Langsung ke konten utama

Bagaimana membangun tim manajemen yang sukses



Surround yourself with people smarter than you.

The Leadership Insider network is an online community where the most thoughtful and influential people in business contribute answers to timely questions about careers and leadership. Today’s answer to the question “What advice would you give someone looking to start their own business?” is by Chris Curtin, chief brand and innovation marketing officer at Visa.
While I can’t speak directly to starting my own business, I have run a number of large, global teams within the three companies I have worked for: Disney, HP, and most recently Visa. I like to think of the principles of starting a business or running a large team like the building blocks of a good investment strategy. If you stick to a few solid investment principles for the long-haul, then you are likely to be far more successful than someone who flies by the seat of their pants.
There are two pieces of advice that I received when I first started my career that can also be applied to anyone looking to start their own business:
Invest in your healthI encourage anyone starting their own business to read The Corporate Athlete, by Jack Groppel and James Loehr. The book discusses how to achieve peak performance in business. The practice is rooted in sports science and sports psychology and articulates that in order to reach peak performance in business a good corporate athlete must train–just like sports athletes do. This idea of peak performance has often been presented as a matter of pure brainpower, but Groppel and Loehr suggest that business performance can be broken down into a pyramidWithphysical well-being at the foundation, it moves to emotional health, then mental acuity, and topping off with a sense of purpose. The idea is that ideal performance is achieved when all levels work together. If you invest in your overall well being, then investing in hard work will not seem as difficult–or as draining.
Invest in smart peopleInvesting in people smarter than myself has been the most humbling and most effective thing I’ve done as a leader. I like to surround myself with people that can jump into any situation and offer intelligent insight. The best employees are typically concerned with more than salary, so design a compensation package that includes benefits outside of monetary ones. Consider things like a flexible work environment, a unique company culture, and the opportunity to implement change. As a leader it is your job to clearly articulate these elements so you can attract the best talent. And create an organizational mandate to hire only A players and clearly define what that means. Steve Jobs once noted in an interview, “A small team of A+ players can run circles around a giant team of B and C players.”

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bantu Mudahkan 'Jalan' UMKM, CEO Toko Online Ini Masuk Forbes 30 Under 30

Liputan6.com, Jakarta  Hidup itu adalah pilihan. Dalam pekerjaan atau menjalankan usaha misalnya. Anda bebas memilih, mau bekerja diposisi apa, berbisnis apa, dan bagimana cara menjalankan usaha tersebut. Hal itulah yang setidaknya dilakukan oleh pengusaha muda asal Jakarta, William Sunito. Dia adalah Founder & Chief Executive Officer (CEO) TokoWahab.com Di usia mudanya, bungsu dari tiga bersaudara ini memimpin sekaligus mengelola perusahaan keluarga yang berdiri pada 1957. "Pada akhir 2015 saya kembali dari Amerika ke Indonesia dan memutuskan untuk terjun langsung mengurus perusahaan keluarga saya. Ini memang kemauan saya (untuk mengelola perusahaan) karena saya melihat ada potensi yang besar," jelas William saat berbincang dengan  Tim Liputan6.com  di kantornya di kawasan Senen, Jakarta Pusat, Rabu (12/2). Ya, berbekal passion dalam dunia bisnis ditambah pengetahuan yang didapat selama kuliah di University of Washington, Amerika Serikat, William mulai menerap

OPINI Cristeddy Asa Bakti: Menentukan Posisi di Era Digitalisasi

REVOLUSI  industri memegang peranan penting dalam  kehidupan manusia. Dimulai dari revolusi industri 1.0 pada abad ke-18 di mana tenaga manusia mulai digantikan dengan mesin bertenaga uap dampaknya pekerjaan yang sebelumnya di kerjakan manusia terdisrupsi oleh mesin uap. Pada era tersebut muncul pekerjaan baru yaitu sebagai operator mesin uap dan juga manusia yang sebelumnya hanya berfokuskan menggunakan tenaga mulai meningkatkan kompetensi supaya bisa mengoperasikan mesin tersebut. Revolusi industri 2.0 yang terjadi di awal abad ke-20 ditandai dengan kemunculan tenaga listrik. Perubahan dari mesin uap ke mesin bertenaga listrik dikarenakan energi listrik mudah diubah menjadi energi yang lain.  Pada era ini pun juga terjadi disrupsi dan perubahan yaitu mulai bermunculannya pabrik-pabrik untuk pembuatan produk massal dikarenakan mulai diperkenalkan dengan kehadiran “ban berjalan” (konveyor) misalnya: mobil, motor. Dampaknya manusia yang sebelumnya bermata pencaharian petani memi

WEF 2020 Meluncurkan Manifesto Davos untuk Revolusi Industri 4.0

Davos, IDN Times  - Pendiri dan Ketua Eksekutif Forum Ekonomi Dunia (WEF), Profesor Klaus Schwab, meluncurkan Manifesto Davos (The Davos Manifesto 2020).  Klaus yang mencetuskan “Revolusi Industri 4.0” dan menulis buku tentang itu, memberikan judul “Tujuan Universal Sebuah Perusahaan di era Revolusi Industri Ke-4”.  Manifesto diluncurkan bertepatan dengan tahun ke-50 dilakukannya WEF, yang setiap bulan Januari dilaksanakan di Davos, resor ski di pegunungan Alpen, Swiss.  “Tahun 1973, kami mengumumkan Manifesto Davos juga yang menjadi landasan bagi perusahaan untuk beroperasi.  Prinsip-prinsipnya masih relevan dan awet. Tapi, dunia berubah secara dinamis. Saat ini perusahaan global diharapkan menjadi agen perubahan, memainkan peran lebih besar dalam menentukan di bidang politik, ekonomi, sosial, budaya yang mengubah dunia,” kata Klaus. Pendiri WEF ini mengklaim bahwa selama 50 tahun, WEF telah berkontribusi dalam pembangunan global di berbagai bidang. Manifesto Davos 2020 dimaksudka