Langsung ke konten utama

Usaha Rintisan Bantu Industri Kecil Menengah Optimalkan Teknologi


Sarat dengan teknologi digital, usaha rintisan dapat mendorong transformasi pada industri kecil dan menengah, khususnya di tengah pandemi Covid-19. Transformasi tersebut berpotensi menguatkan produktivitas dan daya saing industri kecil dan menengah.

Menurut Direktur Jenderal Industri Kecil Menengah dan Aneka Kementerian Perindustrian Gati Wibawaningsih, pandemi Covid-19 meningkatkan tren digitalisasi dan otomatisasi. Tren ini perlu dimanfaatkan dalam transformasi perekonomian. ”Kami ingin menumbuhkembangkan usaha rintisan berbasis teknologi yang mampu membantu industri, khususnya industri kecil dan menengah,” ujarnya.

Usaha rintisan diharapkan dapat menjadi pemantik industrialisasi di tengah pemulihan ekonomi nasional. Secara spesifik, kata Gati dalam keterangan pers yang diterima Kompas, Jumat (2/4/2021), teknologi yang ditawarkan usaha rintisan dapat mendongkrak produktivitas industri kecil dan menengah.

Guna merealisasikannya, Kementerian Perindustrian menghelat Startup4industry 2021 dengan tema ”Quick Adoption, Lasting Growth: Adopsi Teknologi dengan Cepat untuk Terus Bertumbuh”. Pendaftaran kompetisi usaha rintisan dibuka sejak 28 Maret hingga 28 Mei 2021. Usaha rintisan yang sudah berjalan minimal selama enam bulan dapat mendaftar di laman www.startup4industry.id.

Program Startup4industry hadir sejak 2018. Hingga 2020, terdapat 514 usaha rintisan yang berpartisipasi. Sebanyak 15 usaha rintisan telah menjalankan proyek implementasi dan sejumlah 49 usaha rintisan mengikuti temu bisnis dengan IKM.

Pada tahun ini ada 23 usaha rintisan dari Startup4industry yang lolos seleksi untuk unjuk gigi di Hannover Messe. Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita menilai, hal itu menunjukkan usaha rintisan dalam ekosistem Startup4industry memiliki kualitas global. Dia berharap, semakin banyak usaha rintisan yang membantu transformasi industri dengan cepat sehingga lebih unggul dan berdaya saing.

Dalam Hannover Messe, Director of International Relations Deutsche Messe AG Marco Siebert memaparkan, usaha rintisan Indonesia dapat membangun jaringan di skala global, khususnya dengan para jajaran eksekutif industri, termasuk chief executive officer. Tahun lalu terdapat 1,3 juta pengunjung virtual Hannover Messe. Sebanyak 140.000 pengunjung di antaranya merupakan pengambil keputusan di tingkat internasional.

Dia menggarisbawahi, kolaborasi yang diinginkan oleh pemain industri di Eropa, khususnya Jerman, berkaitan dengan teknologi. Pelaku industri antusias dengan penelitian dan pengembangan yang menunjang inovasi produk.

”Tidak hanya menyoal finansial, tetapi juga transfer teknologi. Perusahaan besar teknologi di Jerman cukup intensif bekerja sama dengan universitas dalam hal itu serta tertarik untuk membangun hubungan dengan young tech entrepreneurs. Ini peluang yang dapat dimanfaatkan usaha rintisan Indonesia,” ujarnya pada pembukaan Startup4industry 2021 yang digelar secara daring, Kamis.

Tak hanya sebagai pasar terbesar di Asia Tenggara, Marco Siebert berpendapat, Indonesia kini tengah bertransformasi dengan memanfaatkan teknologi digital. Dia menyoroti jumlah unicorn (usaha rintisan dengan valuasi minimal 1 miliar dollar AS) yang berkembang di Indonesia.

Dalam kesempatan yang sama, CEO DBatik Rizka Alfiana menceritakan aplikasi yang dibangun usaha rintisannya. Aplikasi ponsel dan komputer itu membantu perajin batik dalam mendesain motif secara digital. DBatik merupakan salah satu pemenang Startup4industry 2019.

Kini, DBatik juga memproduksi batik cap dengan teknologi pencetakan tiga dimensi (3D printing). ”Ke depan, kami berencana membuat mesin canting otomatis yang terintegrasi dengan aplikasi,” katanya.


https://www.kompas.id/baca/ekonomi/2021/04/03/usaha-rintisan-bantu-industri-kecil-menengah-optimalkan-teknologi/?status_login=login#

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bantu Mudahkan 'Jalan' UMKM, CEO Toko Online Ini Masuk Forbes 30 Under 30

Liputan6.com, Jakarta  Hidup itu adalah pilihan. Dalam pekerjaan atau menjalankan usaha misalnya. Anda bebas memilih, mau bekerja diposisi apa, berbisnis apa, dan bagimana cara menjalankan usaha tersebut. Hal itulah yang setidaknya dilakukan oleh pengusaha muda asal Jakarta, William Sunito. Dia adalah Founder & Chief Executive Officer (CEO) TokoWahab.com Di usia mudanya, bungsu dari tiga bersaudara ini memimpin sekaligus mengelola perusahaan keluarga yang berdiri pada 1957. "Pada akhir 2015 saya kembali dari Amerika ke Indonesia dan memutuskan untuk terjun langsung mengurus perusahaan keluarga saya. Ini memang kemauan saya (untuk mengelola perusahaan) karena saya melihat ada potensi yang besar," jelas William saat berbincang dengan  Tim Liputan6.com  di kantornya di kawasan Senen, Jakarta Pusat, Rabu (12/2). Ya, berbekal passion dalam dunia bisnis ditambah pengetahuan yang didapat selama kuliah di University of Washington, Amerika Serikat, William mulai men...

PERMASALAHAN DAN UPAYA PENGEMBANGAN UMKM

MAKALAH PERMASALAHAN DAN UPAYA PENGEMBANGAN UMKM Tugas Mata Kuliah  Ekonomi Kerakyatan Pembina : Dr. Sukidjo, M.Pd.   Disusun Oleh    : Dewi Mawadati    (14811134022) Luna Octaviana (14811134029) ADMINISTRASI PERKANTORAN D3 UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2015 BAB I     PENDAHULUAN A.      Latar Belakang UMKM (Usaha Kecil Mikro dan Menengah) memegang peranan yang sangat besar dalam memajukan perekonomian Indonesia.Selain sebagai salah satu alternatif lapangan kerja baru,UKM juga berperan dalam mendorong laju pertumbuhan ekonomi pasca krisis nmoneter tahun 1997 di saat perusahaan-perusahaan besar mengalami kesulitan dalam mengembangkan usahanya.Saat ini, UKM telah berkontribusi besar pada pendapatan daerah maupun pendapatan Negara Indonesia. UKM  merupakan suatu bentuk usaha kecil masyarakat yang pendiriannya berdasarkan inisiatif seseorang.Sebagian besar masyarakat bera...

Ini tren yang akan terjadi di pengembang aplikasi

JAKARTA (IndoTelko) – Outsystem penyedia platform Low Code mengumumkan 5 Tren yang diprediksi akan muncul pada kalangan Pengembang Aplikasi di Asia Pasifik. Sebuah infobrief dari IDC mengatakan pada tahun 2024, generasi baru dari para pengembang yang membuat aplikasi-aplikasi tanpa menulis kode/Low Code akan mencapai 20% dari semua pengembang di kawasan Asia-Pasifik. Para pengembang ini akan mengakselerasi transformasi digital di semua lini industri - dengan menyoroti disrupsi pasar dan inovasi tiada henti. “Low-code memberikan para pengembang ini potensi untuk menjembatani kubu-kubu, memangkas proses dan memungkinkan tim untuk bekerjasama dan fokus pada inti upaya transformasi serta meningkatkan pengalaman pengguna,” kata Vice President Outsystems Asia Pasifik Mark Weaser. Mark juga menambahkan, bahwa aplikasi-aplikasi kini menjadi sangat penting bagi para konsumen. Aplikasi telah secara fundamental merubah cara orang-orang mengorganisasi dan memaksimalkan kegiatan rutin seh...