Langsung ke konten utama

Ini Makna Kenyamanan Berbelanja Bagi Konsumen Indonesia

Saat ini, pengalaman berbelanja bagi konsumen didorong oleh adanya evolusi di industri ritel, e-commerce dan omnichannel. Sekitar 61% konsumen online Indonesia merasa bahwa berbelanja kebutuhan sehari-hari adalah pekerjaan rutin, sehingga mereka berusaha menghabiskan waktu seminimal mungkin untuk melakukannya. Setidaknya itu merupakan cerminan dari hasil survei Nielsen Quest for Convenience Report 2018.
Survei itu juga menyatakan, sebanyak 58% konsumen memilih toko ritel dengan lokasi yang nyaman bagi mereka. Sementara, 48% memilih toko dengan layout yang memudahkan konsumen dalam berbelanja. Toko ritel yang memudahkan pergerakan saat masuk dan keluar toko (44%) serta toko dengan antrian pembayaran tercepat dan terpendek (44%) juga menjadi alasan lain bagi konsumen untuk memilih berbelanja di toko ritel tertentu.
Di sisi lain, format toko ritel kecil semakin memberikan pengaruh besar. Di Indonesia, indeks jumlah toko minimarket mengalami peningkatan dengan nilai 115 pada tahun 2017 dibandingkan dengan dua tahun sebelumnya. Format toko yang lebih kecil sering memiliki keunggulan kedekatan jarak. Ini juga memberikan konsumen berbagai macam produk dan layanan sehari-hari dengan kebutuhan pembeli lokal, membuat pendapatan minimarket juga bertumbuh sebesar 6,4%.
Dukungan piranti mobile
Perangkat seluler dan platform digital turut membentuk pengalaman baru konsumen sekaligus mengubah keterlibatan merek “menyentuh” konsumen. Tiga perempat (74%) konsumen online Indonesia mengatakan bahwa mereka menikmati kebebasan berselancar internet kapan saja dan di mana saja.
Sementara, 63% konsumen menyatakan bahwa memiliki perangkat seluler yang terhubung dengan internet membuat hidup mereka jadi lebih baik. Prevalensi konektivitas ini menyediakan banyak titik penghubung untuk perusahaan FMCG agar dapat berinteraksi dengan konsumen.
Di sisi lain, 59% konsumen Indonesia menggunakan perangkat mobile untuk membandingkan harga ketika akan berbelanja. Dan 57% menggunakannya untuk melihat informasi terkait produk, sementara 49% menggunakannya untuk mencari kupon atau promosi saat berbelanja online.
Apalagi, berdasarkan survei yang sama, konsumen Indonesia lebih sering melakukan pembelanjaan online untuk membeli produk-produk terkait fesyen (63%) dan kebutuhan travel (63%).
Budy Gounawan, Executive Director Nielsen Indonesia menuturkan, kenyamanan bagi konsumen adalah pengalaman keseluruhan yang meliputi pengalaman konsumsi, belanja dan keterikatan untuk menghasilkan kemudahan, kegunaan dan kesederhanaan.
Kenyamanan pun bisa diartikan berbeda oleh konsumen yang berbeda, tergantung pada keadaan mereka, budaya, lokasi, kematangan pasar dan akses kepada teknologi. “Intinya kenyamanan adalah kemampuan melepaskan diri dari beban pekerjaan rutin, sehingga kita bisa memiliki waktu lebih banyak untuk melakukan hal-hal yang penting bagi kita,” kata Budi,
Ia menambahkan, produsen dan peritel FMCG perlu menawarkan solusi atas kebutuhan akan kenyamanan berbelanja ini. Para pemain FMCG perlu memberikan kenyamanan berbelanja yang membuat konsumen memiliki kebebasan dan pilihan yang lebih banyak untuk memenuhi kebutuhan mereka.
sumber: http://marketeers.com/ini-makna-kenyamanan-berbelanja-bagi-konsumen-indonesia/

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bantu Mudahkan 'Jalan' UMKM, CEO Toko Online Ini Masuk Forbes 30 Under 30

Liputan6.com, Jakarta  Hidup itu adalah pilihan. Dalam pekerjaan atau menjalankan usaha misalnya. Anda bebas memilih, mau bekerja diposisi apa, berbisnis apa, dan bagimana cara menjalankan usaha tersebut. Hal itulah yang setidaknya dilakukan oleh pengusaha muda asal Jakarta, William Sunito. Dia adalah Founder & Chief Executive Officer (CEO) TokoWahab.com Di usia mudanya, bungsu dari tiga bersaudara ini memimpin sekaligus mengelola perusahaan keluarga yang berdiri pada 1957. "Pada akhir 2015 saya kembali dari Amerika ke Indonesia dan memutuskan untuk terjun langsung mengurus perusahaan keluarga saya. Ini memang kemauan saya (untuk mengelola perusahaan) karena saya melihat ada potensi yang besar," jelas William saat berbincang dengan  Tim Liputan6.com  di kantornya di kawasan Senen, Jakarta Pusat, Rabu (12/2). Ya, berbekal passion dalam dunia bisnis ditambah pengetahuan yang didapat selama kuliah di University of Washington, Amerika Serikat, William mulai menerap

OPINI Cristeddy Asa Bakti: Menentukan Posisi di Era Digitalisasi

REVOLUSI  industri memegang peranan penting dalam  kehidupan manusia. Dimulai dari revolusi industri 1.0 pada abad ke-18 di mana tenaga manusia mulai digantikan dengan mesin bertenaga uap dampaknya pekerjaan yang sebelumnya di kerjakan manusia terdisrupsi oleh mesin uap. Pada era tersebut muncul pekerjaan baru yaitu sebagai operator mesin uap dan juga manusia yang sebelumnya hanya berfokuskan menggunakan tenaga mulai meningkatkan kompetensi supaya bisa mengoperasikan mesin tersebut. Revolusi industri 2.0 yang terjadi di awal abad ke-20 ditandai dengan kemunculan tenaga listrik. Perubahan dari mesin uap ke mesin bertenaga listrik dikarenakan energi listrik mudah diubah menjadi energi yang lain.  Pada era ini pun juga terjadi disrupsi dan perubahan yaitu mulai bermunculannya pabrik-pabrik untuk pembuatan produk massal dikarenakan mulai diperkenalkan dengan kehadiran “ban berjalan” (konveyor) misalnya: mobil, motor. Dampaknya manusia yang sebelumnya bermata pencaharian petani memi

WEF 2020 Meluncurkan Manifesto Davos untuk Revolusi Industri 4.0

Davos, IDN Times  - Pendiri dan Ketua Eksekutif Forum Ekonomi Dunia (WEF), Profesor Klaus Schwab, meluncurkan Manifesto Davos (The Davos Manifesto 2020).  Klaus yang mencetuskan “Revolusi Industri 4.0” dan menulis buku tentang itu, memberikan judul “Tujuan Universal Sebuah Perusahaan di era Revolusi Industri Ke-4”.  Manifesto diluncurkan bertepatan dengan tahun ke-50 dilakukannya WEF, yang setiap bulan Januari dilaksanakan di Davos, resor ski di pegunungan Alpen, Swiss.  “Tahun 1973, kami mengumumkan Manifesto Davos juga yang menjadi landasan bagi perusahaan untuk beroperasi.  Prinsip-prinsipnya masih relevan dan awet. Tapi, dunia berubah secara dinamis. Saat ini perusahaan global diharapkan menjadi agen perubahan, memainkan peran lebih besar dalam menentukan di bidang politik, ekonomi, sosial, budaya yang mengubah dunia,” kata Klaus. Pendiri WEF ini mengklaim bahwa selama 50 tahun, WEF telah berkontribusi dalam pembangunan global di berbagai bidang. Manifesto Davos 2020 dimaksudka