Langsung ke konten utama

Mendorong Kontribusi Ekonomi Digital

Mendorong Kontribusi Ekonomi Digital
Oleh Achmad Alkatiri | Kamis, 7 Juni 2018 | 18:50
Sudah lebih dari setahun pemerintah merilis Paket Kebijakan Jilid 14 yang fokus pada perdagangan elektronik (e-commerce) dan ekonomi digital. Dalam paket kebijakan yang dirilis 11 November 2016 itu, pemerintah menargetkan menjadi negara dengan kapasitas digital ekonomi terbesar di Asia Tenggara pada 2020.

Pemerintah juga menargetkan akan tercipta 1.000 technopreneurs dengan valuasi bisnis US$ 10 miliar dengan nilai e-commerce mencapai US$ 130 miliar atau setara dengan sekitar Rp 1.820 triliun (asumsi kurs Rp 14.000/US$) pada 2020. Sejauh ini kontribusi ekonomi digital, mengacu data Kementerian Keuangan, masih rendah, sekitar 6% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB). Namun dengan semakin tumbuhnya ekosistem ekonomi digital, kontribusi ke PDB akan kian besar.

Ekosistem ekonomi digital saat ini terus berkembang. Startup Report 2017, laporan yang dipublikasikan DailySocial mengungkapkan, pengguna perangkat mobile di Indonesia pada 2017 mencapai 177,9 juta atau 49% dari total penduduk. Pengguna internet juga naik mencapai 132,7 juta dan pengguna media sosial (Twitter, Instagram, dan Facebook) 130 juta. Pengguna internet di Indonesia adalah salah satu yang terbesar di Asia Tenggara. Laporan Google Temasek SEA e-Conomy Spotlight 2017 memperkirakan Indonesia memiliki 215 juta pengguna internet pada 2020, hampir setengah dari pengguna internet di Asia Tenggara pada 2020.

Fakta ini menjadi alasan mengapa ekonomi digital tumbuh signifikan, terutama perusahaan rintisan (startup) bidang e-commerce, lembaga keuangan digital (financial technology/fintech), dan layanan on-demand. Tiga sektor startup ini sangat berpotensi memperbesar ekosistem ekonomi digital.

Mari kita lihat perkembangan e-commerce. Laporan Google Temasek menunjukkan, dari total valuasi pasar ekonomi internet di Asia Tenggara pada 2017 yakni US$ 50 miliar, sebesar US$ 10,9 miliar di antaranya disumbang e-commerce.

Di Indonesia, besarnya minat orang berbelanja lewat e-commerce, salah satunya bisa dilihat dari transaksi Hari Online Nasional (Harbolnas) pada 11-13 Desember 2017. Total estimasi transaksi Harbolnas 2017 mencapai Rp 4,7 triliun, naik Rp 1,4 triliun dari 2016 (menurut data Nielsen Indonesia). Smartphone menjadi perangkat paling banyak dibeli (75%), sisanya laptop, PC, dan tablet. Menariknya, pertumbuhan tertinggi aktivitas belanja ternyata di luar Jawa (82%).

Hadirnya e-commerce memberi pilihan baru bagi para pengguna, baik pelaku usaha maupun konsumen dalam berinteraksi. Bagi usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM), e-commerce menjadi sarana mengembangkan usaha. Bagi ritel dengan brand besar, e-commerce membuat mereka bisa menjangkau lebih banyak konsumen dan meningkatkan loyalitas. Geliat e-commerce juga menghadirkan peluang baru bagi berbagai industri terkait, mulai dari bisnis logistik hingga perbankan. E-commerce pun turut membuka peluang lapangan kerja, baik langsung maupun tak langsung.

Dari sisi investasi, ekonomi digital mampu menarik investasi besar. Data App Annie 2017 mengungkapkan total investasi di sektor ini mencapai US$ 3 miliar pada 2017. Jumlahnya berpotensi naik karena menurut data The Economist dan Asia Business Outlook Survey 2018, Indonesia masuk top five tujuan investor di Asia dengan porsi investasi yang naik signifikan (44,1%), setelah Tiongkok (69,1%) dan India (47%).

Namun di tengah ekosistem ekonomi digital, khususnya e-commerce, yang terus membesar, ada tiga tantangan utama yang perlu diatasi bersama. Pertama, keniscayaan untuk bertransformasi di tengah perkembangan teknologi yang mengedepankan efisiensi dan kecepatan. Transformasi yang ditempuh beberapa perusahaan termasuk BUMN, PT Pos Indonesia, dalam digitalisasi sistem bisnis juga bisa menjadi contoh.

Untuk mengatasi ini, perlu juga dukungan peningkatan infrastruktur dan kecepatan internet. Menurut data Q12017 State of The Internet Connectivity Report, kecepatan rata-rata internet Indonesia hanya 7,2 Mbps (megabits per second), jauh dari Singapura 20,3 Mbps, Thailand 16 Mbps, Vietnam 9,5 Mbps, dan Malaysia 8,9 Mbps. Kabar baiknya pemerintah tengah membangun Palapa Ring menjangkau 34 provinsi sehingga sangat positif bagi pelaku e-commerce, konsumen, dan pelaku ekonomi digital lainnya.

Infrastruktur internet penting karena partisipan e-commerce bukan hanya kota besar, melainkan sampai pelosok daerah. Jika infrastruktur memadai, e-commerce akan tumbuh, memicu bangkitnya industri lain yang pada akhirnya meningkatkan ekonomi daerah.

Kedua, kualitas dan kuantitas penjual atau seller di e-commerce. UMKM memang menjadi seller utama di e-commerce marketplace, namun secara umum jumlahnya masih kalah jauh dibandingkan UMKM yang menjalankan bisnisnya secara offline. Pesatnya pertumbuhan e-commerce tentu akan membuka peluang lebih besar bagi UMKM untuk meningkatkan omzet. Menjadi tanggung jawab bersama para pelaku e-commerce untuk membantu UMKM bertransformasi ke digital melalui edukasi, dan pendampingan. Kolaborasi antara pemerintah dan pelaku usaha di industri digital, tidak terbatas hanya e-commerce, diharapkan dapat membantu. Pelaku usaha pun menyambut baik rencana Kominfo menggalakkan program UMKM Go Onlinedengan target sebanyak 8 juta UMKM yang akan go online pada 2020.

Tantangan ketiga adalah jumlah sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas untuk mengimbangi perkembangan industri e-commerce. Dinamis dengan kesempatan untuk berkarya yang tak terbatas menjadikan industri ini berkembang pesat dan sangat menarik bagi generasi muda. Tidak hanya kesempatan menjadi pegawai di sebuah perusahaan digital namun peluang untuk menciptakan usaha sendiri menjadi jauh lebih mudah dibandingkan lima tahun lalu. Pendidikan yang diimbangi dengan pemahaman atas industri dan transfer of knowledge dari pelaku usaha baik dalam dan luar negeri, dapat menjadi kunci daya saing global SDM Indonesia saat ini.


Achmad Alkatiri, Chief Marketing Officer Lazada Indonesia
sumber:https://id.beritasatu.com/home/kemkominfo-fokus-pengembangan-ekonomi-digital/141207

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mengubah blog menjadi mesin uang

You probably know that while visits are nice, leads, well, are so much nicer. Simply put, blogging for the sake of driving more traffic to your website doesn’t cut it any more. You need to find a way to monetize your content. The real value lies in the ability to take this traffic and convert it into real leads, and eventually revenue, for your company. >  Learn how to monetize your content with Roojoom Back in 2014, HubSpot’s research found that marketers who prioritize blogging are  13 x more likely  to enjoy positive ROI. Not surprisingly, the same report found that marketers’ top two business concerns are increasing the number of leads generated, and turning those leads into customers. Once you’ve set your priorities straight, and start blogging at least once a week – if not twice or three times, it’s time to create a clear conversion path from your blog. This will help ensure that any top-of-the-funnel visitors can easily see what the next step is for th...

PERMASALAHAN DAN UPAYA PENGEMBANGAN UMKM

MAKALAH PERMASALAHAN DAN UPAYA PENGEMBANGAN UMKM Tugas Mata Kuliah  Ekonomi Kerakyatan Pembina : Dr. Sukidjo, M.Pd.   Disusun Oleh    : Dewi Mawadati    (14811134022) Luna Octaviana (14811134029) ADMINISTRASI PERKANTORAN D3 UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2015 BAB I     PENDAHULUAN A.      Latar Belakang UMKM (Usaha Kecil Mikro dan Menengah) memegang peranan yang sangat besar dalam memajukan perekonomian Indonesia.Selain sebagai salah satu alternatif lapangan kerja baru,UKM juga berperan dalam mendorong laju pertumbuhan ekonomi pasca krisis nmoneter tahun 1997 di saat perusahaan-perusahaan besar mengalami kesulitan dalam mengembangkan usahanya.Saat ini, UKM telah berkontribusi besar pada pendapatan daerah maupun pendapatan Negara Indonesia. UKM  merupakan suatu bentuk usaha kecil masyarakat yang pendiriannya berdasarkan inisiatif seseorang.Sebagian besar masyarakat bera...

Tren Penggunaan AI di Indonesia

  Artificial Intelligence kini menjadi topik pembicaraan banyak orang berkat popularitas Generative AI (GAI) seperti   Midjourney   dan   ChatGPT . Namun, sebenarnya, AI sudah digunakan sejak berpuluh-puluh tahun lalu. Selain itu, AI juga digunakan di berbagai bidang, dengan fungsi yang berbeda-beda pula. Di game, AI biasanya digunakan untuk menampilkan perilaku manusiawi dan responsif pada Non-Player Characters alias NPCs. Tak berhenti sampai di situ, AI kini juga bisa bermain game, layaknya manusia. Di 2017, AlphaGo buatan DeepMind berhasil mengalahkan pemain Go nomor satu di dunia,  Ke Jie . Sementara di 2019, OpenAI Five berhasil mengalahkan para pemain Dota 2 yang pernah menjadi juara dunia. Untuk mengetahui tren penggunaan AI di Indonesia, saya mengobrol dengan  Adhiguna Mahendra , Chief of Business, Product, and AI Strategy, Nodeflux. Awal Penggunaan AI di Indonesia Sebenarnya, AI sudah mulai digunakan di Indonesia sejak era 1980-an, u...