekankan perlunya membangun kerjasama strategis antara pemerintah, pelaku industri, penyedia teknologi, pengamat dan akademisi untuk bersama-sama berkolaborasi memerangi serangan siber. Sekitar 20 miliar objek terhubung ke internet saat ini, dimana objek dan mesin menjadi semakin saling terhubung satu sama lain. Ketika industri global mengintegrasikan teknologi di pusat fasilitas dan operasionalnya, pertanyaan yang kemudian muncul dalam pikiran setiap orang adalah: bagaimana mengamankan lanskap digital yang be...