Langsung ke konten utama

Intel Research Identifies Digital Skills Gap Slowing Industry 4.0

Intel Research Identifies Digital Skills Gap Slowing Industry 4.0

11

WEBWIRE – 
“Accelerate Industrial” was conducted and authored by Dr. Faith McCreary (right), a principal engineer, experience architect and researcher at Intel, in tandem with Dr. Irene Petrick, Sr. director of Industrial Innovation (See complete caption below)
“Accelerate Industrial” was conducted and authored by Dr. Faith McCreary (right), a principal engineer, experience architect and researcher at Intel, in tandem with Dr. Irene Petrick, Sr. director of Industrial Innovation (See complete caption below)
What’s New: Intel released the results of a new study today, “Accelerate Industrial,” that represents the most comprehensive view of Industry 4.0, the digital transformation of the manufacturing sector. The research uncovered a serious skills gap that most Western industrial production training programs and government investment initiatives fail to address.
The study found that today’s leaders need to create tomorrow’s future-ready workforce. This requires the collaboration of universities, government and industry – including initiatives that focus on worker training for the transforming manufacturing sector.
Why It’s Important: A recent Deloitte/Manufacturing Institute study suggests that industries are entering a period of acute long-term labor shortages, with a shortfall in manufacturing expected to be 2.4 million job openings unfilled by 2028, resulting in a $2.5 trillion negative impact on the U.S. economy. Germany and Japan, two other developed economies, are expected to fare even worse in terms of this projected labor shortage.
What the Study Shows: With the increasing proliferation of data, connectivity and processing power at the edge, the industrial internet of things is becoming more accessible. However, successful adoption remains out of reach for many: two of three companies piloting digital manufacturing solutions fail to move into large-scale rollout.
The study uncovered the top five challenges cited by respondents that have the potential to derail investments in smart solutions in the future:
  • 36% cite “technical skill gaps” that prevent them from benefiting from their investment.
  • 27% cite “data sensitivity” from increasing concerns over data and IP privacy, ownership and management.
  • 23% say they lack interoperability between protocols, components, products and systems.
  • 22% cite security threats, both in terms of current and emerging vulnerabilities in the factory.
  • 18% reference handling data growth in amount and velocity, as well as sense-making.
What to Take From the Research: “Accelerate Industrial” points to the rising importance of the digital skills required to navigate and succeed in this new landscape.
The research found that while there is a big appetite for digital transformation – 83% of companies plan to make investments in smart factory technologies – the most important skills and characteristics cited for that transformation are not ones that are typically emphasized by most industry job training programs or relevant policymakers.
Future skills cited by respondents point to the need to go beyond the basics of programming to embrace a deep understanding of digital tools, from data collection to analytics and real-time feedback directly to the operating environment. The top five future skills required to support digital transformation in manufacturing are:
  • “Deep understanding” of modern programming or software engineering techniques
  • “Digital dexterity,” or the ability to leverage existing and emerging technologies for practical business outcomes
  • Data science
  • Connectivity
  • Cybersecurity

More Context: “Accelerate Industrial” was conducted and authored by Dr. Faith McCreary, a principal engineer, experience architect and researcher at Intel, in tandem with Dr. Irene Petrick, senior director of Industrial Innovation for Intel’s Industrial Solutions Division. The study encompasses mobile ethnographies and interviews with over 400 manufacturers and the ecosystem technologists that support them. The work is being released as a series of reports.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bantu Mudahkan 'Jalan' UMKM, CEO Toko Online Ini Masuk Forbes 30 Under 30

Liputan6.com, Jakarta  Hidup itu adalah pilihan. Dalam pekerjaan atau menjalankan usaha misalnya. Anda bebas memilih, mau bekerja diposisi apa, berbisnis apa, dan bagimana cara menjalankan usaha tersebut. Hal itulah yang setidaknya dilakukan oleh pengusaha muda asal Jakarta, William Sunito. Dia adalah Founder & Chief Executive Officer (CEO) TokoWahab.com Di usia mudanya, bungsu dari tiga bersaudara ini memimpin sekaligus mengelola perusahaan keluarga yang berdiri pada 1957. "Pada akhir 2015 saya kembali dari Amerika ke Indonesia dan memutuskan untuk terjun langsung mengurus perusahaan keluarga saya. Ini memang kemauan saya (untuk mengelola perusahaan) karena saya melihat ada potensi yang besar," jelas William saat berbincang dengan  Tim Liputan6.com  di kantornya di kawasan Senen, Jakarta Pusat, Rabu (12/2). Ya, berbekal passion dalam dunia bisnis ditambah pengetahuan yang didapat selama kuliah di University of Washington, Amerika Serikat, William mulai menerap

OPINI Cristeddy Asa Bakti: Menentukan Posisi di Era Digitalisasi

REVOLUSI  industri memegang peranan penting dalam  kehidupan manusia. Dimulai dari revolusi industri 1.0 pada abad ke-18 di mana tenaga manusia mulai digantikan dengan mesin bertenaga uap dampaknya pekerjaan yang sebelumnya di kerjakan manusia terdisrupsi oleh mesin uap. Pada era tersebut muncul pekerjaan baru yaitu sebagai operator mesin uap dan juga manusia yang sebelumnya hanya berfokuskan menggunakan tenaga mulai meningkatkan kompetensi supaya bisa mengoperasikan mesin tersebut. Revolusi industri 2.0 yang terjadi di awal abad ke-20 ditandai dengan kemunculan tenaga listrik. Perubahan dari mesin uap ke mesin bertenaga listrik dikarenakan energi listrik mudah diubah menjadi energi yang lain.  Pada era ini pun juga terjadi disrupsi dan perubahan yaitu mulai bermunculannya pabrik-pabrik untuk pembuatan produk massal dikarenakan mulai diperkenalkan dengan kehadiran “ban berjalan” (konveyor) misalnya: mobil, motor. Dampaknya manusia yang sebelumnya bermata pencaharian petani memi

WEF 2020 Meluncurkan Manifesto Davos untuk Revolusi Industri 4.0

Davos, IDN Times  - Pendiri dan Ketua Eksekutif Forum Ekonomi Dunia (WEF), Profesor Klaus Schwab, meluncurkan Manifesto Davos (The Davos Manifesto 2020).  Klaus yang mencetuskan “Revolusi Industri 4.0” dan menulis buku tentang itu, memberikan judul “Tujuan Universal Sebuah Perusahaan di era Revolusi Industri Ke-4”.  Manifesto diluncurkan bertepatan dengan tahun ke-50 dilakukannya WEF, yang setiap bulan Januari dilaksanakan di Davos, resor ski di pegunungan Alpen, Swiss.  “Tahun 1973, kami mengumumkan Manifesto Davos juga yang menjadi landasan bagi perusahaan untuk beroperasi.  Prinsip-prinsipnya masih relevan dan awet. Tapi, dunia berubah secara dinamis. Saat ini perusahaan global diharapkan menjadi agen perubahan, memainkan peran lebih besar dalam menentukan di bidang politik, ekonomi, sosial, budaya yang mengubah dunia,” kata Klaus. Pendiri WEF ini mengklaim bahwa selama 50 tahun, WEF telah berkontribusi dalam pembangunan global di berbagai bidang. Manifesto Davos 2020 dimaksudka