Tangannya tidak berhenti mengipas panggangan panas berbara meski bulir peluh bermunculan. Di luar tokonya sejumlah driver ojek online menunggu order mereka selesai, namun orderan nampaknya masih belum akan surut, seiring rentetan pesan pemberitahuan pesanan baru yang masuk ke warung Sate Ayam dan Kambing Cak Hasan.
Pemandangan tersebut tidak asing saat ini bila melewati warung satenya dari lepas magrib hingga jam 9 malam. Kemudahan teknologi memungkinkan pelanggan yang dari berbagai wilayah sekitar dapat menikmati sate ayam maupun kambing miliknya, dan bukan hanya sebatas warga komplek Barata, Ciledug saja.
“Alhamdulilah selalu ramai pesanan masuk dari berbagai platform online, meski yang datang langsung juga cukup banyak,” ungkap Hasan saat tengah mengerjakan pesanan kepada Media Indonesia, Senin (27/2).
Hasan mengaku kemajuan teknologi memungkinkan dirinya untuk memperluas jangkauan area pembeli dan secara langsung meningkatkan penjualan. Terlebih saat kondisi pandemi yang membuat keberadaan ojek online menjadi sangat penting karena masyarakat yang tidak dapat keluar rumah.
Usai pandemi masyarakat yang sudah terbiasa dengan kenyamanan memesan online tanpa harus mengantri dan membuang waktu untuk membeli langsung tetap melanjutkan kebiasaannya. Hal tersebut tentu menguntungkan pedagang seperti Hasan yang mendapatkan manfaat dari transformasi digital.
Selain pesanan melalui platform online, Hasan juga terbantu dengan adanya sistem pembayaran digital melalui Quick Response Code Indonesia Standard (QRIS). Menurutnya sejumlah pelanggan yang datang cukup sering menggunakan pembayaran digital lantaran lebih praktis dan tidak ribet.
Keuntungan pemanfaatan teknologi digital juga dirasakan oleh pengusaha muda Muhammad Ikhwan Tariqo pemilik usaha kriya Dekardekor. Ia mengemukakan dengan memanfaatkan teknologi dan digitalisasi para pengusaha kecil, khususnya pengusaha muda akan sangat terbantu mengembangkan usahanya. “Dengan digitalisasi semua orang memiliki kesempatan yang sama dan dapat bersaing meski memiliki modal yang terbatas. Meski pada saat yang sama persaingan akan sangat terbuka dan ketat. Siapa yang lebih kreatif, rajin dan cerdas akan dapat unggul dalam persaingan,” ungkap Tariqo yang memiliki kondisi disabilitas low vision.
Tariqo menuturkan dengan mengoptimalkan digitalisasi akan dapat menekan cost produksi maupun tingkat resiko dari usaha. Misalnya dengan digitalisasi pengusaha tidak perlu lagi memiliki toko fisik karena adanya platform digital selain itu akan dapat memperluas jangkauan pasar hingga seluruh Indonesia maupun ke internasional.
“Saya percaya setiap barang ada pembelinya, namun tak semua orang bisa mencari pasarnya. Penting untuk dapat menemukan pasarnya, pahami polanya agar dapat memetakan target pasar dengan baik,” ujar Tariqo.
Tariqo pun mengaku sangat terbantu dengan teknologi digitalisasi, yang mana dirinya dibantu teknologi artificial intelligence (AI) untuk mendesain produknya karena kondisi disabilitasnya. Dengan perkembangan teknologi AI yang pesat kedepannya dirinya menilai akan banyak kemudahan yang dapat dimanfaatkan oleh pengusaha UMKM dalam mengembangkan bisnisnya.
Hal lain yang penting dilakukan pengusaha adalah mengikuti kebutuhan pembeli dan beradaptasi dengan berbagai perkembangan teknologi. Misalnya dari penjualan offline kini beralih ke online, kemudian ke market place dan kini beralih lagi ke social commerce seperti tiktok shoping atau instagram shoping, itu semua memiliki teknik dan algoritma yang berbeda dalam pemasaran digitalnya.
“Kita menjual di Tiktok saja yang baru setengah tahunan sudah puluhan ribu produk yang terjual, dan di shopee sudah ratusan ribu produk. Untuk mancanegara kita sudah menjangkau Malaysia, Filipina dan Singapura yang semuanya melalui platform digital,” pungkas Tariqo yang mengaku omsetnya saat pandemi mencapai Rp200 – Rp300 juta per bulan.
Semakin dekat, cepat, dan tepat sasaran
Dalam kesempatan berbeda Direktur Utama PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, Sunarso memprediksi pertumbuhan UMKM di tahun ini akan positif. Hal tersebut berkaca dari hasil riset BRI Research Institute pada Januari yang menyebutkan persepsi UMKM terhadap kondisi ekonomi dalam tiga bulan kedepan akan membaik
Sunarso menyebutkan BRI yang memiliki jaringan luas hingga ke akar rumput berkeinginan tidak hanya memberikan pelayanan keuangan kepada UMKM namun juga dapat mendorong pengusaha UMKM untuk naik kelas.
“Problem di microfinance itu hanya ada dua, satu adalah biaya operasional yang tinggi dan kedua adalah risiko operasional yang tinggi. Untuk menjawab kedua problem itu kuncinya adalah digitalisasi, sehingga kesalahan manusia bisa ditekan, lebih cepat, dan efisien,” ungkap Sunarso dalam Dalam BRI Microfinance Outlook 2023 beberapa waktu lalu.
BRI menurutnya akan mendorong hybrid banking yang merupakan layanan yang tetap mengedepankan sentuhan manusia namun dengan dukungan platform digital. Sunarso menjelaskan pihaknya akan mendorong para pegawai BRI di back office menjadi ujung tombak sebagai penyuluh digital. Para penyuluh ini akan mendorong tiga hal untuk satu tujuan, yakni mendorong usaha UMKM naik kelas secara optimal.
“Tiga hal itu seperti mengajarkan masyarakat untuk membuka rekening secara digital, mengajari masyarakat untuk bertransaksi secara digital guna mendapatkan kecepatan dan efisiensi, serta secara kolaboratif mengajarkan masyarakat untuk mengamankan rekeningnya dari kejahatan digital,” tutur Sunarso.
“Selain itu proses transaksi juga tidak perlu lagi distandarisasi seperti untuk wholesale, namun tetap tepat yang mana tidak perlu berlama lama karena itu tidak dibutuhkan Lantaran cash flow-nya berputar harian. Karenanya kita mendesain produk yang pendek pendek, prosesnya kita digitalkan,” imbuh Sunarso.
BRI telah dipersepsikan sebagai locally embedded bank yang dominan di mayoritas masyarakat. Hal tersebut tidak lepas dari jaringan luas hingga ke pelosok seperti kehadiran Agen BRILink yang juga mendorong inklusi serta literasi keuangan.
Saat ini BRI diperkuat oleh lebih dari 627 ribu Agen BRILink. Di mana hingga Desember 2022 volume transaksi telah mendekati Rp1.400 triliun yang dilakukan masyarakat di tataran akar rumput.
“Hal itu semakin menguatkan bahwa masyarakat di bawah sana butuh kehadiran locally embedded bank yang dikemas dalam bentuk format hybrid bank, human touching tapi bisnis prosesnya didigitalkan, ini yang paling penting sebenarnya,” ujar Sunarso.
Senada dengan itu Direktur Digital dan Teknologi Informasi BRI Arga M. Nugraha menyebutkan BRI terus berinovasi untuk memudahkan UMKM dalam mengakses pembiayaan, yang salah satunya melalui aplikasi BRISPOT. Aplikasi tersebut digunakan tenaga pemasar BRI dalam mempercepat proses kredit.
Sebelumnya proses kredit dapat memakan waktu hingga 2 minggu, kini dengan aplikasi BRISPOT, proses tersebut diringkas hanya menjadi 2 hari. Bahkan bila segala dokumen dan kelengkapan nasabah sudah lengkap, prosesnya dapat selesai dalam 2 jam saja.
Selain itu tenaga pemasar didorong untuk mengenali lebih dalam calon nasabah nya sehingga bisa mengetahui profil risiko dari masyarakat atau calon nasabah. Dengan BRISPOT tenaga pemasar mampu memantau secara harian kualitas nasabah kelolaannya. Berkat keberadaan BRISPOT, BRI mampu mencairkan KUR sebesar Rp1 triliun per harinya.
Sumber: https://xnews.id/2023/02/28/kanal/news/tumbuh-dan-berkembang-berkat-transformasi-digital/
Komentar
Posting Komentar